Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Semua Setuju
(POV. Nina)
Sebagai seorang wanita yang baru saja menyadari kesalahannya dalam mendapatkan pasangan hidup. Bahkan kini aku harus membayar semua kesalahan yang aku lakukan dengan menjadi orang tua tunggal atau single parent. Namun bagiku ini jauh lebih baik daripada hidup bersama suami yang justru bersifat parasit dan suka melakukan KDRT.
Saat ini aku benar-benar bingung saat Jhon seorang pembunuh bayaran yang pernah aku pekerjakan untuk membunuh selingkuhan papa. Dia menyatakan cintanya padaku, dia juga bersedia menerimaku apa adanya termasuk menyayangi dan mencintai Rena seperti anaknya sendiri.
Rasa trauma atas pernikahanku dimasa lalu tentu saja membuatku harus Berhati-hati dalam memutuskan langkahku untuk masa depanku.
Hatiku bingung saat mendengarkan pendapat Elen dan suaminya. Mereka menyarankan agar aku terima saja cinta Jhon. Karena menurut mereka Jhon lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Cerita dia tentang besarnya cinta Jhon terhadapku membuatku terpikir untuk menerima saja dia jadi suamiku, karena sejujurnya hatiku begitu hampa hidup tanpa seorang suami, Apalagi Rena juga membutuhkan sosok seorang papa.
Pada malam hari jika Rena rewel, hanya aku dan susterlah yang selalu menenangkan, tak ada sosok suami yang bisa dijadikan untuk berkeluh kesah.
Sementara papa dan mama yang memang tidak pernah menyetujui hubunganku dengan Andrea hanya beberapa kali menjengukku. Mereka seperti merasa asing dengan cucu yang terlahir dari orang yang tidak disukai oleh mereka.
Kalau mengingat hal ini, rasa penyesalanku semakin dalam. Andai saja aku dulu mengikuti nasihat kedua orangtuaku, mungkin nasibku saat ini tidak semiris ini. Menyesal sungguhlah tiada mempengaruhi jalan takdirku, semua akan tetap seperti ini.
Yang perlu aku lakukan saat ini adalah menjalankan hidup sebaik-baiknya. Merawat Rena buah dari perbuatan burukku dimasa silam. Rena harus mendapatkan kasih sayang yang tulus dariku dan dia juga harus aku didik dengan baik agar kelak tak pernah mengikuti jejakku.
Sambil memperhatikan wajah Rena yang mulai terlelap saat diurut oleh mbah Karsem, aku putuskan kalau aku akan menerima cinta Jhon dan menikah dengannya. Tapi tak mungkin sebagai wanita aku mengutarakan kata cinta itu terlebih dahulu. Aku akan pancing Jhon agar mengutarakan kembali kalimat cinta yang beberapa waktu lalu belum aku jawab.
Tapi saat Elena dan suaminya menyinggung soal pekerjaan Jhon yang harus berhenti andai dia menikah. Menurut pendapat Anggara penting mempunyai pekerjaan yang membuat anak dan istri Jhon merasa bangga. Bukan pekerjaan yang justru membuat mereka merasa hina dan malu.
Saat Anggara berbicara begitu, tanpa sadar aku langsung menyahut bahwa aku bisa memberinya posisi yang bagus dikantorku asalkan dia mau belajar dan menekuni bidang pekerjaan yang aku berikan.
Mendengar apa yang aku ucapkan seketika itu serentak mereka tertawa. Aku terkejut, apa ada yang salah dengan ucapanku. Sesaat kemudian aku jadi merasa sangat malu, aku baru sadar kalau kalimat yang aku ucapan menunjukan kalau secara tidak langsung aku bersedia menikah dan menerima Jhon menjadi papa sambung Rena.
Gugup rasanya kalau ucapanku tanpa sadar telah mewakili isi hatiku.
"Alhamdulillah….itu artinya kamu bersedia menjadi istri Jhon, aku doakan semoga rumah tangga yang akan kalian bina kelak selalu mendapatkan kebahagiaan. Kalian bisa saling belajar, saling membimbing dan saling mengingatkan apabila diantara kalian membuat kesalahan," ucap Elena yang langsung memelukku.
