Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu tidak di undang
"Tunggu." Belum sempat kedua pria itu memijatnya. Han Yu menghentikan langkah mereka. Dia mengambil kantung uang dari pinggangnya lalu mengeluarkan lembaran uang kertas dengan nilai seratus tahil. "Aku bisa memberikan satu lembar untuk masing-masing dari kalian. Asal kalian semua mengikuti keinginan dari ku."
Mendengar itu Tuan muda kedua Han Rui memasang pendengarannya juga memfokuskan pandangan matanya.
Semua pria itu menatap senang. Mendapatkan uang sebanyak itu secara pribadi tentu sangatlah sulit mereka lakukan. Karena sangat jarang hampir tidak pernah ada wanita atau bahkan gadis muda yang akan melakukan hal tercela seperti itu. Menyewa seorang pria untuk kesenangan mereka.
Han Yu melambaikan tangannya pelan memberikan isyarat untuk semua pria itu agar mendekat. Setelah mereka mendekat, Han Yu membisikkan beberapa hal. Setelah selesai, semua pria itu mengangguk setuju.
Semua orang berada di tempat mereka masing-masing menyesuaikan diri untuk sebuah sandiwara. Satu pria memijat pundak Han Yu dan satunya lagi memijat lengan gadis itu. Namun mereka berdua bahkan tidak menyentuh gaun gadis muda yang telah memberikan kesepakatan itu. Hanya berpura-pura memberikan pijatan yang seharusnya.
Musik di mainkan dengan sangat baik.
Melihat keadaan masih aman Tuan muda kedua Han Rui kembali tenang. Dia duduk santai ikut menikmati musik yang di mainkan.
Bruukkk...
"Aaa..."
Sekat tembok kayu yang digunakan sebagai penghalang ruangan satu dengan ruangan yang lain roboh. Dua pria saling menghadangkan pedang. Semua orang berlari ke ujung ruangan berusaha menghindar.
Han Yu diam mematung berharap dua orang itu tidak akan melanjutkan pertengkaran lebih jauh. Namun,
Ttrenggg...
Sseeettt...
Pedang saling bersinggungan membuat dentuman kuat di ruangan.
Deeerr...
Brraakkk...
Pria dengan baju sederhana namun memiliki sayatan bekas luka di bagian lehernya. Di tendang kuat hingga membuatnya terpental menghantam meja. Semua piring berisi makanan pecah. Pria itu bangkit menarik Han Yu ke dalam kuncinan legan kekarnya. Pedang tajam juga telah menekan leher gadis cantik itu.
"Kakak perempuan." Tuan muda kedua Han Rui berteriak kuat berusaha untuk mendekat menyelamatkan kakak perempuannya.
"Jangan bergerak atau dia mati." Perkataan pria itu menghentikan langkah semua orang.
Penutup wajah di buka, pria muda dengan jubah hitam menatap santai. "Kamu bisa membunuhnya." Pedang di masukkan kembali kedalam sarungnya.
Han Yu menatap kearah suara. Untuk sesaat dia merasa pria muda itu sangat tampan bahkan memiliki guratan ketegasan yang kuat di wajahnya. Tapi perkataannya membuat gadis itu menyatukan alisnya. Rasa takut yang awalnya ada kini tergantikan dengan kekesalan. "Oooii... Enteng banget kamu mengatakan kalimat itu. Apa nyawa satu orang tidak ada gunanya di dunia ini?" Han Yu melirik kearah pria yang tengah menodongkan pedang di lehernya. "Tuan, kamu memilih target yang salah. Lebih baik pikirkan kembali. Jika aku mati, kamu akan berhutang satu nyawa. Apa hati nurani mu tidak merasa bersala...hhh." Nafas di tahan.
Ssreett...
Bilah tajam berbentuk tipis langsung menembus leher pria itu. Darah menyembur kesegala arah bahkan mengenai wajah Han Yu.
Bruukkk...
Di detik setelahnya pria itu terjatuh tidak berdaya dan mengembuskan nafas terakhirnya. Han Yu hampir saja pingsan melihat pemandangan yang sangat menakutkan tepat ada di hadapannya. Bahkan dia melihat jelas bagaimana bilah tajam itu menembus tenggorokannya.
Tuan muda kedua Han Rui langsung menahan tubuh kakak perempuannya. "Kakak tidak apa-apa?"
