“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pengkhianatan
“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara,” tegas Sebastian dengan wajah penuh emosi. Pandangannya tertuju pada Tuan dan Nyonya Susanto.
“Apa maksudmu, Bastian ?” Tuan Herman mengerutkan alisnya sambil membalas tatapan Sebastian.
“Anak itu bukan anak saya !” seru Sebastian dengan cukup keras. Bahkan Sebastian juga menggunakan bahasa formal pada mertuanya.
. “Bahkan saya tidak pernah menyentuh Shera lebih dari semestinya. Jadi saya pastikan kalau janin itu bukan anak saya,” tegasnya kembali.
Wajah Nyonya Mira terlihat sangat terkejut. Dia sampai menutup mulutnya.
Tuan dan Nyonya Richard hanya memperhatikan tanpa berkomentar, sementara Dion sudah berada di luar menghubungi beberapa orang yang akanmembantunya membatalkan resepsi pernikahan Sebastian dan Shera.
“Jadi kamu benar-benar akan membatalkan pernikahan ini ?” Tuan Herman mendekatkan diri dan menatap Sebastian dengan wajah marah.
“Kamu menganggap putri saya perempuan gampangan ?” Tatapan Tuan Herman terlihat penuh amarah.
Sebastian tersenyum sinis sambil membalas tatapan Tuan Herman tidak kalah galaknya.
“Satu hal dalam hidup ini yang paling tidak mampu saya maafkan adalah pengkhianatan, apapun bentuknya. Saya tetap akan membatalkan pernikahan kami dengan atau tanpa persetujuan Om !” Tegas Sebastian. Pria itu bahkan enggan memanggil Tuan Herman dengan sebutan papa seperti beberapa jam yang lalu.
Tuan Herman mundur selangkah. Ketegasan dan tatapan kemarahan Sebastian membuat hatinya menciut. Dia pun sempat kaget karena Sebastian kembali memanggilnya Om. Terlintas di benaknya bahwa memang Shera telah mengkhianati menantunya ini.
“Pernikahan ini tidak bisa dibatalkan sampai terbukti kalau anak ini memang bukan anakmu,” tolak Tuan Herman dengan suara cukup tinggi.
Sebastian kembali tersenyum sinis.
“Kalau maksud Om saya harus menunggu sampai anak itu lahir, jangan harap ! Om hanya memikirkan kebaikan keluarga Susanto. Lalu bagaimana dengan nama baik keluarga Pratama ?” suara Sebastian terdengar lebih pelan namun penuh penekanan.
“Dan supaya Om tahu, kalau tes DNA sudah bisa dilakukan bahkan untuk janin berumur 12 minggu. Jadi saya pastikan kalau janin itu bukan anak saya,”
Sebastian mengucapkan kalimatnya sambil mendekatkan wajahnya ke hadapan Tuan Herman.
Tuan Herman kembali memundurkan langkahnya mendapat tatapan tajam Sebastian. Senyuman sinis Sebastian semakin meyakinkan dirinya bahwa janin dalam rahim Shera bukanlah anak Sebastian.
“Sebagai sesama lelaki saya akan bersikap gentle pada Om.” Sebastian mengulurkan tangannya. “Kalau sampai terbukti janin yang dikandung Shera adalah anak saya maka saya akan bertanggungjawab. Tetapi kalau bukan,” Sebastian sengaja menjeda sejenak dan memicingkan matanya.
Sebastian sempat menoleh menatap Daddy Richard. Mengerti maksud akan tatapan putranya, Daddy Richard langsung menganggukan kepalanya. Mommy Amelia sempat mengerutkan keningnya melihat interaksi suami dan putranya.
“Kalau sampai terbukti janin itu bukan anak saya, maka Om harus keluar dari perusahaan dan pergi sejauh-jauhnya dari keluarga Pratama. Semua kerjasama dan segala bentuk hubungan antara keluarga Om dan kami, akan putus dengan sendirinya,” tegas Sebastian sambil kembali menatap mata Tuan Herman.
Wajah Tuan Herman terlihat semakin pucat. Dia ragu untuk membalas uluran tangan Sebastian sebagai tanda kesepakatan. Daddy Richard yang melihat keduanya sempat terdiam dengan hanya saling memandang, menghampiri mereka dan berdiri di antara keduanya.
“Supaya fair, tes DNA akan dilakukan di 2 tempat., Herman. Kamu boleh memilih rumah sakit manapun, begitu juga keluarga kami akan melakukan tes di luar rumah sakit ini agar tidak timbul kecurigaan. Dan untuk biayanya, tidak usah khawatir. Saya akan minta Dion mengurus pembayarannya.”
Tuan Richard yang sedari tadi hanya menjadi penonton akhirnya ikut bicara. Meihat keyakinan dan ketegasan putranya, Tuan Richard yakin kalau putranya tidak main-main dengan pernyataannya.
Tuan Herman terdiam dan menundukkan kepalanya. Sulit membantah perkataan Tuan Richard yang baru saja menjadi besannya beberapa jam. Bukan karena seorang pemimpin yang otoriter, justru Tuan Richard terkenal karena kearifannya. Karena itu Tuan Herman paham benar kalau perkataan Tuan Richard barusan adalah hasil pertimbangan yang sudah dipikirkan masak-masak.
Tuan Richard langsung mengambil handphone dari saku jasnya dan menghubungi Amir, asistennya.
“Lalu bagaimana dengan acara resepsi nanti malam ?” tanya Tuan Herman dengan suara lirih dan nada sungkan.
Tuan Richard memandang Sebastian, mengisyaratkan kalau semua keputusan ada di tangan putranya.
“Aku tidak ingin hadir dalam acara resepsi nanti malam, Daddy. Aku berani bersumpah pada mommy dan daddy kalau aku tidak pernah melakukan hal-hal di luar batas apalagi sampai membuatnya hamil.”
