Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terhianati
Setelah selesai sarapan mereka kembali ke kampus, raut wajah Evan sudah tidak bersahabat melihat menfess Nolite yang sedang ramai membicarakan mereka yang tertidur di parkiran kampus kemarin sore.
"Epan masih laparkah? kenapa tadi nggak pesen lontong dua porsi aja biar kenyang, Epan kan cowok makannya pasti lebih banyak dari aku, apa lagi Epan tadi nggak makan sayurnya, cuma makan lontong sama kuahnya aja. kita puter balik yuk, kita makan lontong lagi biar Epan nggak cemberut terus," bujuk Calista yang sedikit merasa bersalah. Mungkin Evan marah karena jadi berita hangat dengan kedekatan mereka.
"Diem, gue lagi nyetir," sahut Evan dengan nada tapi terdengar dingin.
"Oke," cicit Calista.
"Evan beneran nggak laper?" tanya Calista untuk ke sekian kalinya, ia sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa melihat pantulan wajah Evan di spion. wajah tampan itu terpantau masih kaku dengan sorot mata yang jelas menahan kesal.
Evan mengambil nafas dalam untuk sedikit meredakan rasa kesalnya.
"Nggak Ca, gue nggak laper. mending Lu diem dulu, biar gue fokus bawa motornya," sahut Evan dengan nada rendah berusaha untuk menahan emosi.
"Okey," nanti tapi kalau laper bilang ya," tukas Calista.
"Hem," deheman kecil dari Evan membuat Calista berhenti mengoceh agar suasana hati Evan tidak semakin buruk.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk mereka sampai di kampus, Evan menghentikan motornya tak jauh dari fakultas peternakan agar Calista tidak berjalan terlalu jauh. Setelah turun dari motor hitam Evan, Calista melepaskan helm lalu menyerahkannya pada sang pacar.
"Siang Lu ada kelas nggak?" Tanya Evan tanpa melihat ke arah Calista, dia sibuk mengaitkan helm di pengait motornya.
"Ntar siang ada sih 2 jam. Habis itu ya kayak biasanya paling di tempat Elizabeth sama Carles," jawab Calista sembari merapihkan rambutnya. yang sedikit berantakan setelah memakai helm.
Eva membeku, dengan dahi berkerut dia menoleh menatap Calista dengan raut wajah bingung.
"Temen Kelas Lu?" Calista menggeleng.
"Sapi-sapi aku," Evan hanya menggeleng jengah mendengar jawaban Calista, anak Fapet dan ternaknya, sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan.
"Kelar kelas kabarin gue, gue balik."
"Balik? Epan mau pulang?" tanya Calista dengan raut wajah bingung, sementara yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Maaf, aku kira Epan ada kelas pagi makanya aku minta jemput," tutur calista dengan bibir manyun, ia merasa bersalah karena merepotkan pacar gantengnya itu.
"Nggak perlu minta maaf, manfaatin gue sebagai pacar Lu sebaik mungkin. Gue cuma mau nebus dosa gue, jangan Ge-er," nada bicara Evan sedikit sarkas di akhir kalimatnya, membuat senyum di bibir Calista turun dan berubah manyun.
Tanpa berpamitan lagi Evan menyalakan mesin motornya lalu perlahan mengendarai kuda besi itu menjauh. Evan ingin segera pulang dan kembali bertemu dengan kasurnya, diamasih sangat mengantuk dan berencana untuk melanjutkan tidurnya lagi.
Calista masih berdiri di tempat menatap punggung yang berbalut kaos hitam itu sampai tak terlihat. Gadis yang mengenakan celana jeans panjang dengan kaos warna krem itu membalikan tubuh dan berjalan menuju gedung falkutasnya. Kaki yang baru mengayun beberapa langkah itu pun terhenti saat melihat sesosok wanita yang berdiri tegap dengan tangan terlipat di dada, tatapannya tajam menatap kearah Calista dengan tajam yang menghunusnya. Dengan ceringiran canggung Calista melanjutkan langkah yang sedikit terasa berat. Gadis itu menarik garis bibir sepanjang yang ia bisa, membuat senyum palsu yang terlihat memuakkan.
