Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Bertemu Mantan
"Lalu bagaimana dengan suami mu?." Aku takut Septia melakukan ini tanpa sepengetahuan suaminya.
"Tenang saja aku tadi udah izin kok ke Kak Reza. Kamu tahu tidak? kalau semua ini ide dia." Aku tercengang sesaat. Aku berdoa dalam hati, semoga pernikahan sahabat ku ini dengan suaminya langgeng sampai maut memisahkan tanpa ada orang ketiga di antara mereka. Aamiin.
"Eh Ris, aku ada kabar gembira loh." Aku mengerutkan kening penasaran.
"Apa?."
"Kejadian tadi viral lo di media sosial. Lihat ini!." Septia memperlihatkan layar hp nya kepadaku, di sana terlihat kejadian dimana aku melabrak Siska dan Danang di taman. Banyak yang menghujat Siska karena menjadi pelakor sepupu nya sendiri. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi viral nya vidio tersebut.
Benar kata mama, aku harus bisa mengikhlaskan semua nya dan fokus untuk diri sendiri. Termasuk apa sumber kekayaan yang mereka miliki, Siska yang tiba-tiba kaya. Aku yakin kalau usaha mereka salah, Mas Danang itu tidak punya apa-apa begitu pun keluarga Siska, selama ini keluarga Siska sama layaknya keluarga benalu. Bi Narti selalu saja meminjam uang atau apa saja kepada mama namun tidak pernah di kembalikan. Sekarang setelah putrinya di sakiti, mana mungkin mama masih mau membantu Bi Narti.
***
Malam itu saudara-saudara Septia datang, ada perempuan dan laki-laki, mereka sangat welcome termasuk kepada Septia. Sebuah anugerah terindah bisa di terima dengan baik oleh keluarga suami.
Ah, sebenarnya aku pun di terima dengan baik oleh keluarga suami. Tapi sayang nya, Danang saja yang tidak baik.
Sudahlah aku tidak ingin memikirkan Mas Danang lagi, sekarang waktu nya bersenang-senang. Aku bersyukur saudara suami Septia yang datang sangat ramah dan baik kepadaku bahkan kami berbincang seru dan akrab.
Namun tiba-tiba pandangan ku tertuju kepada sosok yang baru saja datang. Dia...
Aku tersentak kaget menyadari laki-laki yang baru saja datang itu, begitu pun dengan nya ia terkejut melihat ku.
Seseorang menepuk pundak ku, aku menoleh ke arah nya. Ternyata itu Septia.
"Ris, aku mau mengenalkanmu kepada seseorang yang mungkin akan bisa membantu mu. Tuh dia baru saja datang." tunjuk ke arah laki-laki yang berpakaian perlente.
'Hah' mengapa dunia sempit sekali? Bagaimana aku harus menghadapinya?.
.
.
.
Bertahun-tahun memutuskan komunikasi dengan pria tersebut, membuat aku tidak mengetahui perkembangan Abian selanjutnya.
"Hei kenapa kamu melamun." Septia menyenggol ku.
"Ayo aku kenalkan dengan Mas Abian, dia orang nya baik. Kamu nggak usah takut." menyadari jika aku hanya berdiam diri saja.
Lalu Septia menyeret ku ke arah Mas Abian, dengan perasaan tak menentu kami menuju tempat pria berkaca mata itu yang sedang berbincang bersama suami Septia, entah apa tanggapan nya tentangku saat kami bertemu kembali. Apalagi jika ia tahu permasalahanku sekarang. Pasti dia akan menertawakan hidupku karena pernah menolak nya.
Saat sudah dekat Mas Abian menolehkan kepala nya ke arah ku, sesaat mata kami bersirobok tapi buru-buru aku mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Halo Rahayu, apa kabar? senang bertemu dengan mu di sini." Pria bertuxsedo itu berdiri dan menyapa ku.
"Hai, Alhamdulillah Baik. Mas Abian sendiri bagaimana kabar nya?."
Septia memicingkan mata, menautkan kedua alis dan mengerutkan kening saat melihat dua orang saling menyapa, seperti tampak saling mengenal. Lalu menoleh ke arah suaminya di balas dengan mengedipkan bahu pertanda jika ia sama sekali tidak tahu.
