NovelToon NovelToon
Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College
Popularitas:346
Nilai: 5
Nama Author: Fredyanto Wijaya

Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6: Mysterious Chat Again(Part 1)

Kembali ke sekolah keesokan harinya...

"Apa kau membawanya?!" Abigail menghampiri Melody yang baru tiba di depan tangga depan sekolah. Dia dari tadi menunggunya di sana.

Tanpa menjawabnya, "Puk! Puk!" Melody menepuk ransel tas yang selalu di kenakan miring di samping bahunya. Abigail mengangguk.

Tapi mereka akan mengurus buku komik itu nanti. Setelah tiba pada jam istirahat_ atau tidak saat sepulang sekolah nanti, agar mereka tidak didesak oleh bel sekolah.

Lagi dan lagi harus melalui pelajaran yang membosankan. Juga hari itu ada pelajaran tambahan olahraga di ruang aula gim kedua sekolah mereka.

Abigail payah dalam olahraga apapun. Sedangkan Melody cukup ahli jika diminta oleh gurunya untuk bertanding dalam lomba berenang. Tapi dirinya begitu payah dalam menangkap bola.

Itu terutama dalam permainan bola basket. Tangannya seakan terlalu kecil untuk memegang bola besar dan berat itu. Dan dirinya baru saja kembali pada permainan bola basket yang dibencinya. Bahkan performa Abigail mungkin masih jauh lebih baik darinya.

Sedangkan Teresa jangan ditanya lagi. Dialah ratu dari permainan bola basket grup wanita di sekolahnya. Hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya_ bakan ketika berduel mencetak skor satu-lawan satu dalam melempar bola ke keranjang basket.

Dan ketika saat itu juga, Teresa, berkesempatan membalas yang waktu kemarin.

Di tengah waktu pertandingan bola basket grub wanita, Teresa selalu dengan sengaja melempar bola basket kencang ke arahnya. Padahal mereka berada di pihak tim yang sama. Dia melakukan itu untuk membalas ucapan Melody, dan penyebab dirinya malah harus mengerjakan tugas kotor. Teresa juga harus membeli sepatu baru lagi setelah pulang sekolah.

"BUK!"

Sampai ke empat kali dilemparnya... Melody akhirnya jatuh tersungkur. Sedangkan Teresa yang melemparnya tadi malah terkekeh sambil lalu.

"Ups!" Samar darinya sambil berlaga menutup mulut prihatin.

Si Pelatih atau guru yang mengajar kelas olahraga mereka tidak cuek. Dia sebenarnya sudah beberapa kali memperingatkannya sejak awal... akan tetapi Teresa terus mengelak dan malah mengatakan kalau dirinya tidak sengaja. Juga beralasan kalau si Melody nya saja yang tidak bisa menangkap bola dengan benar.

"Kau tidak apa?!" Sepasang kaki terlihat berdiri memampang di hadapannya. Melody yang untuk sejenak masih duduk berselonjor menenangkan diri di atas lantai lapangan lalu mendongak menatapnya.

Itu Delphine. Dia yang berada di tim lawan saja mau mengulurkan tangannya.

Melody menerima bantuannya. Delphine membantunya berdiri.

Delphine tidak begitu ahli dalam basket. Tapi dia hampir semahir berenang seperti Melody. Lebih mahir maksudnya. Juga satu lagi yang menjadi keahliannya, adalah bermain tenis lapangan.

"Terimakasih," Ucapnya dengan senyum canggung samar. Melody mengusap bersih kedua lutunya.

Si Abigail_ Sahabat Melody memang berada di ruang aula yang sama bersama yang lainnya. Tapi dia di sisi lapangan yang berbeda, dan sedang fokus bermain badminton walaupun terbilang sedikit payah dilakukannya. Jadi dia tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi dengan Melody.

Dia baru menyadarinya ketika rehat sejenak dan melihat dari kejauhan... Delphine baru saja membantu Melody berdiri.

Dari lantai lapangan badminton di ujung aula, dia berlari meninggalkan daerah lapangan badminton untuk memastikan keadaan Melody. Dia selalu begitu. Setiap melihat Melody dalam masalah, dia selalu akan cepat mengecek memastikan keadaan Melody.

Tapi dia agak was-was_ menjaga jarak dari Delphine yang sempat menatapnya sambil lalu.

Setelah membantu Melody, Delphine langsung pergi_ Bersamaan peluit dari pelatih_ tanda waktu jam pelajaran olahraga usai. Satu-persatu mereka semua pergi meninggalkan aula dan kembali mengganti pakaian di ruang loker ganti.

...DRANG!...

"Menyebalkan!" Melody membanting pintu loker ganti. Dia terus mengoceh di sana setelah yang lain sudah lebih dulu kembali beres-beres sebelum waktunya pulang sekolah.

Yang mendengar deretan ocehannya hanya Abigail seorang. Dia masih bersamanya di sana.

"Si rambut pirang itu pikir bisa melakukan itu terus padaku?! Aku akan balas perbuatannya nanti!" Lanjut ocehannya.

