Tentang seseorang siswa laki-laki bernama Yunan, dia adalah pewaris dari Angkasa Grup. Namun, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, semenjak sang ayah menikah lagi. Ayahnya lebih berpihak kepada ibu tiri dan kakak tirinya, yang berambisi mengusai perusahaan. Sementara ibu kandungnya telah meninggal dunia saat dia masih kecil.
Yunan hidup urak-urakan, dia sering mengikuti balapan motor liar di jalanan, bahkan dia sering bermasalah di sekolah. Saat ini dia menjadi siswa kelas 3 SMA di sekolah milik ayahnya. Banyak gadis-gadis yang memuja ketampanannya, mereka menyebutnya pangeran sekolah.
Tidak ada guru yang berani menghukumnya, selain guru biologi, guru cantik itu sama sekali tidak segan kepada Yunan yang notabenenya anak dari pemilik sekolah. Sehingga Yunan sangat kesal kepada guru itu.
Namun bagaimana jika ada sebuah kejadian tak terduga yang membuat Yunan dan guru biologi itu tiba-tiba menjadi sepasang suami-istri? Dan mereka harus merahasiakannya dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosis
Pagi ini Dara dan Yunan sedang sarapan pagi, keduanya sama-sama terdiam, merasa canggung setelah kejadian tragedi handuk melorot tadi.
Biasanya Yunan jarang sarapan pagi, baru kali ini ada yang memasak untuknya, dia menghargai usaha Dara yang menyempatkan waktu memasak untuknya, karena itu Yunan harus memakan sarapan pagi buatan wanita yang kini berstatus menjadi istrinya itu.
Istri? Ya Dara sekarang ini telah menjadi istrinya, tepatnya istri dalam waktu satu bulan. Kadang Yunan melupakan kata istri itu, dia meronggoh saku celananya, lalu mengeluarkan dompet, dia memberikan kartu ATM pada Dara. Karena tau Dara sedang mengalami kesulitan dalam keuangan.
"Apa ini?" Dara tidak mengerti mengapa Yunan memberikan kartu ATM padanya.
"Itu namanya kartu ATM, masa gak tau?"
Dara menghela nafas, "Iya aku tau ini kartu ATM, tapi maksudnya buat apa kamu memberikan kartu ATM padaku?"
"Dalam satu bulan ini kamu masak untukku, jadi kamu bisa ambil uang untuk belanja bahan makanan disana. Dan kamu boleh menggunakan uang itu buat kepentingan kamu juga."
Dara malah tertawa kecil, "Hm... jadi si bocah ini maksudnya mau menjalankan kewajibannya sebagai suami dalam segi materi, gitu?"
Dara mengembalikan kartu ATM pada Yunan, "Gak usah, itu pasti uang dari papa kamu, kamu gunakan buat keperluan kamu aja."
"Kartu ATM yang aku berikan sama kamu itu murni hasil usaha aku sendiri." Memang benar, di kartu ATM Itu adalah hasil hadiah dalam balapan motor mau legal maupun ilegal, karena Yunan juga pernah beberapa kali mengikuti balapan motor dalam tingkat nasional.
Yunan memang memiliki cita-cita menjadi seorang pembalap, seperti idolanya, Valentino Rossi.
"Iya tapi tetap saja aku gak bisa menerimanya." Mana bisa Dara mengambil uang dari anak kecil itu, dia merasa seakan dia sedang melakukan pemalakan pada seorang anak sekolahan.
"Status kita sekarang ini suami istri, jadi ambil saja!" Yunan tetap ingin Dara menggunakan kartu ATM miliknya selama Dara menjadi istrinya.
Dara merasa kadang ini anak sikapnya lebih Dewasa darinya, padahal faktanya dia yang jauh lebih dewasa dari Yunan. Dara terpaksa menerima kartu ATM itu, "Baiklah, aku akan menggunakannya dalam satu bulan ini."
Walaupun sebenarnya yang akan digunakan oleh Dara hanya untuk memenuhi kebutuhan isi perut mereka dalam satu bulan.
Yunan tersenyum, dia menganggukkan kepala, lalu meneruskan makannya. Masakan Dara memang terasa begitu lezat.
Yunan jadi teringat lagi dengan kejadian tadi, dia menggigit bibir bawahnya, apakah Dara melihatnya? Soalnya tadi dia refleks menutup si entong dengan kedua tangannya.
"Apa kamu melihatnya?"
"Hik!" Dara langsung cegukan ditanya seperti itu, dia pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan dari Yunan. Dara meneguk satu gelas air putih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Yunan. "Melihat apa maksudnya?"
"A-anu..." Yunan bingung untuk menjelaskannya.
"Anu apa?"
Yunan merasa jengkel, "Kamu pasti pahamlah!"
Dara menggaruk kepalanya yang gak gatal, dia bingung harus menjawab jujur atau tidak. Tapi dia lebih memilih berbohong saja, biar tidak merasa canggung diantara mereka. "Oh nggak kok, aku langsung tutup mata tadi."
"Benaran?"
"I-iya."
Yunan sangat bernafas lega, setidaknya harga dirinya tidak jatuh dihadapan wanita dewasa itu.
Padahal Dara berbohong, dia melihat dengan jelas benda pusaka itu, untuk pertama kalinya dia melihat dengan langsung milik seorang pria, namun dia tidak paham, mengapa seusia Yunan memiliki ukuran seperti pria dewasa? Apa mungkin karena dia keturunan bule?
Dara pernah mendengar desas desus tentang anak bandel itu, katanya ibu kandungnya Yunan memiliki darah keturunan dari Inggris, makanya wajah Yunan blesteran dan juga memiliki perawakan yang tinggi.
Dara menancapkan garpunya pada sosis yang sudah dia panggang, dia menelan saliva, jadi membayangkan apa yang dia lihat tadi.
Dara memberikan sosis itu pada Yunan, wajahnya memerah "Aku kenyang, mending sosis jatah aku buat kamu aja."
Dara terlihat salah tingkah, dia segera mengambil tasnya, "Aku harus berangkat kerja sekarang, takut ketinggalan bus."
"Naik taksi saja, gunakan uang yang aku berikan."
Dara tak menganggapi perkataan Yunan, dia segera pergi dari apartemen Yunan.
"Kenapa dia terlihat salah tingkah begitu saat melihat sosis?" Yunan tidak mengerti.
Yunan memandangi sosis dengan begitu lama. Kemudian matanya membulat, "Apa jangan-jangan dia sebenarnya sudah melihatnya?"
"Arrgghh!" Yunan mengacak-acak rambutnya, dia mengigit bibir bawahnya, dia merasa telah dinodai oleh matanya Dara.