Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9.Raya Takut Hantu
Raya sedang cemas, ia mengubah-ubah posisi tidurnya, mulai dari ke kanan, ke kiri, telentang, hingga tengkurap, begitu hingga berulang-ulang. Sampai ia merasa jadi kesal sendiri.
Ia kemudian memaksakan tubuhnya untuk duduk, kemudian mengacak-acak rambutnya dengan gusar. Sudah seminggu lebih ia tidur di kamar ini, setelah sebelumnya ia tidur di kamar Aaron. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena setiap kali ia menutup mata ia akan terus membayangkan hantu yang sedang mengintipnya. Dia merasa jika ia tertidur akan ada hantu yang mendatanginya, padahal ia sendiri tahu bahwa itu hanyalah sesuatu yang ada di pikirannya saja, tetapi ia tetap saja ketakutan.
Karena itu juga tidurnya menjadi tidak teratur, di sekolah ia sering tertidur di kelas, dan membuat kelopak matanya mempunyai lingkaran hitam karena kurang tidur. Raya ingin sekali bisa tidur dengan nyenyak, tapi kenapa rasanya sulit sekali.
Dulu ketika masih di rumahnya, ia akan langsung pergi ke kamar ayah dan ibunya ketika tidak bisa tidur atau sedang takut di malam hari, tapi sekarang ayah dan ibunya sudah tidak ada untuk selamanya.
Dan sekarang Raya mulai terisak kecil. Ia kesal pada dirinya sendiri yang terlalu penakut ini, mungkin jika tidak sepenakut ini, ia akan bisa tidur dengan nyenyak, dan ia tidak akan merasakan kesal seperti ini.
Raya tidak tau harus kemana sekarang, satu-satunya yang baik padanya di rumah ini hanya Aaron, tapi ia tidak mungkin tidur bersama dengan Aaron di kamar yang sama apalagi satu ranjang, karena ia berpikir itu tindakan yang salah dan ia pernah melakukannya beberapa hari yang lalu.
Ia bukannya tidak tau bahwa sekarang, Aaron dan dirinya sudah menjadi suami istri, hanya saja ia masih merasa aneh jika harus tidur bersama dengan Aaron.
Kalau malam jangan nangis, nanti ada yang ikut nangis.
Raya seketika ingat dengan kata-kata yang sering di ucapkan ibunya ketika dulu sering menangis di waktu malam, ia jadi merinding sendiri dan menghentikan tangisnya.
Raya mencengkram erat boneka yang ada di pangkuannya, ia mendengar suara aneh di bawah ranjang. Ia langsung meloncat dan lari keluar dari kamar.
Tapi keluar dari kamar ternyata bukan pilihan yang tepat, karena Raya merasa di luar sini jauh lebih mencekam dari kamarnya, Raya yang menggunakan baju tidur berwarna pinknya merasa ketakutan.
Ia melangkahkan kakinya entah kemana, tetapi ketika mendengar suara Rafael dan Naya, ia jadi berpikir untuk menumpang tidur di kamar mereka saja.
Raya berusaha merubah ketakutan yang ada di dirinya menjadi keberanian untuk mengetuk kamar Rafael dan Naya. Dengan mata terpejam ia mengetuk pintu itu.
Sedangkan di dalam, Naya mendengar ketukan di pintu, mengira jika ayahnya yang datang ke kamar mereka dan langsung dengan senang membuka pintunya.
Tapi, ketika membuka pintu dan melihat orang yang mengetuknya adalah Raya, ia berubah menjadi ketus.
"Ngapain kamu kesini segala?!" ucap Raya dengan jengkel.
"Naya, Raya mau tidur di sini boleh ya?" ucap Raya.
"Enak aja, nggak boleh!"
"Tapi, Raya takut tidur sendirian di kamar," ucap Raya sambil berusaha menatap wajah Naya, tetapi langsung menunduk lagi karena Naya yang memelototinya.
"Nggak boleh!"
"Sekali ini aja, Raya takut ada hantu,"
"Dibilang nggak! Ya nggak!"
Suara ribut-ribut itu membuat Rafael yang sedang belajar menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Rafael.
"Dia maksa mau tidur di kamar kita, tapi Naya nggak mau!" ucap Naya sambil menunjuk ke arah Raya.
"Lagipula, yang namanya hantu itu nggak ada kata ayah, hantu itu cuma khayalan kita aja!" ucap Naya pada Raya.
Ucapan Naya membuat Raya jadi semakin menunduk, karena ia juga tahu itu tetapi ia tetap saja merasa ketakutan pada hantu.
"Yaudah nggak apa-apa, kak Raya tidur aja sama kita," ucap Rafael yang membuat Raya senang. Di rumah ini ternyata selain Aaron rupanya ada Rafael yang bersikap ramah padanya.
"Oke, tapi dia jangan tidur di bareng kita, dia di tidur di karpet aja!" ucap Naya yang langsung ke ranjangnya yang ada di kanan, begitu juga Rafael yang langsung ke ranjang nya yang ada di kiri.
Sedangkan Raya masuk ke kamar itu dan melihat ada karpet yang cukup luas di tengah-tengah ranjang mereka.
"Kamu di sana aja! Jangan ke kasur aku, sama jangan ke kasur Rafael juga!" ucap Naya sambil menunjuk ke bawah karpet.
Raya hanya mengangguk saja, dan Naya pun langsung tidur di ranjangnya, begitu juga Rafael.
Raya mengatur boneka yang ia bawa untuk digunakan sebagai bantal dan mulai untuk tidur, untung ia memakai baju tidur yang cukup panjang jadi tidak terlalu kedinginan. Tapi baru saja akan tidur, lampu ruangan yang semula terang di matikan oleh Naya.
"Naya, lampunya bisa di nyalain aja nggak?" ucap Raya.
"Nggak mau!"
"Tapi, Raya takut kalo gelap,"
"Yaudah kamu gausah tidur di sini aja kalo gitu!" ucap Naya ketus.
Raya langsung diam saja. Lebih baik ia tidur dengan keadaan gelap asalkan tidak sendirian, daripada tidur di kamarnya yang terang tapi sendirian.
Setelah beberapa menit, Naya dan Rafael sudah tertidur dengan pulas, sedangkan ia masih berusaha untuk tidur, dan baru saja ia akan tidur, ada suara pintu dibuka yang membuatnya kembali terbangun.