"Jika kalian saling membalas apa yang kalian lakukan... Itu berarti tidak akan ada akhir, Mel! Balas dendam tidak akan menghentikan perbuatannya," Ujar menurut Abigail. Hanya mencoba meluruskan keadaan.

"Kau tidak mengerti Abi! Orang seperti itu tidak bisa dibalas dengan kebaikan!"

Sesekali menoleh memandangnya, "Kalau kalian terus begitu... Kalian bisa saja akan melakukan sesuatu yang jauh lebih buruk," Balas lagi dari Abigail sambil merapihkan isi lokernya. Habis menaruh botol air minum.

"Seperti...?!" Melody fokus.

"Terluka!"

"Ya! baru saja aku mengalaminya," Melody sambil mengusap wajahnya yang tadi sempat terkena satu dari empat kali lemparan keras bola basket.

"Ayolah cepat! Kita urus buku itu!" Putus Melody sambil lalu. Tanpa menatap memandang Abigail, dia langsung pergi keluar dari sana. Abigail yang hanya bisa memandangnya prihatin lalu mengikutinya.

...----------------...

Setelah dari sana mereka kembali ke lorong sekolah. Murid-murid kebanyakan sudah pergi kembali menuju rumah. Sedangkan Melody dan Abigail masih harus mengurus buku itu. Sesuai yang sudah menjadi rencana mereka saat sepulang sekolah itu.

Melody kembali mengambilnya dari loker miliknya. Tapi baru dirinya mengeluarkannya...

"Apa ini?!" Tangan Teresa langsung merebut buku itu dari belakang. Melody yang tidak menyadari kehadirannya langsung mencoba merebutnya kembali.

"Hey! Kembalikan itu!"

"Serius?! Kau masih suka komik anak-anak seperti ini?!" Teresa membuka setiap lembaran dan melihat-lihat isinya. Walaupun Melody terus mencoba merebutnya, tapi Teresa terus menghindar darinya.

Memutar arah pandangnya dari Melody. Bahkan satu rekan satu gang yang biasa terus bersama Teresa juga berusaha menahan Melody.

"A a ah! Coba ambil kalau kau bisa!" Teresa mengangkat bukunya tinggi-tinggi_ terus menjauhkannya dari Melody. Satu rekannya juga sambil tertawa.

"Haaaaargh!" Melody sampai jengkel.

Melody ingin sekali memukul mereka. Tapi dia akan terkena masalah dan juga membuat nama Ibunya sebagai duta pelestarian ekosistem laut menjadi tercemar.

Ditengah penuh aksi perebutan... Satu lagi yang lain datang mendekati Melody dan dua si pengganggu itu.

Buku yang tadi direbut oleh Teresa direbut lagi oleh yang lain. Delphine mendapatkannya.

Kedatangannya tidak terduga. Melihatnya dengan lancang berani merebut buku yang padahal bukan milik Delphine dan bahkan sebenarnya memang bukan miliknya juga, Teresa, mulai tidak terima.

Akan tetapi, baru dia melangkah maju dua langkah menghadap Delphine... Ibu dari Delphine yang tidak lain adalah Kepala Sekolah di sekolah itu juga ternyata sedang berada tidak jauh berdiri di tengah lorong sana.

Melihat kehadiran dari Ibu Kepala Sekolah bernama Nyonya Nerissa, Teresa dan Lissie tidak bisa berbuat apa-apa selain pergi menjauh dari sana. Mereka berdua bergegas pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Abigail yang merasa ada yang tidak beres karena Melody tak kunjung ke perpustakaan menemuinya memutuskan untuk mencoba keluar mengecek. Tapi dia mengintip dari sela pintu. Dia juga melihat Teresa dan satunya lagi melangkah pergi dengan terburu-buru.

"Ini!" Dikembalikan buku itu kepada Melody. Tangannya lurus. Delphine memasang senyum manis kepadanya. Dia selalu seperti itu hampir kepada semua murid yang lain. Dan dia akhir-akhir itu juga punya kebiasaan baru dengan memanggil yang lain dengan sebutan sayang.

"Terimakasih... Lagi!" Sahut Melody. Dia juga sesekali melirik kepada Kepala sekolah_ atau Ibu dari Delphine tadi.

Sebelum berjalan pergi, Delphine mau mengundang Melody untuk makan di kafetaria bertiga, bersama Ibunya. Tapi Melody menolak dengan sopan. Beralasan ada tugas rumah yang harus diselesaikannya.

Delphine paham. Dan lagi pula dia tidak memaksa. "Oke kalau begitu! Sampai bertemu lagi di sana!" ucap putusnya, yang kalimatnya membuat Melody bingung. Dia lalu berjalan pergi bersama Ibunya.

Abigail yang masih mengintip dari sela pintu perpustakaan pun melihat mereka pergi berlalu.

Tapi dia lekas bersembunyi sebelum Delphine lewat di depan ruang perpustakaan. Menutup pintunya untuk sesaat, sebelum kemudian kembali membukanya dan langsung pergi menemui Melody.

"Ayo!" Gegas Abigail langung mengajaknya ke dalam. Menarik tangan Melody.

