"Apa kurang dari ku, Mas? Kamu dengan tega nya berselingkuh dengan Winda" teriak Mora dengan penuh air mata.
"Kau tidak kurang apapun, sayang" lirih Aron dengan menatap manik mata Mora dengan sendu.
"Kau yang membawa ku kemari , kau yang berjanji akan memberi ku banyak kebahagian, tapi apa Mas? Kau mengkhianati ku dengan teman ku sendiri" tegas Mora.
"Pergilah dan ceraikan aku secepat nya" ucap Mora dengan penuh ketegasan.
DEG.
Aron langsung saja menatap Mora dengan tidak percaya. Wanita yang sangat di cintai nya kini tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Pagi hari menyapa dengan sinar matahari yang membuat hangat di musim dingin ini.
Nyonya Hesti membuka gorden Rumah sakit dengan perlahan.
"Cerah sekali hari ini" gumam Nyonya Hesti melihat pemandangan yang sangat indah di luar.
Nyonya Hesti lalu berjalan menghampiri ranjang pasien yang dimana disana ada Mora masih terbaring tak berdaya.
"Selamat pagi, sayang" ucap Nyonya Hesti dengan lembut.
Dengan gerakan lembut, Nyonya Hesti membersihkan seluruh wajah dan badan sang Putri.
Ia kadang menitikan air mata karena melihat Putri nya masih belum juga sadar.
"Ahh sudah wangi, sudah cantik juga. Sekarang tinggal.bangun sayang, ayo bangun sayang" bisik Nyonya Hesti lembut.
Nyonya Hesti lalu duduk disana, ia memegang tangan Mora dengan sangat lembut.
Dan tepat saat itu juga, jari manis Mora bergerak.
"Ya Tuhan" gumam Nyonya Hesti.
Lalu ia dengan gerakan cepat memencet tombol yang ada di ranjang pasien.
"Nak, ayo bangun sayang" bisik Nyonya Hesti dengan berderai air mata.
Brak.
"Nyonya, ada apa?" tanya Dokter dengan panik pasalnya Nyonya Hesti memencet tombol darurat.
"Tolong periksa Putri ku, Dok. Jari nya bergerak Dok" jawab Nyonya Hesti dengan cepat.
"Silahkan anda tunggu di luar sebentar" ucap Dokter tersebut.
Nyonya Hesti menganggukan kepala, ia lalu keluar dari ruangan Mora walaupun dengan berat hati.
Nyonya Hesti menunggu dengan wajah yang sangat gelisah, ia bahkan sampai mondar-mandir.
"Ma" panggil Tuan Darma yang baru saja kembali dari Rumah nya.
"Mas, Mora" ucap Nyonya Hesti dengan langsung memeluk tubuh Tuan Darma.
"Ada apa dengan Putri kita, Ma? Tadi kan dia masih baik-baik saja saat aku pulang" ucap Tuan Darma dengan penuh ke khawatiran.
"Jari jari Mora bergerak, Mas" ucap Nyonya Hesti dengan terbata-bata.
Tuan Darma langsung kaget saat mendengar ucapan sang Istri, ia merasa sangat bahagia.
Ceklek.
Sebelum Tuan Darma berbicara, pintu ruangan Mora sudah di buka oleh Dokter.
"Dok bagaimana keadaan Putri saya?" tanya Nyonya Hesti dengan cepat.
"Semua nya baik-baik saja, Nyonya. Silahkan masuk" jelas sang Dokter.
Meski bingung, tetapi Tuan Darma dan Nyonya langsung saja masuk ke dalam ruangan.
"Nak" panggil Nyonya Hesti dengan air mata yang menetes.
"Akhirnya kau sadar, sayang" ucap Tuan Darma tersenyum sambil meneteskan air mata.
Mora hanya bisa menjawab nya dengan senyuman saja, ia masih terlalu lemah untuk berbicara.
Mora menganggukan kepala saja.
Nyonya Hesti langsung saja menghampiri Mora dan memeluk nya dengan terisak.
"Terimakasih sayang, terimakasih sudah berjuang" ucap Nyonya Hesti dengan lirih.
"Ma, dimana anak ku?" tanya Mora lemah.
Deg.
Nyonya Hesti dan Tuan Darma langsung saling menatap, mereka bingung harus bagaimana.
"Nak, yang sabar ya sayang. Bayi kamu tidak selamat akibat kecelakaan itu, bahkan kaki mu juga lumpuh sementara" jelas Tuan Darma tanpa ada yang di tutupi sama sekali.
"Meninggal? Lumpuh?" cicit Mora dengan air mata yang menetes.
"Maafkan kami yang tak bisa menjaga kamu dan Bayi kamu, sayang" ucap Nyonya Hesti terisak.
Mora hanya diam dengan tatapan kosong , air mata nya terus saja menetes tanpa suara tangisan.
"Aku benci sama kamu, Mas. Aku benci kamu Winda" batin Mora
"Sayang hey?" panggil Nyonya Hesti dengan pilu.