"Selamat Jhon, akhirnya cintamu diterima, ayo cepat jangan tunggu lama-lama. Segera halalkan hubungan kalian, tunggu apalagi, umur sudah cukup, harta kamu punya walau tidak sekaya Nina, kalian kan nantinya bisa saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Aku yakin Nina tidak pelit sebagai seorang istri, kalau soal itu dia sudah teruji, asalkan kamu tulus mencintai dia dan Rena, " Anggara menimpali sambil menepuk-nepuk bahu Jhon.
Wajah Jhon terlihat merah padam, tampaknya dia sangat gugup sekaligus bahagia. Lelaki itu mendekatiku. Beberapa bulir air mata merembes dari sudut matanya membasahi dan mengalir melewati lekuk pipinya yang kokoh.
"Nina… .benarkah kamu sudah menerima cintaku dan bersedia jadi pendampingku. Aku merasa sangat bersyukur jika itu memang benar. Nina….tolong katakan bahwa kamu mencintaiku, walau cinta itu belum sepenuhnya hadir dalam hatimu, aku memaklumi," ucap Jhon dengan bibir bergetar.
Hatiku benar-benar terharu, tidak menyangka lelaki itu begitu bahagia saat tahu aku telah menerima niat baiknya untuk hidup bersamanya dalam sebuah ikatan pernikahan. Tapi yang jadi kendala dalam hatiku saat ini adalah restu orang tua.
Jika dalam pernikahanku yang terdahulu aku sama sekali tidak peduli apakah orang tuaku merestui ataukah tidak. Untuk kali ini aku ingin menikah dengan restu orang tua.
"Iya Jhon, tapi aku kan masih punya orang tua, aku ingin pernikahan kita direstui oleh mereka. Jadi aku ingin kamu berjuang untuk mendapatkan restu orang tuaku.
Hari minggu ini, biasanya orang tuaku tidak ada kegiatan, maukah kamu ikut denganku menghadap orang tuaku," ajakku pada Jhon.
Aku mengira Jhon akan terkejut dan merasa pesimis apakah orang tuaku akan merestui kami atau tidak. Tapi nampaknya dia tidak gentar untuk bertemu kedua orangtuaku.
"Baiklah, aku setuju dengan keinginanmu. Aku juga ingin menikah dengan restu kedua orang tua. Karena kata orang restu orang tua amatlah penting karena jika kedua orang tua kita merestui pernikahan kita. Beliau pasti akan selalu melangitkan doa dalam setiap sujudnya untuk kebahagiaan anak tercintanya"
Jawaban Jhon membuatku lega, nanti setelah aku mengenalkan Jhon pada kedua orang tuaku, aku berharap dia juga mengenalkan aku dan Rena pada keluarganya.
Aku berharap kedua orangtua Jhon dan keluarganya tidak mempermasalahkan statusku yang sudah janda anak satu. Memang sih, pernikahanku dengan lelaki itu, tak sudi rasanya aku menyebut namanya walaupun hanya dalam hati. Kami hanya menikah sirih, jadi secara negara statusku masih gadis.
Tapi kalau aku menyembunyikan status jandaku dan mengaku gadis, otomatis keberadaan Rena harus disembunyikan. Sampai kapan? Suatu saat pasti akan ketahuan dan itu akan menjadi masalah besar dalam kehidupan rumah tanggaku dikemudian hari.
Aku tak ingin menutupi kenyataan sepahit apapun siapa diriku, aku berharap mereka menerima kehadiranku dan Rena apa adanya.
"Setelah kamu bertemu dengan orang tuanya Nina kamu juga harus mengajak Nina menemui orang tuamu Jhon. Sudah seharusnya Nina mau menerima bagaimana pun kondisi kedua orang tuamu.
Kamu tidak perlu malu dan minder dengan kondisi mereka. Justru dari situlah keseriusan Nina dalam menerimamu sebagai pendampingmu. Tapi aku percaya, Nina wanita yang baik, dia sudah banyak berubah menjadi lebih baik. Dia pasti menerima orang tuamu dengan baik, " Anggara menimpali.
"Tentu saja bos Anggara, aku tidak ingin main-main. Aku ingin bahagia diatas kebahagiaan orang-orang yang mencintai kami. Aku juga ingin mereka ikhlas menerima pernikahan kami nantinya," sahut Jhon.
Aku tidak menyangka secepat ini terjadi kesepakatan antara aku dan Jhon. Ada rasa bahagia saat semua temanku mendukung niat baikku.
*******
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