Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan hidup
Menjadi istri adalah kesempatan untuk menumpuk-numpuk pahala. Nabi SAW bersabda, “Jika seorang wanita menjaga sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, betul-betul menjaga bagian kepribadiannya dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan kepadanya, “Masukilah surga melalui pintu mana saja yang kamu suka.” (HR. Ahmad)
Point yang sangat Deandra ingat saat dulu sering ikut pengajian adalah menjaga bagian kepribadiannya dalam arti menjaga dirinya dari laki-laki yang bukan suaminya, di luar konteks seperti apa perilaku suaminya. Ini bukanlah masalah hatinya, namun iman dirinya sendiri yang sedang dia jaga.
Deandra meneguk jus orangenya perlahan-lahan hingga menyisakan sedikit dalam gelasnya kemudian dia menggeser piring serta mangkok ke samping, kedua tangan dia letakkan di atas meja dan saling bertautan.
“Mas Arik, ada yang ingin aku bicarakan. Tapi sebelumnya aku minta maaf,” ucap Deandra dengan lembutnya.
Pria itu mencondongkan dirinya, lalu menatap lekat-lekat wajah kekasihnya. “Aku maafkan, tapi ada apa gerangan?”
Deandra menundukkan wajahnya sejenak lalu menatap kembali pria itu. “Aku minta maaf, aku ingin mengakhiri hubungan kita Mas. Aku tidak bisa meneruskan hubungan kita,” ucap Deandra begitu pelan.
Arik terdiam, kedua netranya masih belum berpaling dari kekasihnya. “Aku tidak salah dengan Deandra? Kamu meminta kita mengakhiri hubungan kita! Kita tidak sedang bertengkarkah?” cecar Arik, merasa aneh.
Wanita itu kembali menundukkan wajahnya, hatinya juga tidak kuasa untuk menahan rasa tak terperdayanya, tapi dia harus menghargai status dirinya sendiri sebagai istri, harus bisa menjaga marwahnya selepas dia tidak diakui oleh Aidan, tapi ini urusannya langsung kepada Allah.
Sedangkan untuk berkata jujur mengenai pernikahannya, itu tidak mungkin dia lakukan, banyak hal yang harus dia pikirkan efek setelahnya, apalagi dia tidak ingin menyakiti perasaan Arik jika tahu dirinya sudah menikah, sedangkan dia juga belum sanggup atas tudingan-tudingan menjadi istri kedua Aidan. Pasti akan dapat kecaman sebagai pelakor, padahal tidak seperti itu jalan ceritanya.
“Kita memang tidak sedang bertengkar Mas, dan Mas Arik tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi ini adalah kesalahanku sendiri, jadi aku minta maaf, hubungan kita memang harus berakhir sampai di sini,” jawab Deandra, suaranya sudah bergetar, menahan untuk tidak menumpahkan air matanya.
Arik menggelengkan kepalanya, rasanya tak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini. Tangan besarnya pun menyentuh kedua tangan wanita itu yang masih tergeletak di atas meja. “Setiap ada permasalahan, kita bisa bicarakan berdua, tidak harus memutuskan hubungan Dea. Katakan ada apa masalah apa sebenarnya?” pinta Arik, berusaha untuk tidak gegabah.
Kedua netra Deandra yang mulai berembun menatap dalam pria itu. “Aku tidak bisa mengatakannya Mas, dan memang tidak bisa melanjutkan hubungan kita ... maafkan aku,” Maafkan aku Mas, aku sudah menikah.
Andaikan saja dia bisa berkata seperti itu, dan menceritakan semua kronologi kepada Arik! Tapi itu hanya berandai, karena tak mungkin dia melanggar apa yang telah tertulis oleh Aidan untuk dirinya.
Arik mendesah kecewa lalu menarik tangannya dari tangan Deandra, kemudian menyugarkan rambutnya.
“Aku berharap tidak pernah mendengar kata-kata putus darimu, aku akan kasih waktu untuk berpikir, jangan gegabah mengambil keputusan.” Arik masih belum menerima keputusan Deandra.
Deandra mendorong kursinya sedikit ke belakang, lalu beringsut dari duduknya. “Aku minta maaf Mas Arik sekali lagi, aku benar-benar tidak bisa,” ucap Deandra masih bergetar, lalu tak lama dia meninggalkan Arik seorang diri.
“Deandra!” teriak Arik, baru saja pria itu ingin mengejar tapi sudah terhalangi dengan ajudan Aidan yang pura-pura menyenggolnya, hingga terjerembap di lantai.
...----------------...
Melepaskan orang yang dicintai memang sangat berat dan memilukan hati, tapi itulah pilihan hidup yang harus dijalankan. Namun hati kecilnya berharap jika ini adalah untuk sesaat dan esok akan bisa kembali terjalin kasih.
Air mata terus mengalir di kedua netra Deandra, hati yang sedih dia tumpahkan selama perjalanan pulang menuju mansion milik mertuanya dengan menumpangi ojek online.
“Mbak, sudah sampai tujuan,” tegur tukang ojek online ketika motornya sudah berhenti melaju.
