NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Ditentang Takdir

Ketika Cinta Ditentang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Persahabatan / Angst / Romansa / Roh Supernatural / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Bayu, seorang penyanyi kafe, menemukan cinta sejatinya pada Larasati. Namun, orang tua Laras menolaknya karena statusnya yang sederhana.

Saat berjuang membuktikan diri, Bayu tertabrak mobil di depan Laras dan koma. Jiwanya yang terlepas hanya bisa menyaksikan Laras yang setia menunggunya, sementara hidup terus berjalan tanpa dirinya.

Ketika Bayu sadar dari koma, dunia yang ia tinggalkan tak lagi sama. Yang pertama ia lihat bukanlah senyum bahagia Laras, melainkan pemandangan yang menghantam dadanya—Laras duduk di pelaminan, tetapi bukan dengannya.

Dan yang lebih menyakitkan, bukan hanya kenyataan bahwa Laras telah menikah dengan pria lain, tetapi juga karena pernikahan itu terpaksa demi melunasi hutang keluarga. Laras terjebak dalam ikatan tanpa cinta dan dikhianati suaminya.

Kini, Bayu harus memilih—merebut kembali cintanya atau menyerah pada takdir yang terus memisahkan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Menggali

Laras menatap layar ponselnya, memperhatikan angka di saldo rekeningnya yang terasa masih jauh dari cukup. Ia menghela napas panjang, bahunya sedikit merosot.

Dulu, ia sering mengambil lembur untuk membantu biaya rumah sakit Bayu. Ia rela bekerja hingga larut, berjuang tanpa mengeluh demi Bayu. Tapi setelah Bayu menghilang—dibawa pergi oleh seseorang yang mengaku sebagai keluarganya—Laras tetap bekerja keras, kini dengan tujuan yang berbeda.

Ia ingin mengumpulkan cukup uang untuk pergi ke luar negeri, mencari Bayu.

Jari-jarinya menggenggam erat ponselnya, matanya mulai terasa panas. "Kapan aku bisa bertemu lagi denganmu, Bayu?" gumamnya lirih.

Ingatan tentang Bayu kembali menghantamnya tanpa ampun. Ia teringat bagaimana lelaki itu selalu tersenyum di balik mikrofon, menyanyikan lagu-lagu penuh perasaan di sudut kafe kecil tempatnya bekerja. Laras masih ingat suara lembut Bayu yang selalu bisa menenangkan hatinya, caranya memejamkan mata saat menyanyikan lagu favoritnya, seakan seluruh dunia hanya milik mereka berdua.

Bayu pernah berkata, "Aku akan bekerja lebih keras agar bisa mengumpulkan banyak uang demi masa depan kita. Aku ingin bersamamu sampai tua."

Laras mengerjapkan mata, menahan air mata yang menggenang. Bayu sudah pergi, entah di mana sekarang. Tapi ia tidak akan menyerah. Jika Bayu ingin membawa lagunya ke tempat yang lebih jauh, maka Laras juga akan pergi sejauh yang ia bisa—untuk menemukannya.

***

Di ruang kerjanya yang luas dan mewah, Edward menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menatap Darma yang berdiri di hadapannya. Sebuah amplop tebal berada di atas meja, tepat di antara mereka.

Dengan senyum ramah, Edward mendorong amplop itu ke arah Darma. Ia menatap pria paruh baya itu dengan ekspresi puas.

"Pak Darma, ini bonus untuk Anda. Saya sangat menghargai kerja keras dan dedikasi Anda di perusahaan ini. Tanpa Anda, manajemen gudang tidak akan seefisien sekarang."

Darma menatap amplop itu dengan mata berbinar, terkejut sekaligus bersyukur. Dengan ragu, ia mengambilnya.

"Terima kasih banyak, Pak Edward. Saya tidak menyangka akan mendapat penghargaan sebesar ini."

Edward tersenyum tipis, lalu menautkan jemarinya. Tatapannya tetap tenang, seolah ucapannya berikutnya hanya percakapan ringan biasa.

"Waktu makan malam kemarin cukup menyenangkan. Keluarga Anda sangat ramah. Istri Anda, Bu Wati, orangnya hangat. Sherin juga menarik, tampaknya punya kepercayaan diri yang tinggi."

Darma tertawa kecil, merasa bangga dengan keluarganya.

"Tentu saja, Pak. Saya memang selalu berusaha membimbing mereka agar menjadi pribadi yang baik."

Edward mengangguk perlahan, lalu memiringkan kepalanya sedikit sebelum melanjutkan.

"Dan Laras… dia terlihat berbeda dari yang lain. Dewasa, tenang, dan tampaknya cukup mandiri. Saya kagum dengan caranya membawa diri."

Darma tersenyum lebar, jelas merasa bangga dengan putri sulungnya.

"Laras memang begitu sejak kecil. Dia selalu lebih bertanggung jawab dibanding Sherin. Mungkin karena dia anak pertama."

Edward tersenyum, mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja dengan ritme pelan.

"Saya bisa melihat itu. Dia juga tampaknya sangat pekerja keras. Apakah dia sibuk sekarang? Saya penasaran, apa dia punya rencana besar untuk masa depannya?"

Darma tertawa kecil, merasa bangga karena atasannya menunjukkan ketertarikan pada putrinya.

"Laras bekerja sebagai staf di sebuah kantor, Pak. Dia memang selalu sibuk, kadang lembur hingga larut. Kadang saya kasihan melihatnya, dia terlalu keras pada dirinya sendiri."

Edward mengangguk pelan, menyembunyikan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Itu menarik. Wanita mandiri seperti dia jarang ditemui. Semoga pekerjaannya berjalan lancar."

Darma mengangguk setuju, tak menyadari bahwa Edward kini semakin dalam menanamkan niatnya untuk mendekati Laras.

***

Darma pulang dengan wajah berseri-seri, senyum lebarnya tak bisa disembunyikan. Begitu memasuki rumah, ia langsung mengumumkan berita gembira itu.

"Kalian tidak akan percaya! Pak Edward memberi Ayah bonus besar!" katanya dengan penuh semangat.

Wati yang sedang duduk di sofa langsung bangkit. Matanya berbinar penuh kegirangan. "Serius, Yah? Berapa?" tanyanya antusias.

Sherin yang baru saja keluar dari kamarnya langsung berlari mendekat. "Benar, Ayah? Wah, Pak Edward memang luar biasa!" serunya, hampir melompat kegirangan.

Darma mengangguk bangga. "Iya! Katanya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras Ayah."

Wati dan Sherin berpelukan dengan wajah penuh sukacita, mulai membayangkan apa saja yang bisa mereka beli dengan uang itu.

Namun, di sudut ruangan, Laras hanya menatap mereka dengan ekspresi berbeda. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Bonus sebesar itu… untuk ayahnya yang hanya seorang kepala gudang?

Laras mencoba berpikir logis, tapi semakin ia menganalisis situasinya, semakin jelas perasaannya mengatakan satu hal—Edward memiliki maksud tersembunyi.

Laras menggigit bibirnya, firasatnya semakin tidak enak. Edward tidak hanya mendekati ayahnya… tapi juga keluarganya. Dan itu berarti satu hal: ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ia inginkan.

***

Di sebuah supermarket mewah, Wati dan Sherin sedang memilih berbagai kebutuhan dengan wajah semringah. Sherin yang selalu ingin tampil cantik sibuk memilih produk perawatan kulit, sementara Wati memastikan mereka membeli bahan makanan berkualitas terbaik.

Tiba-tiba, suara familiar menyapa mereka.

"Wah, kebetulan sekali bertemu di sini," ujar Edward dengan senyum ramah.

Wati dan Sherin terkejut, lalu segera memasang ekspresi antusias. "Pak Edward?" Sherin berseru, seolah tak percaya.

Edward tersenyum lebih lebar. "Panggil saja Edward. Tidak perlu terlalu formal," katanya santai. Ia melirik troli belanja mereka. "Kelihatannya masih banyak yang ingin dibeli. Hari ini belanjaan kalian biar aku yang bayar. Ambil saja apa pun yang kalian mau."

Wati dan Sherin saling berpandangan, mata mereka berbinar senang. "Benarkah, Pak Edward?" Wati bertanya memastikan.

"Tentu saja. Dan setelah ini, bagaimana kalau kita minum kopi di kafe terdekat?"

Tanpa ragu, Wati dan Sherin menerima tawaran itu. Mereka pun menambahkan beberapa barang ke troli, berpikir ini kesempatan emas. Setelah membayar belanjaan, mereka pergi ke kafe mewah di dekat supermarket.

Di dalam kafe yang elegan, aroma kopi premium menguar di udara. Edward dengan santai menyandarkan punggungnya pada kursi, jari-jarinya melingkari cangkir kopi hangat di depannya.

Wati dan Sherin duduk dengan penuh percaya diri, menikmati kopi mereka dan suasana nyaman di kafe, merasa beruntung bisa mendapat perhatian dari pria seberpengaruh Edward.

Obrolan awal terasa ringan—tentang betapa mewahnya kafe ini, tentang betapa beruntungnya Darma mendapatkan atasan yang murah hati. Namun, semakin lama, semakin jelas bagi Wati bahwa pria itu sebenarnya sedang menggali informasi tentang Laras.

Edward terlalu tertarik pada gadis itu.

Senyum tipis terulas di bibir Wati, lalu ia berpura-pura santai. "Laras itu anak yang baik, tapi dia terlalu keras kepala. Kadang sulit diajak kompromi, suka bersikeras dengan pendapatnya sendiri."

Sherin meneguk kopinya, seolah menahan kegelisahan yang perlahan muncul di hatinya.

Edward tersenyum samar, sorot matanya tajam meneliti mereka. "Ya. Laras terlihat menarik. Dia tampak berbeda dari kalian berdua," ucapnya dengan nada netral, seolah hanya sekadar berkomentar.

Wati menahan napas sejenak. Sebagai wanita berpengalaman, ia paham makna tersembunyi di balik kalimat itu. Edward tidak sedang membicarakan sekadar perbedaan fisik atau kepribadian. Pria ini jelas melihat sesuatu dalam diri Laras yang membuatnya tertarik.

Sherin mencoba mengendalikan keadaan, tersenyum tipis. "Kak Laras memang begitu, Pak. Dia lebih… mandiri. Kadang terlalu kaku, berbeda dengan saya yang lebih fleksibel dan suka bekerja sama."

Edward mengangkat alisnya sedikit, mengaduk kopinya dengan tenang. "Menarik. Mandiri itu sifat yang bagus, bukan?"

Wati menimpali cepat, tak ingin percakapan ini justru mengarah pada sesuatu yang semakin membuat Laras terlihat menarik di mata Edward. "Memang, tapi kalau terlalu mandiri juga bisa jadi masalah. Apalagi kalau susah mendengarkan saran orang lain. Dia berbeda dari Sherin yang selalu patuh pada orang tua."

Sherin terkekeh kecil, berpura-pura malu. "Ah, Ibu ada-ada saja. Aku cuma ingin menjadi anak yang baik. Tapi memang sih, Kak Laras terlalu keras kepala. Apalagi saat masih dekat dengan Bayu dulu. Dia nggak pernah mau dengar nasihat siapa pun."

Edward menatap Sherin dengan minat. "Bayu?"

...🔸🔸🔸...

...Jadilah pemenang tanpa membuat orang lain tumbang. ...

...Jadilah lebih tinggi tanpa membuat orang menjatuhkan harga diri. ...

...Jadilah bersinar tanpa.membuat api orang lain padam dalam benar. ...

...Kau lebih berharga saat saat berada di puncak tanpa ada yang merasa terinjak. ...

..."Dhanaa724"...

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
abimasta
selamatka laras dar keegoisan ortunya bayyuu dan habisi edward yg sudah menabrakmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan laras, Bayu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes bayu kembali... 😭😭😭😭😭... selamatkan juga laras dari kejahatan Edward & Sherin, bayu...
syisya
ayo bay muncullah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah Edward memang se maha Kuasa itu? tak adakah hukum untuknya? bisa semena-mena begitu?
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Edwin
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Beni
abimasta
laras lagi yang jadi korban
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa yg laras khawatirkan pun terjadi. lekaslah sembuh bayuuu... boni & laras butuh hadirmuuuu
Dek Sri
lanjut
syisya
belum tau aja tu darma&wati kalau calon mantu yg selama ini kalian tidak restui itu adalah pewaris tunggal, bos besar..hidup laras nantinya akan bahagia tanpa dia tau perjuangan hubungan mereka selama ini tidak sia" bahwa bayu sebenarnya adalah anak orang kaya..sabar ya bon sebentar lagi semoga semua perbuatan baikmu akan dibalas oleh bayu karna dia tidak akan benar" meninggalkanmu yg sudah dianggap seperti saudara
Vincen Party
tenanglah....Bayu psti akan DTG genti membantumu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagus laras. ayo bayu, cari solusi. semangat!
Vincen Party
jujur.....maaf TPI q GK suka cerita Edwar terlalu byk Thor.....tlng fokus ke bayu dan boni
abimasta
jangan sampai laras jatuh ke tangan edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kenapa kau tak meminta papamu mempertemukanmu dengan boni & laras?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga laras berhasil menyelamatkan adiknya. semangat laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ini bukan naif tapi tamak. mereka akan terjebak edward
syisya
dasar matre, nanti kalau habis manis sepah dibuang baru nangis" kau sherin 🤭
syisya
sudah jatuh tertimpa tangga ya bon, semoga Bayu cepat pulih agar bisa membantu keadaan Boni🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!