"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.
"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.
"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.
"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.
Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?
sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Byur
"Udah gue bilang. Berhenti deket deket sama tunangan gue, Zara!"
Fatiyah berusaha mengerjapkan matanya setelah terkena siraman es teh oleh perempuan asing di depannya. Tangan Fatiyah menghapus sisa sisa air yang ada di wajahnya.
"Gue, siapa tadi namanya yang elo panggil?" ucap Fatiyah memastikan. "Zara!!!!" teriak Ranu kesal.
"Wait, wait mbak! Calm oke. Gue bukan Zara! Terus apa apaan elo tiba tiba nyiram gue? elo siapa ha?! Lo siapa gue tanya. Siapa elo yang dateng dateng nyiram gue yang lagi tidur. Ga tahu etika banget jadi orang. Minta maaf ga elo sama gue. Cepet!" semprot Fatiyah dengan nada kesal.
Ranu menghentak hentakkan kakinya saking kesalnya dengan Zara yang tiba tiba ga nyambung. "Halah! Ga usah pura-pura amnesia ya Zaranjing! Gue ga bakalan ketipu. Jelas jelas elo tadi pagi gue lihat elo boncengan sama tunangan gue! Masih mau ngelak!" seru Ranu tak terima. "Cuih! Sampai matipun, gue ga bakalan sudi minta maaf sama pelakor kayak elo!"
Fatiyah berjalan menghampiri Ranu hingga jarak mereka tinggal sejengkal. Fatiyah merasa tak terima dengan tuduhan Ranu.. Dia makin tersulut emosinya dan membentak Ranu. "Heh BANGSAT! Gue bukan pelakor!Gue udah bilang ke elo kalau gue bukan Zara. Gue ga kenal elo. Apalagi tunangan elo. Gue dari tadi tidur disini. Elo tiba tiba nyiram gue pake es teh. Gila ya Lo! Gue Fatiyah! Bukan Zara!"
Jari telunjuk Fatiyah menunjuk-nunjuk ke dada Ranu. Bonus dengan hujan lokal yang menyiprat ke wajah Ranu dari mulut Fatiyah. Saking emosinya setiap kata yang keluar, hujan lokal mengikutinya. Jadi, sukses wajah Ranu terciprat ludah Fatiyah.
"Iiiiiuuuuuuh Zara! Ludah elo kena muka gue!!!!" jerit Ranu tak terima. Ranu sontak langsung menjambak rambut indah Fatiyah yang tergerai.
Fatiyah memekik kesakitan karena menerima serangan tiba tiba dari Ranu. Entah mengapa, air mata Fatiyah sudah luruh membasahi pipinya tanpa disadari. Fatiyah berusaha melepaskan diri. Namun, tenaganya kalah kuat dengan tenaga singa milik Ranu. Fatiyah hanya bisa memukul mukul tangan Ranu sambil merintih kesakitan. "Arghhh!. Sakit! Lepasin gue! Lepasin gue. Aduh!" ucap Fatiyah disela sela tangisannya yang sudah sesenggukan.
"RANU CUKUP!" Teriak suara laki laki yang Fatiyah tidak kenalin. Laki laki itu langsung membantu membebaskan dirinya dari tarikan maut Mak lampir yang kesetanan.
"MARVIN!!!" hardik Ranu tak terima. Ranu berniat kembali ingin menerjang tubuh Zara. Dia masih ingin melampiaskan emosinya dengan mencakar wajah sok polos itu. Tapi, kedua lengannya sudah dipegang oleh teman teman Marvin, Catur dan Detra. Keduanya sama sama menahan lengan atas Ranu hingga Ranu terangkat dari lantai.
Fatiyah tercengang syok mendengar teriakan perempuan yang menyerangnya itu. "Elo gapapa kan Zara? Ada yang sakit?"tanya Marvin khawatir. Apalagi terlihat kondisi Fatiyah yang acak acakan dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Ma-Marvin? Ra-RRaanu?" tanya Fatiyah terbata bata.
Marvin makin tak tega melihat keadaan Zara yang terbata bata saking ketakutannya. Ia menangkupkan pipi Fatiyah dengan kedua tangannya. "Iya, ini gue. Lo gapapa kan. Lo diapain aja sama Ranu?" Marvin masih setia menatap mata indah Zara. Ia seperti terhipnotis seketika. Ditambah air mata yang menetes di pipi Zara membuat perempuan itu lebih seksi.
"Lepasin gue! Lepasin gue Catur! Detra! Gue masih ada urusan sama sundal itu!" Ranu berusaha memberontak dari cekalan kedua sahabat Marvin.
"Calm down baby! Tenang, oke. Kita cuma ingin lebih dekat sama elo, ya kan Tra" canda Catur.
"Apa apaan itu! Marvin! Jauhin tangan elo dari barang najis itu! Lo itu harusnya belain gue. Gue yang sakit hati disini bukan dia. Lepasin gue!!!!!!!"
Marvin tersentak. Marvin menjauhkan tangannya dari pipi Zara. "Lepasin Ranu!" titah Marvin pada mereka.
"Dari tadi kek Vin, gue udah capek nahan kekuatan bison ini. Elo masih sempet sempetnya malah main tatap tatapan sama Zara" keluh Detra.
Ranu terdiam sejenak di tempat. Matanya memandang Fatiyah penuh amarah. Sedangkan Fatiyah masih termenung sambil bergumam tak jelas di belakang punggung Marvin. Fatiyah masih berusaha mencerna semua hal yang baru saja terjadi.