Kedua gadis itu berdiri berhadapan dengan rasa canggung yang berat, Calista mencoba memasang wajah memelas meminta pengampunan tapi tidak mempan.
"Lu utang penjelasan sama gue!" tegas gadis berkepang dua dengan poni yang menutupi dahinya.
"Hehehehe ...." Calista menyengir sembari sedikit mengerakkan bahu.
"Hehe-hehe, gue nggak butuh hehe Lu ya Ca. Gue mau nanya deh, Ca... Elu tuh emang nggak ada niatan sama sekali buat cerita ke gue kalau elu deket sama si anak hukum itu? Malah duluan menfess kampus daripada gue. Gimana sih? Gua merasa terhianati, terabaikan, gue sahabat Lu kan Ca. Bukan kang somay depan kampus. Seharusnya gue tahu lebih dulu daripada akun mimin yang bikin berita di menfess itu."
Tangan Laura yang tadinya menyilang kini perpindah posisi jadi nangkring di pinggangnya. itu berarti level ngambek laura udah sampai level dua dang nggak akan cukup hanya dengan penjelasan. Muka panik Caca jelas terlihat, ia narik napas berusaha tenang sebelum mulai bicara.
"Aku bisa jelasin, Laura... Aku bukan sengaja nggak cerita ke kamu. Aku dan Evan baru banget jadian, beneran."
"Baru jadian tapi udah mesra-mesraan di parkiran sampe Evan makein helm ke elu? Wah, kayaknya buat "baru" kok udah kayak sinetron banget ya? Lu bisa kan cerita sama gue di chat, dasarnya Lu emang nggak niat kasih tau gue Ca," sarkas Laura yang mulai drama.
"iya sih," lirih Calista menunduk.
"Tapi Lau, kamu taukan aku pulang ngampus harus kerja. Aku mana sempet pegang hape, bisa diomelin abis-abisan sama Bu Halimah kalau sampa gue main hape pas kerja. Laprak kita kan juga harus dikumpulin pagi ini, jadi aku tuh ngebut semalem biar ke kejar," tutur Calista mencoba menjelaskan, ia berharap sahabatnya ini bisa mengerti dan berhenti merajuk.
"Alasan Lu nggak bisa gue terima Calista Almaira, Lu cukup ngetik 'aku PDKT sama Evan', udah simpel. Lu cukup ketik kalimat itu Ca, nggak makan waktu lama kok, kalau Lu emang niat ngabarin gue, tapi kayaknya gue bukan prioritas sih, cukup tau aja gue. Au ah males, gue mogok ngomong seminggu sama Lu pokoknya!" Tegas Laura dengan kesal, mata yang berbingkai kacamata itu mendelik sinis pada Calista.
"Astaga Laura Marissa, nggak gitu. Cerita aku sama Epan tuh panjang, aku pengennya cerita langsung ke kamu. Tapi kalau kamu ngambek gini aku gimana ceritanya, padahal aku pengen traktir kamu susu caramel Fapet sambil di kelas, sambil cerita. Tapi kalau kamu mogok ngomong ya sudah, mau gimana lagi coba."
Calista menurunkan bahunya kecewa, gadis itu kemudian berjalan dengan kepala menunduk sedih. Ia berjalan begitu saja melewati Laura yang bimbang, susu Fapet rasa caramel tentu tidak bisa dilewatkan tapi dia masih kesal dengan Calista.
"Caca tunggu!" Pekik Laura yang kemudian berlari kecil menyusul langkah Calista yag sudah cukup jauh meninggalkannya. Padahal perasaan anak itu baru jalan, kenapa bisa secepat itu.
"Mogok ngomongnya batal, tapi gue minta susu caramel dua," ucap Laura.
"Hehehehe ....." Calista tahu pesona susu Fapet rasa caramel memang tidak bisa di tolak oleh siapapun.
Laura menurunkan tangan yang tadinya bertengger di pinggang, wanita itu membenarkan kaca matanya lalu membalikan badan. Calista tersenyum dan menyusul langkah sang sahabat yang berjalan menuju kelas. mereka.
