Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.
Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.
Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Fatih terus berjalan hingga tempat yang di sebutkan temannya tadi. Benar saja, anak-anak santri dan santriwati terus melihat pada pemandangan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya di pondok pesantren. Mobil merah terparkir rapi di pekarangan.
"Fatiiihhhh....." Siska lari dan memeluk tubuh Fatih ketika melihat sosok itu datang mendekat.
"Haaaa??? Fatih di peluk?"
"Emang begitu yah cara bergaul anak-anak disana?"
"Mungkin iya mungkin tidak. Kalian lihat saja, wanita yang satunya kan tidak memeluk Fatih. Iiihhhh merinding lihatnya, bawaannya jijik lihat perempuan langsung nyosor seperti itu." Kata beberapa santri wanita yang melihat Siska memeluk Fatih.
Kemunculan Fatih di sambut hangat oleh Genknya. Reza, Atha, dan Edo bergantian melakukan tos pada Fatih.
"Sorry yah bro... Kita baru muncul!" kata Reza saat talapak tangan mereka saling tertaut.
"Iya... Sebenarnya waktu luh di hukum, kita sering datang kok. Tapi kotanya ngintip Luh dari jauh aja." kata Atha yang duduk di atas kap mobil. Mereka semua seakan tak peduli jika seisi pondok sedang memperhatikan mereka dengan seksama.
"Kok ngintip? Kenapa enggak datangin gua aja. Tega kalian semua." sindir Fatih. Sejak dirinya di tangkap dan di hukum oleh polisi hingga saat dia di kirim ke pondok pesantren. Tak pernah ada, atau tak satupun dari mereka yang datang menjenguk Fatih.
"Gua kira kalian sahabat gua, yang selalu ada saat gua butuh. Ternyata gua salah!"
"Bukan gitu bro. Masalahnya bokap Luh datangin kita-kita. Bokap Luh bahkan ngancam kita semua buat enggak di lulusin dan enggak akan di terima di universitas mana pun, kalau kita hampirin elluh. Gimana kita enggak takut dengan ancaman seorang bapak Pranadipa yang bisa berbuat apapun jika dia mau. Dia ngusir kita dari negara ini juga bisa! Gimana kita enggak nurut." kata Edo menjelaskan semua hal. Saat Fatih berada di kantor polisi, Genk Fatih datang sebelum kedatangan Pranadipa. Tetapi ketika Genk Fatih ingin masuk dan melindungi sahabatnya tersebut dari pihak berwenang, Pranadipa turun dari mobilnya dan mulai mengancam teman-teman Fatih seperti yang di sebutkan oleh Edo tadi. Pranadipa menghentikan dengan cepat tindakan teman-teman Fatih yang akan membuat putranya semakin jauh dari jalur aman. Membuat putranya tidak bertemu dengan teman-temannya akan membuat Fatih lebih mudah untuk di atur karena tak ada hasutan lagi dari mereka. Bagi Pranadipa, ketiga teman putranya adalah orang-orang yang harus Fatih jauhi karena dia adalah sumber dari keburukan.
"Lalu? Kalian datang kesini udah enggak takut sama bokap gua?"
"Yah kan dia enggak tahu. Lagian kita-kita juga kangen." timpal Edo.
"Iyya, di sekolah juga udah enggak seru lagi tanpa kehadiran Luh." Sahut Reza.
"Iyya... Semua anak-anak udah enggak ngehormatin kita lagi semenjak Luh enggak ada."
"Eemm benar banget Fatih, gua sama Amel setengah mati buat jadi sangar supaya anak-anak di sekolah pada takut. Tapi apa? Mereka malah ngerendahin kita yah Mel." kata Siska yang mulai mengaitkan tangannya di lengan Fatih. Kepalanya bahkan di senderkan di bahu Fatih walau pria tersebut terus-menerus menolak.
Reza berjalan kemudian menarik paksa tubuh Siska untuk menjauh dari Fatih. "Apaan sih Luh? Luh udah persis cacing kepanasan tahu enggak!" gerutu Reza seraya menarik tubuh Siska untuk menjauh.
"Anak-anak itu pada kenapa sih ngeliatin kita? Gua jadi risih sama tatapan mereka!" ucap Amel yang sedari tadi memperhatikan yang di lihat.
"Bukan Luh yang risih. Tapi mereka yang risih. Ngapain juga kalian berdua pakai pakaian seperti itu?" ucap Fatih kesal melihat pakaian terbuka yang di kenakan Amel dan Siska.
"Kenapa sih? Dari semua pakaian yang gua punya, ini adalah pakaian gua yang paling tertutup." bela Siska pada dirinya sendiri dan di sambut anggukan setuju oleh Amel.
"Ha.. ha... Ha... Benar sih yang Luh bilang, tapi tertutupnya itu jangan ngepres banget. Itu Luh aja bisa di lihat jelas. Perempuan itu yah seperti mereka, tertutup. Biar cowok-cowok penasaran. Kalau kaya Luh mah sama aja di pasarin, terlihat murah kan."
"Ihhh ngomong apaan sih Luh Edo! Enak aja gua di bilang pasaran. Luh lihat di pasar, emang ada cewek cantik kaya gua?"
"Udah!" kata Fatih membuat semuanya terdiam. Ternyata walau berbulan-bulan mereka tak bersama, mereka masih menganggap Fatih sebagai pemimpin yang di segani. "Tujuan kalian kesini mau ngapain?" lanjut Fatih.
"Mau ngajakin Luh buat kabur. Bukannya dulu Luh bilang begitu? Sekarang kita udah datang!" ucap Atha dengan tekad bulat.
"Luh mau bawa gua kabur telat di depan mereka semua? Luh mau buat gua di hukum?"
"Kan Luh sendiri yang bilang mau kabur."
"Tapi gua enggak minta kalian datang jam segini. Lalu, kalian kalau datang jangan bawa mereka berdua deh. Sejak kapan sih mereka berdua jadi Genk kita?" kesal Fatih melihat kedua teman wanitanya. Fatih paling anti dengan perempuan yang terlihat sok akrab dengan pria. Fatih lebih menyukai wanita yang menunduk jika berhadapan dengan pria, melewati jalan lain jika melihat banyak pria yang berdiri di jalan yang akan dia lewati, berbicara sedikit dengan menggunakan tutur kata yang sopan. Wanita yang menjunjung tinggi kodratnya sebagai wanita solihah. Seperti firman Allah dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 59. Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
"Sorry bro... Mereka nguping percakapan kita di kelas. Saat kita akan berangkat, mereka tiba-tiba muncul." kata Reza.
"Fatih... Luh jahat banget sih sama kita. Kalau Luh jahat sama gua enggak masalah, tapi jangan jahat sama Siska dong! Dia tuh bela-belain datang kesini sampai-sampai muntah di perjalanan. Cuma apa? Ya semuanya demi ketemu sama Luh!" tutur Amel membela sahabatnya.
"Itu sih derita dia. Kan gua enggak minta kalian berdua datang."
"Dengar kan? Lain kali jangan ngotot mau ikut! Bilangnya Fatih kangen ternyata enggak di inginkan!" sindir Atha, yang memang tak suka melihat keberadaan Siska dan Amel. Tapi karena Reza mengatakan mereka boleh ikut, Atha memilih untuk mengalah.
"Fatih Luh benaran enggak kangen sama gua?"
"Enggak!"
"Walau gua ketemu sama orang tua Luh buat minta restu?"
"Mereka enggak akan setuju!"
"Mereka sukanya perempuan kaya gimana sih?"
"Perempuan bercadar yang menutup aurat hingga wajahnya agar tak menimbulkan fitnah."
"Kalau gua berubah menjadi seperti itu?"
"Luh enggak akan bisa!"
"Kalau gua bilang, gua sanggup ngelakuin itu semua demi Luh?"
"Gua enggak akan terima! Gua akan pernah menerima perempuan yang sudah menjadi bekas orang lain. Ibaratnya Luh itu mutiara yang udah berkarat. Di mata gua, Luh itu enggak berkilau lagi. Jadi jangan pernah punya niat untuk mendekati gua." skak Fatih pada wanita yang dianggapnya sudah tak bernilai lagi.