"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 11
Sampaikan pada jiwa yang bersedih
Begitu dingin dunia yang kau huni
Jika tak ada tempatmu kembali
Bawa lukamu biar aku obati
Tidakkah letih kakimu berlari
Ada hal yang tak mereka mengerti ...
Seperti itulah sedikit lagu yang sedang Zea nyanyikan atas permintaan penonton diatas panggung.
Dengan berjingkrak, Zea sangat menikmati alunan lagu tersebut. Tanpa dia sadari ada seseorang yang mengamatinya sejak lagu pertamanya hingga yang ke sepuluh ini dengan penuh kagum.
"Tidak kusangka ... ternyata istrinya Andam suaranya sangat merdu. Bahkan dia terlihat sangat cantik dengan gaya seperti itu." lirih seseorang diantara kerumunan orang yang asik berjoget.
"Wu .. Oke, semuanya! Lagu Jiwa yang bersedih sudah selesai, ada yang ingin request lagi!?" tanya Zea pada penonton diatas panggung dengan nada sedikit bersorak supaya terdengar meriah dan dengan gaya yang semakin menarik dimata penonton.
Jiwa keartisannya bahkan semakin terpancar dan semakin mempesona dimata penonton.
Tiba-tiba ada seseorang yang mendekat dan naik ke atas panggung dengan membawa secarik kertas.
Aman yang juga diatas panggung menunggu giliran Zea bernyanyi menerima kertas yang seseorang itu ulurkan.
Aman berdiri setelah orang itu turun dari panggung. "Oke, guys! Ini ada permintaan lagu dari ... Tanpa Nama. Lagunya berjudul Pujaan Hati," seru Aman menggunakan microphone.
"Mbak Zea, silakan nyanyikan lagu tersebut. Saya yakin suara merdu mbak Zea akan kembali menyihir bahkan menghipnotis kalian semua yang ada disini. BENAR KAN GUYS!" sorak Aman sambil menatap pada para penonton menggunakan microphone.
"Huuuuuuuuu ... nyanyikan! nyanyikan..!" sorakan ramai nan heboh dari para penonton karena senang akan kembali dihibur dengan sebuah lagu oleh artis Zea.
Zea tersenyum melihat keantusiasan mereka semua. Hal tersebut sangat membuat Zea semakin bersemangat.
"Ehem! Baiklah, kita nyanyi bareng-bareng yah semuanya!" seru Zea menggunakan microphone. "Mas Aman juga nih, kita nyanyi bareng, oke?" Zea menatap Aman.
"Siaaap." jawab Aman antusias. Lalu musik mulai terdengar dari Amir dan Qori yang memainkannya.
Zea memejam penuh penghayatan dan mulai mendekatkan microphone didepan bibir yang teroles lipstik.
"Hei pujaan hati, apa kabarmu
Ku harap kau baik-baik saja
Pujaan hati, andai kau tahu
Ku sangat mencintai dirimu
Hei pujaan hati, setiap malam
Aku berdoa kepada sang Tuhan
Berharap cintaku jadi kenyataan
Agar ku tenang meniti kehidupan
Hei pujaan hati, pujaan hati
Pujaan hati, pujaan hati
Mengapa kau tak membalas cintaku
Mengapa engkau abaikan rasaku
Ataukah mungkin hatimu membeku
Hingga kau tak pernah pedulikan aku
Cobalah mengerti keadaanku
Dan cobalah pahami keinginanku
Ku ingin engkau menjadi milikku
Lengkapi jalan cerita hidupku"
Disela Zea dan Aman tengah bernyanyi terlihat pria memakai masker naik ke atas panggung. Pria tersebut mengeluarkan uang sepuluh ribuan beberapa lembar dan mengangkatnya tinggi.
Setelah itu, dia berikan uang tersebut pada Zea yang masih bernyanyi. Dan dengan senyum mengembang Zea menerimanya.
"Bagus mbak Zea, terus tunjukan pesonamu supaya banyak yang suka rela memberikan uangnya padamu. Lumayan ... untuk tambahan kamu pribadi, aku tidak memintanya." bisik Aman disela Zea bernyanyi dan asiknya alunan lagu.
Zea tersenyum dan mengangguk. Lalu menuruti apa yang managernya katakan.
Pria bermasker tersebut kembali mengeluarkan uang, jika tadi hanya yang berwarna ungu, kini berganti dengan yang warna hijau dan biru beberapa lembar. Bahkan orang tersebut sengaja memberikan uang tersebut dari atas kepala Zea. Seolah pria tersebut sedang memandikan Zea dengan beberapa lembar uang miliknya.
