Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
"Lo udah ganti pembantu, Al?" tanya pria pertama.
"Baru aja," jawab Al singkat.
"Iya, Pak. Bapak perlu sesuatu" tanya Alin menghampiri Al dan kedua pria tersebut sambil menunduk.
"Alin? Kamu, kok, kerja di sini?" tanya pria kedua sangat terkejut. Alin terdiam dalam posisi tertunduk, merasa mengenal pemilik suara itu.
Alin pun mengangkat kepalanya, dia pun terkejut melihat siapa yang ada di depannya itu.
"Bang Andre? Iya, Bang, aku kerja di sini," jawab Alin yang sudah kembali menundukkan kepalanya. Tatapan dingin Al yang menyorot membuatnya tak berani menatapnya yang duduk bersebelahan dengan Andre.
"Tapi, kan, kamu kuliah terus kamu kerja di kafe. Emang kamu nggak capek kerja di dua tempat sekaligus?" tanya Andre. Pemuda dengan rambut ikalnya yang terikat itu menatap kasihan pada Alin. Alin sudah dianggap sebagai adiknya karena gadis itu bersahabat baik dengan kekasihnya Putri dan sudah seperti saudara.
"Nggak, kok, Bang, itung-itung nambah pemasukan."
Al yang mendegar jawaban Alin seketika rasa bersalah muncul di hatinya. Bagaiman tidak, Alin bilang tambah pemasukan, padahal dia di paksa untuk melakukannya.
"Ya udah, tapi jangan terlalu capek ya," pesan Andre kemudian.
"Iya, Bang. Ohya, Bang Andre kok ada di sini? Ngapain?" tanya Alin yang kembali menatap Andre heran.
"Ini, kan, rumah teman Abang Lin. Ohya, kenalin nama teman Abang. Yang ini namanya Raja," ucap Andre memperkenalkan pemuda yang datang bersamanya.
"Hai, Raja." Raja mengulurkan tangannya dan menatap Alin seraya tersenyum manis. Ada sesuatu yang terpancar di matanya ketika berada pandang dengan gadis cantik yang mengenakan celemek khas seorang pelayan.
"Alin, Bang," jawab Alin yang membalas uluran tangan Raja dan juga membalas senyumannya tak kalah manis.
"Udah kenalannya? Sekarang bawain minuman, makanan sama cemilan ke sini."
Alin buru-buru melepas tautan tangannya dengan Raja ketika Al mengeluarkan perintah dengan suara dinginnya.
"Iya, Pak. Bang Andre sama Bang Raja mau minum apa?"
"Abang jus jeruk aja, Lin," ucap Andre.
"Aku jus jeruk juga, ya." Raja kembali tersenyum penuh arti.
Alin mengangguk dan hendak ke dapur, tapi Raja mencegatnya. "Bentar, Alin!"
"Iya, Bang?" Alin menoleh sambil mengangkat keningnya pertanda bertanya tujuan Raja menghentikan langkahnya.
"Jusnya jangan terlalu manis."
"Kenapa?"
"Soalnya senyum kamu udah manis banget."
Tiba-tiba pipi Alin terasa panas dan mungkin sudah memerah. Ia pun segera berlari ke dapur karena tak mau mendengar Raja yang menggodanya dengan gombalan.
"Kebiasaan kalau lihat cewek cantik, jiwa playboy nya kumat," sindir Andre seraya menggelengkan kepala dan memijat kening, tak habis pikir dengan Raja yang dengan terang-terangan menggoda Alin dengan jurus pria buaya.
"Tapi yang ini beda, Ndre. Dia udah punya pacar belum, ya?" Raja mulai penasaran dengan Alin. Wajah cantik dan imut gadis itu terbayang dan memenuhi ruang pikirannya.
"Belum, Alin masih jomblo kok," Andre.
Tentu itu membuat Raja seperti mendapat lampu hijau. Wajahnya berbinar senang saat tau jika gadis yang mencuri hatinya beberapa menit yang lalu itu rupanya sedang tak punya pawang.
"Lo tau dari mana kalau Alin masih jomblo?" tanya Raja lagi untuk memastikan apakah sahabatnya tersebut tak berbohong akan status Alin.
"Dia, kan, sahabatnya pacar gue. Makanya gue tau kalau dia masih jomblo."
"Oh, gue pasti bakal jadiin dia pacar gue."