“Oh iya Mas, makasih." Deandra baru menyadari jika saat ini dia sudah berada di depan gerbang tinggi mansion Papa Ricardo. Dilepaskannya helm dan diberikan kepada ojek online tersebut ketika dia turun dari motor, lalu dia berdiri dengan menatap nanar gerbang tinggi tersebut.
TIN ... TIN ... TIN!
Suara klakson mobil begitu nyaring di belakang Deandra berdiri, sampai wanita berkacamata itu terlompat dari berdirinya. Dia pun menoleh ke belakang lalu bergerak untuk meminggirkan dirinya sendiri ke samping.
Salah satu kaca mobil itu pun ada yang terbuka, dan terlihatlah wajah dingin Aidan, Deandra yang sekilas melihatnya langsung membuang mukanya, agar tidak menatap Aidan.
Wanita itu pun bergerak masuk saat gerbang sudah terbuka lebar, sembari mengusap kedua netranya yang masih basah.
“Selamat datang kembali lagi Deandra, di rumah neraka ini!” batin Deandra.
Layaknya seorang pelayan, dia masuk dan keluar dari mansion melalui pintu samping khusus para maid yang bekerja, bukan melalui pintu utama.
Baru saja Deandra mau ke paviliun tempat di mana dia tinggal, ternyata dirinya sudah dicegat oleh mertuanya, Mama Amber.
Wanita paruh baya itu sudah melipat kedua tangannya di dada, kedua sorot matanya terlihat sudah tidak bersahabat.
“Mmm, bagus ya! Jam 8 malam baru tiba di mansion! Enak sekali kamu!” sentak Mama Amber dengan seringai tipis di wajahnya.
Deandra menghentikan langkah kakinya kemudian menatap wajah wanita paruh baya itu. “Maaf Nyonya, tadi aku ada keperluan sebentar setelah pulang kerja,” jawab Deandra apa adanya.
“CK .. keperluan di luar ... atau habis jual diri di luar sana!” tuding Mama Amber dengan sadisnya berkata.
Tangan yang masih diperban menggenggam erat tali tasnya, menahan rasa marahnya atas tudingan yang tak benar itu.
“Terima kasih atas tuduhan tersebut Nyonya, jika pun benar aku menjual diri, tidak ada yang melarangkan. Bukankah aku punya hutang untuk membayar vas bunga milik Nyonya!” jawab balik Deandra berusaha terlihat tegar.
Mama Amber memindai wanita berkacamata itu dengan tatapan jijik nya. “Bodoh sekali kalau ada pria yang mau memakai jasa kamu!” sarkas Mama Amber.
Deandra mendesis geram. “Berarti anak Nyonya termasuk pria yang bodoh mau menikahi aku, yang seharusnya tidak perlu dinikahi!” balik berkata Deandra dengan lantangnya.
“Kamu!” geram Mama Amber, jari telunjuknya menunjuk ke arah Deandra. Wanita berkacamata itu berusaha terlihat tenang.
“Berani sekali kamu menjawab semua perkataan saya! Dan bilang anak saya bodoh! Dasar wanita tidak tahu diri, dasar babu! Masih untung kamu tidak di penjara!” bentak Mama Amber. “Sekarang juga masuk segera ke dalam, dan selesaikan semua tugas kamu!” kembali berkata Mama Amber dengan suara meninggi.
“Sedari tadi aku juga mau masuk ke dalam Nyonya, tapi Nyonya menahan aku di sini.” Kembali Deandra menjawab, dengan memutar malas kedua bola matanya.
“DEANDRA!” teriak Mama Amber sudah naik pitam mendengar jawaban menantu keduanya. Mendengar Mama Amber meneriaki namanya, dia kembali melangkahkan kakinya dan berlalu dari wanita yang masih marah padanya dengan tatapan datarnya.
“Bodo amat, mau teriak seperti apapun, aku tidak peduli. Aku harus kuat menghadapi semuanya!” batin Deandra, berusaha menguatkan diri sendiri.
Tugas pekerjaannya pun mulai dia kerjakan setelah wanita berkacamata itu mengganti pakaian maidnya, dan seperti biasa pelayan yang selalu jutek dengannya memerintahkan untuk ke bagian laundry dan di sana sudah ada bagian tugasnya yaitu setumpuk pakaian yang harus dia setrika.
“Bismillah semoga bisa menyelesaikan semuanya,” gumam Deandra sendiri, setelah melihat tumpukan kain dan jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 20.20 wib.
Untuk menemani rasa sepi dan kegalauannya, Deandra menyetel music dari ponselnya, dan mulai menyetrika pakaian tersebut.
Satu jam kemudian ...
Tiba-tiba saja pintu ruang laundry terbuka, tapi sayangnya Deandra tidak mengetahuinya karena sangat menikmati pekerjaannya sembari berdendang.
“Ehm ...,” deheman seseorang terdengar jelas, dibalik lantunan musik itu.
Bersambung ...
keren thor..
aq suka ma novel2 mu.....
sukses selalu thor...../Heart//Heart//Heart//Heart/