Zea yang memang sedang membutuhkan uang untuk membangun rumah baru, tentu sangat bahagia karena manggung kali ini dapat uang bayaran yang lumayan dan ditambah dengan uang saweran.
Terima kasih Tuhan, semoga uang ini uang halal.
...----------------...
Pukul sebelas malam.
Zea, beserta rombongan sudah selesai manggung. Kini mereka sedang berada diperjalanan pulang dengan Aman yang mengendarai mobil seperti biasanya.
"Mbak Zea! kali ini aku kagum dengan pesonamu yang semakin pecah. Kurasa jika kamu sering berlatih akan semakin luwes seperti artis terkenal." seru Amir yang duduk dijok belakang bersama Qori.
"Iya, aku setuju sama Amir. Kamu hebat mbak," sahut Qori.
Zea tersenyum senang mendapat pujian dari teman-teman. Tapi dia merasa pujian mereka terlalu berlebihan. "Aduh, kalian ini berlebihan memujiku. Lagipula Aku hanya mengusahakan yang terbaik saja supaya grup organ kita semakin tenar dimana-mana." jawab Zea, dia menatap Amir dan Qori dijok belakang.
Tetapi ... disela obrolan mereka tiba-tiba mobil Aman sedikit oleng. Saat Aman turun dan memeriksanya ternyata ban mobilnya bocor.
Aman segera memberitahu teman-temannya. "Geng, mobilku bannya bocor nih. Kita cari bengkel dulu ya?"
"Yakin jam sebelas lebih masih ada bengkel buka?" tanya Qori. Dia tidak yakin mereka akan menjumpai bengkel dimalam hari seperti ini.
"Tidak ada salahnya dicoba dulu lah, Mas." Zea ikut menimbrung.
"Mbak Zea disini saja dengan Qori, aku dan Amir jalan ke depan cari bengkelnya." kata Aman menatap Zea dan Qori.
"Siap Mas." jawab Zea.
...----------------...
Dirumah, Andam sudah tertidur dengan anak-anak disatu kamar. Tetapi, disaat Andam tertidur pulas tiba-tiba dia mendengar suara rintihan dan Andam segera terbangun.
"Kenapa Gis?" tanya Andam, ternyata Giska yang merintih dan sudah dalam posisi terduduk sambil memegangi perutnya.
"Perut Giska sakit. Aduh, sakit sekali, Ayah." rintih Giska dengan kening berkeringat.
"Giska lapar? Ayo Ayah temani makan," ajak Andam.
"Giska tidak lapar tapi perut Giska sakit sekali. Aduh, sakit sekali Yah, sakit." Giska kembali merintih.
Andam berpikir, lalu mengambil minyak telon disisi jendela. "Sini, Ayah oles minyak telon supaya tidak sakit lagi."
Giska menurut, dia berbaring dan Andam mulai mengolesi minyak telon diperut Giska dengan telaten. Sesekali dia memijatnya, siapa tahu Giska sakit perut karena masuk angin.
...----------------...
"Bagaimana, Man, Mir, nemu tidak tukang tambal bannya?" tanya Qori, disaat Aman dan Amir sudah kembali.
"Hah! Tutup semua," jawab Aman tersengal.
Dirumah, Andam semakin panik dan bingung saat Giska tidak berhenti merintih dan mengeluh sakit, dia akhirnya memilih menghubungi istrinya.
Tiba-tiba ponsel Zea berdering. Dia segera menjawab panggilan yang ternyata dari suaminya. "Hallo Mas,"
"Ze, ini Giska nangis terus katanya sakit perut. Sudah kupijit dan olesi minyak telon tapi dia masih mengeluh sakit. Kamu cepetan pulang kasihan keringat Giska sampai bercucuran begini." ~ Andam.
Zea panik. "Iya, Mas. Aku sudah dijalan kok." Zea mematikan panggilan.
...----------------...
"Sebentar ya, Gis. Ibu sebentar lagi pulang." Andam mengusap perut Giska yang katanya masih sakit.
...----------------...
"Siapa mbak?" tanya Aman.
"Mas, Andam. Dia bilang Giska sakit. Sepertinya aku harus cepat pulang." ~ Zea.
Tin tin
kesel dengan Zea yg mau saja diajak makan di apartemen lelaki, lebih kesel juga dengan Kendra.😡😡