Fatiyah kebingungan dengan segala kejadian yang datang mendadak pada dirinya. Seingatnya, dia sedang tertidur pulas setelah merobek dan membakar cerpen yang membuat dirinya kesal. Fatiyah tidak mengerti kenapa tiba tiba ada yang menyiramnya dengan es teh. Fatiyah kira itu kelakuan usil kakaknya. Tapi, saat dirinya membuka matanya lebar lebar. Dia malah dibentak bentak oleh perempuan asing di tempat yang Fatiyah lihat mirip seperti kantin sekolah.
Fatiyah yang kepalang emosi tentu tidak membiarkan dirinya dibentak bentak oleh bocah ingusan. Hei, dia 23 years old, oke! Dia anak bahkan sudah lulus kuliah. Tidak mungkin dia menerima dirinya diinjak injak oleh bocah bau kencur. Apa apaan dia menuduh dirinya merebut tunangannya. Helo!!!! Fatiyah ini ga suka berondong ya. Terus ini bocah pinyik bilang kalau dirinya tadi pagi dibonceng sama tunangannya.
Gila! Benar benar gila! Pikir Fatiyah. Kapan dirinya dibonceng oleh tunangannya. Padahal dari tadi dia sedang tidur. Fiks! Ini cewek kebanyakan makan kecubung!
Sudah salah! Ngeyel! Ga ada itikad baik buat minta maaf terus nuduh nuduh sembarangan. "Dia manggil gue Zara? Cowok itu tadi manggil cewek sinting ini Ranu? Terus cewek sinting itu manggil nama cowok di depan gue, Marvin? Please jangan bilang gue masuk ke dalam cerpen yang gue bakar! Ga! Ga mungkin gue jadi Zara! Ga!!!!!!" batin Fatiyah yang masih denial.
"ZARA!!!!" teriak Ranu memanggil Fatiyah yang masih termenung seorang diri. Fatiyah masih belum sadar kalau dirinya terbangun di raga Zara. Tokoh antagonis yang paling dibencinya.
Fatiyah tersentak kembali dari lamunannya. "Gue, gue, ga ada maksud apa apa Ranu! Gue ga ada rebut rebut tunangan elo!" ucap Fatiyah yang berusaha menenangkan Ranu dari balik punggung Marvin.
"Oh, sudah selesai drama amnesianya? Lo udah sadar kalau gue ini Ranu. Tunangannya Marvin! Kalau elo udah tahu itu. Ngapain masih disitu. Ga usah sembunyi sembunyi di balik punggung tunangan gue! Yang boleh lakuin itu cuma gue ZARA!!" ujar Ranu menarik tubuh Fatiyah dengan kasar. Ranu mendorong tubuh Fatiyah ke lantai dengan keras.
Jeritan kesakitan-pun keluar dari mulut Fatiyah. "Anjir! Tenaganya udah mirip gorila!" pekik Fatiyah dalam hatinya.
Refleks Marvin bergegas menghampiri Fatiyah. Ia membantu Fatiyah berdiri dari posisinya. Tak lupa dia membantu membersihkan debu debu di lutut Fatiyah. Mata Marvin terpejam erat. Dia menghembuskan napas lelah saat melihat kulit lutut Fatiyah mengelupas dan mengeluarkan darah.
"CUKUP RAN! CUKUP SUDAH!" titah Marvin mutlak. Marvin menyampirkan tangan Fatiyah ke belakang lehernya supaya ia bia memapah Fatiyah.
"Vin, tapi, tapi, dia_"rengek Ranu tak terima. Dia masih ingin memakai Zara yang sok lugu itu. "Sudah Ran. Jangan bikin gue tambah malu. Lo sadar itu ga sih? Lo udah nyelakain orang. Lihat lutut Zara sampai luka. Cuma gara gara cemburuan elo yang ga jelas itu" sentak Marvin. Pria itu sudah muak dengan tingkah posesif dan cemburuan Ranu.
"Vin, gue cuma mau dia ga deket deket sama elo lagi itu doang!" sangkal Ranu dengan suara yang mulai serak menahan tangis.
Air mata Fatiyah makin mengalir membasahi pipinya. Di tambah lututnya terluka. "Aduh kenapa gue jadi cengeng banget sih kayak anak kecil. Padahal biasanya gue jatoh dikit gapapa. Ini lagi air mata gue kenapa terus terusan keluar" batin Fatiyah.
Fatiyah menunduk menatap lantai sambil berusaha menghalau air matanya yang terus terusan keluar. Dari ekor matanya, Marvin melihat semua tindakan Fatiyah. Hal itu makin membuat suasana hati Marvin tak nyaman. Ia merasa sudut hatinya terketuk untuk menggantikan tangan Fatiyah untuk mengusap tangannya.
"Harus dengan cara anarkis seperti ini? Ranu, gue bener bener udah ngerasa ga kenal elo lagi. Ranu yang gue kenal ga bakalan ngelakuin kekerasan sama orang. Elo berubah Ran. Gue peringatkan untuk terakhir kalinya ya. Jangan libatkan orang lain ke dalam cemburu buta elo itu. Gue sama Zara ga ada apa apa. Gue tadi pagi cuma bantu dia aja, as the friend Ran. Gue ga selingkuh. Cukup untuk hari ini Ran. Gue ga mau denger atau lihat elo lagi kayak gini!" seru Marvin telak.
Marvin membantu memapah tubuh Zara ke UKS meninggalkan Ranu yang masih terdiam di kantin bersama dengan Catur dan Detra.