Sekolah tidak langsung ditutup setelah jam pulang sekolah. Para satpam sekolah dan guru bersih-bersih biasanya baru akan menutupnya setelah dua jam nanti. Membiarkan bagi siapapun yang ingin makan dikafetaria sebelum pulang sekolah.

Tapi tentu saja Melody dan Abigail tidak akan kesana. Mereka memanfaakan jeda waktu dua jam itu untuk mencari tahu secara langsung buku yang dibawa oleh Melody tersebut.

Di dalam sana Melody juga memberitahu kalau Teresa baru saja membuka bukunya. Tapi tidak ada yang terjadi.

Seakan-akan yang dilihat Teresa itu memang hanya buku biasa. Buku komik anak-anak.

Walaupun tidak ada terjadi sesuatu ketika Teresa membuka buku komik itu, tapi Melody dan Abigail berusaha tetap waspada. Mengingat kabar atau video yang baru kemarin di dapatkannya dari situs rahasia. Walaupun sebenarnya Melody masih tidak begitu percaya.

Untuk beberapa saat hanya terus memandang buku yang sudah ditaruh di atas meja di hadapan mereka... Ujung jari telunjuk Melody mulai menyentuh samping sampul buku, dan dia lalu mulai membukanya secara perlahan. Benar-benar perlahan.

Cara Melody yang begitu hati-hati seakan seperti sedang membuka isi kardus yang ditakutinya ada sebuah alat peledak di dalamnya.

Jantung Melody dan Abigail berdegup semakin kencang. Wajah Abigail sampai semakin menjauh_ berusaha menjaga jarak. Hanya berjaga-jaga jika takutnya terjadi sesuatu.

Baru diangkat tiga puluh derajat sampul buku itu...

"Hayo!! Apa yang kalian lakukan disini?!" Suara keras seseorang yang mengejutkan mereka berdua. Tangan Melody sontak langsung menyingkir cepat yang membuat buku tadi langsung terbuka sepenuhnya.

Melody dan Abigail serentak menjerit dan hampir melompat dari kursi yang masing-masing diduduki mereka.

"Oh Astaga kau ini Theo! Keterlaluan sekali!" Abigail kesal. Menoleh menatapnya fokus.

"Apa... Apa yang kau lakukan disini?! Kami kira kau sudah pulang bersama yang lainnya?!" Tanya Melody, memastikan kehadirannya di sana.

"Aku biasa selalu meminjam satu buku sebelum pulang sekolah." Jawabnya. "Lalu bagaimana dengan kalian berdua?! Apa yang kalian lakukan sendirian disini?! Aku kira kalian juga sudah pulang bersama yang lain!"

"Hmm, Tidak seperti biasanya," Sambungnya. "Aku ingin tahu!"

"Ini urusan perempuan. Kau tidak perlu tahu! Sekarang jangan ganggu kami dan cepat pergilah cari... apapun buku konyol yang akan kau pinjam itu!" Abigail risih.

"Iya iya maaf! Tidak perlu ngambek begitu," Theo berlalu pergi sambil menggaruk kepala. Berjalan di tengah lorong rak buku_ Mencari satu buku di antara banyak buku pada barisan rak-rak buku. Palingan, dia akan meminjam buku tutorial mengenai bagaimana cara menciptakan frankenstein. Cocok untuknya yang suka melakukan uji coba mencampur bahan-bahan aneh untuk aksi ala Profesor di laboratorium.

Pikir Abigail.

Yang paling disukai Theo adalah ketika tugas membuat eksperimen gunung merapi. Saking semangat dan terlalu berhasilnya dia mengerjakan tugas praktek yang satu itu, hampir seluruh ruang kelas bahkan sampai terkena isi dari semburan lava gunung merapi yang dibuatnya.

Ya... setidaknya dia memiliki kebisaan yang lebih baik dari Teresa. Dia memiliki keahlian fisika yang hampir sama seperti Theo. Tapi dia bukan hobi menciptakan sesuatu... melainkan mengubah dan menjadikannya koleksi.

Teresa, hobi mengoleksi kupu-kupu yang diawetkan.

Melody dan Abigail pernah melihat ruang kamarnya yang hampir dipenuhi dengan pajangan-pajangan menyeramkan itu. Itu baru diketahui mereka ketika saat pesta ulang tahun besar-besaran yang diadakan Teresa di rumahnya sendiri waktu setahun yang lalu.

Pesta besar-besaran yang dibuat tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Adik laki-lakinya pun dipaksa untuk tutup mulut, agar tidak memberitahu kedua orang tua mereka yang sedang bekerja sampai larut malam. Sedangkan kakaknya yang bernama Logan tidak tahu karena sedang pergi mengerjakan tugas di rumah rekannya.

Teresa memang berhasil menciptakan pesta yang meriah. Tapi bukan berarti Melody dan Abigail ikut merasa senang berada di sana. Mereka berdua terpaksa ikut menghadiri pesta ulang tahunnya karena Teresa mengancam mereka untuk hadir. Mereka semua! Mereka yang berada di satu tingkat kelas yang sama harus hadir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!