"Riska dulu adalah teman sepermainan saya di kampung." seolah tahu kebingungan Septia, akhirnya Mas Abian memberitahu tentang kebingungan Septia. Aku lega mendengar jawaban Mas Abian yang menganggapku sebagai seorang teman, bukan musuh karena aku sudah menolak nya.
"Oh Syukurlah, kalian sudah saling kenal." ucap Septia seraya mengangguk-angguk.
Aku dan Septia menarik kursi dan duduk saling bersebrangan. Septia bersebrangan dengan suaminya sedangkan aku,.. entah hanya perasaanku saja atau aku yang kegeeran, sejak tadi Mas Abian terus saja menatapku. Di tatap seperti itu justru membuat ku gugup dan canggung.
"Bagaimana kabar Mama Ratih, yu?." mengerti ketidaknyamanan ku, Mas Abian mengawali obrolan. Bahkan dia memanggil dengan nama panggilan kecil ku, yang sering di panggil Ayu atau Rahayu termasuk oleh Almarhum Ayah.
"Beliau alhamdulillah baik dan juga sehat. Gimana kabar Pak Haji di sana?." jawabku sembari membetulkan letak duduk ku yang kurang nyaman.
"Alhamdulilah Ayah sehat namun sejak kepergian belahan jiwa nya, Ayah memang sering-sering sakit-sakitan. Maklum lah Ibu adalah cinta pertama Ayah." Pria berhidung mancung itu tersenyum kala mengingat kedua orang tua nya yang memang aku tahu selalu terlihat harmonis dan saling mencintai.
"Syukurlah kalau begitu, semoga beliau sehat dan panjang umur." Doa ku tulus pada Ayah nya Mas Abian, Pak Haji Basry.
"Terima kasih doa nya Rahayu. Saya tidak menyangka akan bertemu kamu di sini."
"Riska ini orang yang aku ceritakan kepadamu," seru Mas Reza, suami Septia.
Mas Abian menoleh ke arah Mas Reza, lalu Mas Abian kembali menatap ke arahku.
"Kamu mau menggugat cerai suamimu? Apa kamu memang sudah menikah? kapan?." Mendengar rentetan pertanyaan yang di ajukan Mas Abian membuatku bingung.
"Tenang bro! pertanyaan mu banyak sekali. Riska pasti bingung menjawab nya." ujar Mas Reza seraya terkekeh di susul dengan kekehan istrinya, Septia.
"Jadi Mas Abian ini, saudara sepupu Mas Reza dari pihak Ibu, Ris. Dan dia seorang pengacara. Kamu pasti butuh seorang pengacara untuk menggugat cerai Danang, kan?."
"Tapi seharusnya kamu tidak usah repot-repot Tya, aku bisa mencari pengacara sendiri."
"Maaf membuatmu tersinggung Riska, tapi aku sangat ingin menolong mu. Dan Mas Abian orang yang kompeten kok dan bisa di andalkan. Kamu tenang saja, Mas Reza belum menceritakan secara detail permasalahanmu hanya menceritakan jika ada yang membutuhkan seorang pengacara, iya kan Mas?." ucap Septia melirik suami nya dan di balas anggukan oleh Mas Reza.
"Kamu nggak usah khawatir Rahayu, aku orang nya profesional kok. Aku akan bantu sebisa ku." ujar Mas Abian menyakinkan dan tersenyum.
Melihat senyuman nya itu seperti sebuah ejekan. Perasaanku sedang sensitif seolah Mas Abian sedang menertawakan ku, apalagi jika mengingat dulu, dia pria yang sempat ku tolak. Namun sekuat mungkin aku menekan emosi ku supaya tidak berbuat yang justru mempermalukan ku sendiri di hadapan nya.
"Baiklah, aku setuju." Setelah sekian menit terdiam akhirnya aku putuskan untuk menerima nya sebagai pengacara ku. Walaupun kedepan nya kami pasti akan terus bertemu untuk membahas ini, semoga memang benar-benar Mas Abian akan profesional.
.
.
.
Bersambung ....
tinggalkan aja suamimu riska......