"Tapi beneran aku nggak abis pikir gimana kamu bisa deket sama si anak hukum itu,"celetuk laura yang masih penasan, walaupun Calista sudah berjanji akan mejelaskannya nanti.
"Ya,pokoknya gitulah. Ntar aja aku ceritain di kelas," sahut Calista sambil mengedarkan matanya ke sekeliling.
Laura pun mengikuti apa yang Calista lakukan, beberapa pasang mata memperhatikan mereka, lebih tepatnya memperhatikan Calista. Sudah berapa lama mereka memperhatikan Calista? mungkin sejak Evan mengantarkan Calista tadi. Semua tentang Evan dan tiga arjuna Nolite itu memang akan selalu menjadi perhatian, lihat saja sebentar lagi pasti akan ada sesuatu di menfess Nolite.
Dua sahabat itupun memutuskan untuk mempercepat langkah. Kelas pagi ini cukup melelahkan, selain menyerahkan hasil laporan kelompok mereka juga menerima materi baru untuk tugas praktek simulasi nanti siang. Masih simulasi belum terjun langsung ke lapangan, terjun pun bukan untuk turun tangan praktek dengan tangan sendiri, meski Calista sudah sangat ingin "Nyempung" langsung.
Seperti yang Calista janjikan, dia dan laura tidak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin. Dua gadis itu malah mojok di sudut kelas dengan sesajen lengkap, dua susu tiga susu caramel dan keripik, coklat batang yang tidak pernah absen dari tas Laura. tentunya calista sudah mengirim pesan pada Evan untuk mengabarkan dia istirahat bersama laura di kelas, Evan pun masih ada kelas dan tidak bisa menghampiri Calista.
"Jadi gimana? gimana Lu bisa deket sama tuh anak Hukum?" tanya Laura mengawali pergibahan mereka, dia mematahkan coklat batang jadi dua lalu memberikan separuhnya pada Calista.
"Kamu inget nggak aku pernah cerita kalau si joni jadi korban tabrak lari?" calista mengigit ujung coklat miliknya sembari menatap arah luar jendela seolah mengenang sesuatu.
Dahi Laura berkerut kecil membuat kacamatanya ikut terangkat naik, tak lama kemudian mata lentiknya membola seolah menemukan petunjuk dari pertanyaan yang Calista lemparkan.
"Jangan bilang kalau pelakunya itu..."
"Seperti yang kamu pikirkan, pelakunya Evan Galenio," dengan nada datar dan raut sedih Calista menyahuti ucapan Laura yang menggantung.
"Demi apa Ca?"
"Demi si Jono yang masih idup dan demi Elizabeth yang lagi hamil," tukas Calista dengan nada kesal.
"Jadi dia pelaku yang udah bikin Lu nangis bombay sehari semalem sampe demam, dan nggak fokus saat kerja kelompok kemarin itu?" cerca Laura dengan detail.
"Iya Lau, dia pelakunya. Meski dia ganti motor aku tetep kenal helm sama jaket yang dia pake, pas aku tanya dia juga ngaku kok kalu udah nabrak kucing," tutur Calista dengan tenang padahal Laura sangat terkejut dengan penjelasan Calista.
Laura menarik mundur wajahnya dengan ekpresi kaget yang di hiperbolakan, mata melebar dengan mulut yang juga terbuka dan bunyi hah, untuk seperkian detik Laura seperti itu lalu dengan cepat ia mencondongkan tubuhnya lagi mendekat ke arah Calista.
"Terus gimana?" tanya Laura dengan berbisik. Calista menghela nafas dalam lalu menceritakan kejadian di Kantin dan rooftop pasa Laura.
kpn Evan tahu tentang Calista
ini yg di umpetin Caca ttng keluarganya yg buruk rupa buruk hati buruk kelakuan jg.
lalu paman nya Calista mna knpa gk ada yg belain Calista
kasian km cal Malang sekali nasib km udah mah kurang tidur blum LG harus kuliah semoga km sehat selalu ya cal