"Ma, apa salah aku sehingga aku di hukum sampai begini? Bayi yang selalu aku jaga bahkan aku sangat menantikannya kini pergi, dan kaki ku lumpuh" lirih Mora dengan terisak.
"Kenapa ini semua sangat menyakitkan, Ma, Ayah?" ucap Mora kembali dengan menepuk dada nya yang sesak.
"Ini bukan salah kamu sayang, mungkin Bayi kamu sedang menghukum Ayah nya yang seorang bajingan.
Maafkan Ayah, Ayah sudah menggugat cerai kamu dengan Aron, bahkan kalian sudah bercerai sejak 1 bulan yang lalu" ucap Tuan Darma dengan mengusap lembut kepala Mora.
"Tidak apa, Ayah. Aku memang wanita lemah yang tak bisa melawan apapun" balas Mora dengan isak tangis yang pilu.
Nyonya Hesti langsung menggelengkan kepala nya, ia memeluk sang Putri dengan erat.
"Dengarkan Ayah, Nak. Besok akan ada Dokter untuk menerapi kamu, kamu harus kuat dan bangkit lah. Tunjukan pada Aron dan Dunia bahwa kamu itu wanita kuat, tangguh dan hebat" tegas Tuan Darma dengan menggenggam erat tangan Mora.
"Ayah benar, aku tidak boleh lemah dan cengeng" gumam Mora dengan penuh tekad.
"Datangkan Dokter itu, Ayah. Aku akan segera sembuh sedia kala" ucap Mora dengan tegas dan ia bahkan menyeka air mata nya.
"Itu baru anak Ayah dan Mama" ucap Tuan Darma dengan tersenyum.
Mora menganggukan kepala nya, ia mengusap tangan Mama nya dengan lembut.
"Oh iya Ayah, kita ini dimana?" tanya Mora penasaran.
"Kita di Negara K, sayang" jawab Tuan Darma.
Mora menatap bingung Ayah nya, lalu ia menatap Mama nya dan hanya di balas oleh anggukan kepala.
Lalu Nyonya Hesti menceritakan bagaimana Mora sampai bisa sampai di Negara ini.
"Sebelum ke Tanah air, Mama dan Ayah juga tinggal disini, Nak" jelas Nyonya Hesti.
"Benarkah?" tanya Mora dengan berbinar.
"Iyaa sayang" jawab Nyonya Hesti.
Mora lalu menatap Ayah nya dengan penuh permohonan.
"Ayah, aku ingin bekerja di perusahaan" ucap Mora dengan yakin.
"Ya kamu akan menggantikan Ayah di perusahaan bersama dengan Roy, kamu hanya butuh sembuh dulu baru bisa masuk ke perusahaan" balas Tuan Darma tegas.
"Siap Ayah" ucap Mora dengan wajah datar nya.
Nyonya Hesti tersenyum , ia mengecup pelan kepala Mora yang tertutup hijab.
Ia merasa sangat bahagia sekali, karena Mora sudah melewati masa kritis nya dengan lancar sampai ia bisa berkumpul dengan nya kembali.
"Istirahatlah dulu, sayang" ucap Nyonya Hesti lembut.
"Iya Ma" balas Mora tersenyum.
Mora lalu memejamkan mata nya perlahan, ia menikmati usapan lembut di kepala nya.
"Winda, Aron, tunggu sebentar lagi. Aku akan datang dengan sejuta kejutan untuk kalian" batin Mora dengan penuh tekad.
*
Roy langsung ke Rumah sakit saat pekerjaan nya sudah selesai, ia memegang kendali penuh saat Tuan Darma tidak bisa hadir ke perusahaan.
"Semua ini harus di tandatangani oleh, Tuan Besar" gumam Roy dengan menatap beberapa berkas di tangannya.
Roy lalu melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang, ia menikmati udara sore dengan santai.
Berita sadar nya Mora memang belum ada orang luar yang tahu. Tuan Darma hanya akan memberi tahu beberapa orang saja untuk hal ini, karena ia tidak ingin resiko yang membahayakan keselamatan Mora.
Roy langsung saja menuju ke ruangan VVIP di Rumah sakit tersebut, ia akan langsung memberikan berkas tersebut dan setelah itu ia akan berpamitan untuk istirahat.
*Tok
Tok*
Roy mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk, walaupun ia sebenarnya bisa saja langsung nyelonong masuk begitu saja.
"Masuk" sahut dari dalam.
Ceklek.
Roy langsung memberi tanda hormat pada Tuan dan Nyonya nya
"Ada apa, Roy?" tanya Tuan Darma.
"Ini ada beberapa berkas yang perlu anda tandatangani, Tuan" jelas Roy memberikan berkas yang di tangannya.
Tuan Darma lalu menerima nya dan setelah itu ia menyuruh Roy untuk pulang dan istirahat.
.
.
Mu itu untuk Sang Pencipta.
mu itu untuk orang
Nya itu untuk Sang Pencipta.
nya itu untuk ciptaanNya