Daddy Richard hanya tersenyum. Mommy Amellia akhirnya mendekat juga dan mengusap-usap punggung putranya, berusaha memberikan dukungan atas kekecewaan dan rasa sakit hati putranya.
Di belakang Tuan Herman, Nyonya Mira sudah menangis mendengarkan semuanya.
Tidak lama Amir datang bersama dengan Dion yang sudah mengurus masalah pembatalan pernikahan.
Tuan Richard memberikan perintah pada kedua asisten itu untuk mengurus pembatalan acara resepsi termasuk informasi kepada wartawan yang meliput.
Makanan yang sudah terlanjur dimasak akan dikirim ke panti-panti asuhan dan rumah singgah yang biasa menerima donasi dari keluarga Pratama.
Rekan-rekan bisnis yang datang dari luar kota dan sudah terlanjur datang tetap dijamu di ruangan yang lebih kecil. Semua hadiah yang sudah dikriim dikembalikan pada pengirimnya dengan ucapan permohonan maaf.
Amir dan Dion pun memanggil orang-orang kepercayaan Tuan Richard dan Sebastian untuk membantu mereka menyelesaikan masalah yang tidak terduga ini. Tugas yang cukup berat dan memusingkan., namun Tuan Richard berjanji bahwa ia dan istrinya akan datang menemui tamu-tamu yang akan dijamu di ruang pesta yang lebih kecil.
Shera yang mulai sadar akhirnya dipindahkan ke ruang rawat biasa.
Pakaian pengantinnya yang sempat terkena noda darah sudah diganti dengan pakaian rumah sakit.
Nyonya Mira mendekati putrinya dan membantunya untuk berada di posisi setengah berbaring. Shera juga minta diambilkan minuman.
Menatap wajah orang-orang yang ada di kamar perawatan membuat Shera bergidik. Dia yakin mereka sudah tahu keadaan yang sebenarnya bahwa ia tengah berbadan dua.
Tuan Herman mendekati putrinya dan langsung menampar wajahnya. Nyonya Mira yang baru saja meletakan gelas air putih di meja sebelah ranjang langsung menoleh dan berteriak. Shera pun terlihat sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau papanya yang begitu memanjakannya mampu menamparnya.
Tuan Herman yang sudah merasakan emosi luar biasa tidak sanggup banyak bicara. Apalagi Shera tetap memilih bungkam saat ditanya mengenai ayah biologis dari janinnya.
Nyonya Mira masih menangis bersama putrinya. Keduanya saling berpelukan. Nyonya Mira masih berusaha membujuk Shera untuk menceritakan keadaan sebenarnya.
Drama pernikahan yang dibatalkan akhirnya berakhir sore itu. Tuan Richard dan Nyonya Amelia kembali ke hotel untuk memenuhi janji mereka menemui para undangan yang berasal dari luar kota ditemani Dion dan Amir.
Sementara Sebastian yang hanya diam dan tidak bicara apa-apa lagi bahkan kepada Shera, memilih meninggalkan rumah sakit dan pulang ke mansion Pratama diantar oleh sopir daddy Richard.
Sebastian mengusap wajahnya dengan kasar sambil menyenderkan kepala di kursi belakang. Perasaannya kacau balau dan bercampur aduk. Mobil yang ditunpanginya perlahan meninggalkan rumah sakit.
Sebastian memejamkan matanya dan berharap kalau semuanya ini hanya mimpi hingga tanpa terasa, Sebastian tertidur di dalam mobil.
Dua minggu setelah kejadian pembatalan pernikahan putrinya, Tuan Herman memilih untuk menjual semua asetnya dan membawa keluarganya pindah ke Australia.
Tanpa menunggu hasil pemeriksaan DNA, dia yakin bahwa putrinya hamil bukan karena Sebastian. Tuan Herman yang paham bahwa Sebastian tidak main-main dengan perkataannya akan memutus semua hubungan dalam bentuk apapun dengan keluarga Susanto, akan membuatnya semakin sulit bekerja di Indonesia terutama Jakarta. Sebagai anggota penasehat hukum Tuan Richard selama 7 tahun, Tuan Herman sudah hafal betul sejauh mana komitmen konglomerat itu dalam melakukan sesuatu.
Akhirnya 3 bulan setelahnya, secara bertahap masalah batalnya pernikahan Sebastian dan Shera mulai terselesaikan.
Berita miring pun berhasil diredam dan proses pembatalan pernikahan disetujui dengan mengajukan bukti dan saksi, termasuk hasil tes DNA yang menyatakan bahwa janin itu bukanlah anak biologis Sebastian.
Tuan Richard dan Nyonya Amelia hanya memberikan dukungan dengan sikap mereka tanpa banyak menasehati atau menghibur Sebastian dengan kata-kata. Mereka sudah paham betul akan karakter putra tunggalnya.
Sebastian menatap keluar jendela dari lantai 15 gedung kantor MegaCyber. Pemandangan malam sangat menakjubkan dan membantu menenangkan hatinya.
Sebastian menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Dia merasa benar-benar tertipu oleh Shera. Cinta Sebastian yang luar biasa pada wanita cantik itu ternyata tidak mampu menjauhkannya dari sebuah pengkhianatan.
Sakit hati ? Itu sudah pasti.
Marah ? Jangan dibilang berapa caci maki yang sudah terlontar dari mulutnya.
Kecewa ? Entah sampai kapan Sebastian mampu membangun kembali kepercayaannya pada wanita.
Sebastian bangkit dari kursi kerjanya dan mulai bersiap-siap pulang. Dia sendiri tidak yakin akan bisa mudah membuka hatinya kembali pada mahluk yang bernama wanita.