"Nggak boleh." Al yang sejak tadi diam dan hanya menyimak tiba-tiba membuka suara. Dua sahabatnya menatap heran padanya.
"Emang lo siapa ngelarang gue? Lo, kan, cuma majikannya, bukan siapa-siapanya dia, kan? Jadi, lo nggak ada hak ngelarang gue!" tukas Raja kesal. Jika sudah ada niat untuk memiliki sesuatu, maka tak ada yang bisa mencegahnya untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Al terdiam, seketika dia jadi tak tau harus menjawab apa.
"Kayak dia milik lo aja," gumam Raja kesal.
"Pokoknya nggak boleh, karena Alin itu---" Ucapan Al terhenti saat Alin datang.
Entah kenapa dia tidak rela saat Raja suka pada Alin. Apa kah dia sudah mulai jatuh cinta pada orang yang ingin dia siksa? Itulah yang kini ada di benak Al saat ini saat dia akan mengatakan kalau adalah istrinya.
"Bang, Raja, Bang Andre, silahkan di minum, ya, aku mau lanjut kerja dulu," ucap Alin yang meletakkan tiga cangkir minuman dan makanan beserta cemilan di atas meja.
"Iya, Lin. Makasih, ya?"
"Makasih ya, cantik." Hanya Raja yang berani mengatakan seperti itu.
Alin pun kembali melanjutkan pekerjaanya di dapur.
"Ohya, Al, tadi lo mau ngomong apa?" tanya Andre yang penasaran dengan ucapan Al yang terhenti.
"Nggak jadi. Ya udah sekarang kita bahas yang lain aja. Gimana perkembangan penilitian kalian? Dari lo dulu, Ja" suruh Al, juga sengaja mengalihkan topik agar dua sahabatnya tak curiga karena terlalu banyak bertanya.
Raja meletakkan kembali minumannya dan memasang wajah yang serius karena pembicaraan mereka akan memasuki pembahasan yang penting.
"Oke. Menurut yang gue dapat tentang kenapa perusahaan lo akhir-akhir ini mengalami penurunan, itu karena ada campur tangan dari orang dalam. Makanya setiap bulan bukannya untung malah makin rugi. Itu karena sebagian aset perusahaan lo di curi sama orang," jelas Raja.
Mendengar itu sontak membuat Al terkejut. "Apa? Di curi? Tapi siapa yang berani berkhianat di belakang gue, Ja?" tanya Al yang mulai marah.
"Gue belum tau siapa palakunya, tapi yang pasti dia orang dalam."
"Gue bersumpah gue bakal habisin penghianat itu," desis Al dengan emosi yang memuncak.
"Tenang, Al, lo harus tenang. Kita pasti bakal nemui orang itu secepatnya," ujar Andre menenangkan Al yang tampak emosi berat.
Perlahan tapi pasti, emosi Al mulai mereda. Benar kata Andre, dia harus tenang dan mencari solusi dari masalah penghianat di perusahaannya. Setelah ia berhasil mendapat si penghianat itu, sudah dipastikan jika tak ada ampunan baginya.
"Thanks, Ndre, ja. Kalian selalu ada buat gue selama ini, gue bersyukur punya kalian sebagai sahabat gue."
"Sama-sama, Al!" jawab keduanya.
"Terus gimana sama pencarian, Ndre? Apa udah ada perkembangan?" tanya Al pada Andre.
"Menurut kabar yang gue dapat dari anak buah gue, orang yang lo cari udah pindah dari tempat tinggalnya yang dulu, Al," jawab Andre.
"Pindah, Ndre? Terus sekarang dia di mana?"
"Kata tetangganya di sana, sejak ayah bundanya meninggal karena kecelakaan 10 tahun yang lalu, dia tinggal sama omnya di jakarta ini."
"Terus lo tau tempat tinggalnya sekarang?"
"Gue belum tau, Al. Tapi lo tenang aja, gue udah sebarin anak buah gue ke seluruh penjuru kota ini untuk mencarinya. Tapi ada sedikit masalah."
"Apa?"
"Anak buah gue kesulitan karena kita nggak punya fotonya." Al terlihat sedih mendengar ucapan Andre.
"Gue juga nggak punya fotonya, Ndre, yang ada cuman fotonya waktu kecil yang gue ambil sebelum gue pindah ke amerika." Suara Al terdengar lirih.
Ia mengusap wajahnya kasar. "Semoga aku bisa ketemu kamu ... Rania!"
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