Han Yu menelan ludah pahit di mulutnya. Dia menggelengkan kepalanya pelan dengan jantung yang masih berdetak kencang. Rasa terkejut sulit sekali di netralkan.
"Bawa dia pergi," ujar pria muda itu menatap tenang.
Dua orang bawahnya masuk membawa jasad pria yang sudah di penuhi darah segar. Saat dia akan pergi Han Yu berjalan mendekat. "Tunggu. Tuan, apa anda akan pergi begitu saja? Bagaimana dengan trauma fisik dan mental yang aku terima karena kejadian ini?"
"Benar. Kamu harus memberikan kompensasi yang seharusnya. Kakak perempuan ku mengalami luka cukup fatal di lehernya." Tuan muda kedua Han Rui menunjuk goresan tipis di leher Kakak perempuan. Bahkan hampir tidak terlihat.
Seringaian tipis merendahkan justru terlihat di wajah pria itu. Tidak ada penjelasan yang ia berikan. Dia langsung berjalan pergi meninggalkan ruangan.
"Jangan sampai aku melihat wajah mu lagi," ujar Han Yu kesal.
"Kakak, dia tidak bisa pergi begitu saja. Kita harus meminta pertanggung jawaban darinya." Tuan muda kedua Han Rui berniat pergi mengejar pria muda itu. Namun dirinya di hentikan kakak perempuannya.
"Tidak perlu. Kita kembali saja," ujar Han Yu berjalan pergi.
"Hayyyyoo...yooo... Ruangan yang bagus kenapa menjadi seperti ini?" Wanita pengurus Paviliun itu menatap tidak percaya. Ruangan kelas atas itu sudah hancur. Semua barang rusak tanpa sisa. Dia berlari menghadang di depan Nona pertama. "Nona pertama, ini?" menunjuk kearah ruangan kamar.
Han Yu menetap malas, dia memberikan dua ratus tahil untuk mengganti semua kerusakan.
"Jika begini. Aku juga tidak akan keberatan jika Nona pertama membuat kehancuran lainnya." Kipas lipat di gerakkan pelan membuat belaian samar di wajah wanita pengurus Paviliun.
Han Yu berjalan pergi turun dari lantai tiga menuju lantai bawah lalu keluar dari paviliun hingga ke tempat keretanya berada. Dia naik keatas kereta duduk dengan menekan kekesalannya. "Sapu tangan," menjulurkan tangannya kearah adiknya. Dengan cepat adiknya langsung mengambilkan sapu tangan miliknya yang masih bersih. Gadis itu mulai membersihkan cipratan darah dari wajahnya juga di bagian lehernya.
Gaun yang ia kenakan sudah memiliki noda darah sulit di hilangkan. 'Mungkin karena alur cerita terlalu memfokuskan kejahatan tokoh utama. Membuat alur yang di ubah langsung mendatangkan mara bahaya. Kesialan seperti menghantui tokoh utama dan terus saja membuat semua kembali kejalur aslinya. Jika aku mengaku kalah mengikuti alur cerita. Kehidupan penuh kegilaan tentu akan membuatku benar-benar gila.' Gumam Han Yu dalam hati. "Sistem sialan ini!"
Tuan muda kedua Han Yu menatap kearah kakak perempuannya. "Kakak berbicara dengan ku?"
"Em? Tidak. Kakak hanya masih kesal dengan pria itu. Kakak ingin sekali menghajar wajahnya yang songong itu," Jelas Han Yu berusaha mencari alasan yang pas. "Apa kamu tidak tahu siapa dia?"
"Dia pimpinan utama di balai penyidik Mahkamah Agung. Tuan muda ketiga Zhen Shunxi. Dia memang selalu di kenal kejam sama seperti kakak..." Pemuda itu langsung diam. Dia menatap ke arah kakak perempuannya.
"Kenapa berhenti? Lanjutkan. Aku ingin mendengar identitas dari pria songong itu." Han Yu masih mengelap cipratan darah di tangannya yang mulai mengering.
Mendapati kakak perempuannya tidak mempermasalahkan ucapannya. Pemuda itu merasa lega. "Hanya Kaisar yang dapat memberikan perintah langsung padanya. Hampir semua pejabat penting di pemerintahan memiliki dendam dengan dirinya. Kita juga harus berhati-hati saat ada di dekatnya. Semua orang yang berurusan dengannya pasti selalu masuk kedalam penjara, di asingkan, atau bahkan di bunuh."
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu