NovelToon NovelToon
Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Sinopsis:

Melia Aluna Anderson, seorang manajer desain yang tangguh dan mandiri, kecewa berat ketika pacarnya, Arvin Avano, mulai mengabaikannya demi sekretaris barunya, Keyla.

Hubungan yang telah dibina selama lima tahun hancur di ulang tahun Melia, saat Arvin justru merayakan ulang tahun Keyla dan memberinya hadiah yang pernah Melia impikan.

Sakit hati, Melia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dan menerima perjodohan dengan Gabriel Azkana Smith, CEO sukses sekaligus teman masa kecilnya yang mencintainya sejak dulu.

Tanpa pamit, Melia pergi ke kota kelahirannya dan menikahi Gabriel, yang berjanji membahagiakannya.

Sementara itu, Arvin baru menyadari kesalahannya ketika semuanya telah terlambat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meninggalkan Masa Lalu

Hujan turun perlahan di luar jendela, menciptakan suara gemericik yang samar-samar terdengar di dalam kamar. Melia duduk memeluk lututnya di sudut tempat tidur. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis, tapi air matanya tetap mengalir, tak peduli betapa kerasnya ia berusaha menahan.

Di ruangan sebelah, Arvin tertidur pulas. Entah bagaimana pria itu bisa tidur dengan nyenyak setelah apa yang terjadi malam ini. Melia menatap kosong ke arah pintu kamar yang tertutup. Segala kenangan selama lima tahun belakangan berputar seperti film di kepalanya, tawa mereka, janji-janji manis Arvin, hingga momen kecil yang dulu begitu berarti.

Namun, semua itu kini seperti ilusi.

Melia meraih ponselnya. Tangannya bergetar saat ia membuka kontak “Mama.” Sudah berhari-hari ibunya menelepon, meminta Melia pulang dan mempertimbangkan tawaran untuk menikah dengan Gabriel. Selama ini, Melia selalu menghindari percakapan itu. Baginya, Gabriel adalah masa lalu, teman kecil yang dijodohkan dengannya, yang sama sekali tidak ia pikirkan.

Tapi malam ini, sesuatu dalam dirinya retak. Ada keinginan kuat untuk lari dari semuanya, untuk berhenti berjuang sendirian dalam hubungan yang jelas-jelas sudah tidak sehat.

Setelah menarik napas panjang, Melia menekan tombol panggil. Suara dering ponsel terdengar beberapa kali sebelum akhirnya disambut oleh suara lembut ibunya.

“Melia, sayang? Ada apa, nak? Sudah malam begini...”

Suara ibunya membuat dinding pertahanan Melia runtuh seketika. Air matanya kembali jatuh. Ia berusaha bicara, tapi suaranya tercekat.

“Melia? Kenapa kamu menangis, sayang? Ada apa?” suara ibunya terdengar khawatir.

“Mama...” Suara Melia terdengar bergetar. “Aku mau pulang, Ma...”

Ibunya terdiam sesaat. “Kamu kenapa, Mel? Ada masalah dengan Arvin?”

Melia tak sanggup menjawab. Hanya isak tangis yang terdengar di ujung telepon. Setelah beberapa saat, ia berhasil mengumpulkan keberanian dan berkata pelan, “Aku mau pulang... Aku setuju menikah dengan Gabriel.”

Keheningan kembali mengisi percakapan mereka. Ibunya terdengar menahan napas, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Kamu serius, Mel?”

“Iya, Ma,” jawab Melia lirih. “Aku capek, Ma... Aku nggak mau begini terus.”

Suara ibunya melembut, penuh kehangatan. “Kalau itu yang kamu mau, Mama akan siapkan semuanya. Pulanglah, sayang. Mama dan Papa selalu ada untuk kamu.”

“Terima kasih, Ma...” Melia mematikan teleponnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa lega meski hatinya masih penuh luka.

Cahaya pagi menembus jendela kamar, tetapi suasana di apartemen tetap kelabu. Melia berdiri di depan lemari, memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Suara gesekan ritsleting memenuhi ruangan, seolah menjadi tanda perpisahan yang tak terelakkan.

Arvin masih tertidur ketika Melia keluar dari kamar, koper kecilnya ia tarik dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Ia berhenti sejenak di ruang tamu, memandang sekeliling apartemen yang sudah mereka tinggali selama lima tahun. Begitu banyak kenangan di setiap sudut ruangan, tetapi semuanya terasa kosong sekarang.

Melia meletakkan kunci apartemen di atas meja, bersama secarik kertas bertuliskan:

“Arvin, aku pergi. Jangan cari aku. Terima kasih untuk lima tahun yang sudah kita lewati bersama. Selamat tinggal.”

Tangannya gemetar saat ia meletakkan surat itu. Satu tetes air mata jatuh, tapi ia cepat-cepat menyekanya. Melia tahu, jika ia berlama-lama, ia mungkin tidak akan sanggup pergi. Dengan langkah mantap, ia keluar dari apartemen itu, tempat yang pernah ia sebut “rumah,” yang kini terasa begitu asing.

📍Di Bandara Kota N

Melia duduk di ruang tunggu bandara. Koper kecil berada di sebelahnya. Ia memakai jaket hitam panjang, wajahnya tampak pucat meskipun riasan tipis berusaha menutupi kelelahan di matanya. Pesawat ke Kota B akan berangkat dalam waktu satu jam.

Ponselnya bergetar di dalam saku, menampilkan nama Arvin di layar. Melia hanya menatapnya tanpa niat untuk menjawab. Ia tahu Arvin akan panik saat membaca surat itu, tapi semua sudah terlambat.

Suara panggilan untuk boarding akhirnya terdengar. Melia berdiri, mengambil kopernya, dan melangkah menuju gerbang keberangkatan. Dengan setiap langkah yang ia ambil, rasa sakit di hatinya terasa sedikit berkurang. Ia tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang baru, meski ia belum tahu apa yang akan menunggunya di Kota B.

📍Kota B Apartemen Melia

Melia turun dari taxi dengan wajah lelah, tetapi hatinya terasa sedikit lebih ringan saat melihat apartemen yang dulu selalu ia rindukan.

Seorang pria berdiri dengan senyum lembut di wajahnya. Gabriel Azkana Smith, pria tampan dengan jas rapi dan aura tenang, menatap Melia dengan tatapan hangat. Gabriel telah kembali ke Indonesia beberapa minggu lalu dan sempat mendengar kabar bahwa Melia sedang dalam masalah.

“Selamat datang kembali, Melia,” kata Gabriel lembut.

Melia menoleh dan terkejut melihat Gabriel. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengannya, teman kecilnya yang dulu sering menjahilinya, tetapi juga selalu menjaganya. “Gabriel... Kamu di sini?”

Gabriel tersenyum kecil. “Mama kamu bilang kamu akan pulang. Jadi, aku pikir... aku harus ada di sini untuk menyambutmu. Aku tau, kamu gak langsung ke kediaman Anderson.”

Melia hanya mengangguk pelan, tak mampu berkata apa-apa. Kehangatan di rumah ini membuat hatinya terasa sedikit lebih utuh.

Beberapa jam kemudian, Melia sudah sampai di Apartemen nya. Duduk di ruang tamu bersama Gabriel. Mereka berdua menikmati teh hangat sambil sesekali bertukar cerita. Gabriel menatap Melia penuh perhatian.

“Kamu terlihat lelah, Mel,” ujar Gabriel hati-hati.

Melia hanya tersenyum tipis. “Aku... butuh istirahat. Semua ini terlalu berat buatku.”

Gabriel mengangguk, seolah mengerti tanpa perlu penjelasan lebih. “Aku dengar dari tante kalau kamu setuju dengan rencana pernikahan kita. Apa kamu yakin?”

Melia menatap ke dalam cangkir tehnya, merenung sejenak sebelum menjawab. “Aku butuh seseorang yang bisa menerima aku apa adanya. Aku... sudah terlalu lelah berjuang sendirian.”

Gabriel menatap Melia dalam-dalam. “Mel, aku janji, kalau kamu setuju menikah denganku, aku akan menjaga kamu. Aku nggak akan pernah membiarkan kamu merasa sendirian lagi.”

Nada suaranya terdengar tulus. Melia merasa ada ketenangan di dekat Gabriel, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

Melia berbaring di tempat tidurnya di kamar lamanya. Cahaya lampu tidur menerangi ruangan dengan lembut. Ia menatap langit-langit kamar, merasa asing tetapi nyaman sekaligus.

Ponselnya bergetar di meja, satu pesan masuk dari Arvin:

“Mel, kamu di mana? Aku bisa jelasin semuanya. Tolong jangan pergi.”

Melia menatap pesan itu tanpa ekspresi. Jari-jarinya mengetik balasan singkat:

“Sudah terlambat, Arvin. Selamat tinggal.”

Setelah mengirim pesan itu, Melia mematikan ponselnya dan memejamkan mata. Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia tidur dengan tenang.

Di luar sana, Gabriel duduk di beranda rumah sambil memandangi langit malam. Dalam hatinya, ia berjanji akan menghapus setiap luka di hati Melia dan membuatnya bahagia.

Melia telah mengambil langkah besar untuk meninggalkan masa lalunya. Dengan luka yang masih belum sembuh, ia memulai babak baru dalam hidupnya, bersama Gabriel, pria yang sejak dulu menyayanginya dalam diam. Namun, apakah keputusan ini akan benar-benar membawa kebahagiaan? Atau ada ujian lain yang menanti di depan?

Satu hal yang pasti, malam ini adalah akhir dari perjuangan sia-sia Melia, dan awal dari sesuatu yang baru.

1
Anto D Cotto
lanjut thor
Anto D Cotto
menarik
Yuni Ngsih
waduuuh Thor ko dipotong ...👍👍👍💪💪💪
Yuni Ngsih
rasakan marvin itu adalah karma bagimu ...huh
Yuni Ngsih
maju terus melia didlm kehidupan itu sdh di beri pasangan masing "sdh ada hujan pasti ada pelangi ....ok
Yuni Ngsih
melia lepaskan laki" seperti si Arvin ....dunia tdk selebar daun kelor .....pasti kamu mampu ....💪💪💪
Yuni Ngsih
klw aku jd Melia selidiki dah tau karakter seperti itu tinggalka azah ,jadi wanita hrs kuat yg berumah tangga azah bisa pisah apalagi pacaran .....laki" apa yg cepet terpengaruh oleh perempuan lain ....😡😡😡
nadira ST
sukurin lo maemunah, berharap dapatin arvin eh ternyata zonk,keyla kamu tu seperti virus perlu dsikat wc umum
Kang cilok: Mampir yuk kak ke KAU DAN AKU BERSAMA 😄
total 1 replies
nadira ST
waktu kamu mengabaikan melia, membuat semua orang terluka termasuk pemirsa, kini kamu merasakan jadi melia betapa terlukanya hati, padahal beban hidupku lebih berat daripada terluka karna cinta
Wahyuningsih
ma2m tuh pnysln nyakho emng enk kcian deh lu mngknya jgn mngabaikn prsaan orng yg tlus sma kta bru mrskn kn stlh orngnya udh prgi mnjauh. d tnggu upnya kmbli thor jgn lpa yg buanyk n hrs tiap hri sellu jga keshtn istrht yg ckp mkan tept wktu sellu 💪💪💪💪💪💪😃😃😃
Kang cilok: Mampir yuk kak ke KAU DAN AKU BERSAMA 😄
total 1 replies
Wahyuningsih
cinta bleh tpi jgn bdh krktrnya kk mnyblkn bngt sih thor bkin emosi sja udh d skti msih aj ngrpin goblk emng
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
pling malas ada wanita bodoh
Uti Enzo
wanita bodoh
Myra Myra
tak sbr ape akan jadi
Titik Martiyah
instink seorang wanita biasanya tak dpt diabaikan...arvin yg mulai cuek dan lebih nyaman dg keyla...
Ayu Ayu
akhirnya sadar klu hidup gk cuma mkn cinta biar di rasain TU laki" gk Tau diri sama si pelakor halus
nadira ST
makan tu penyesalan arvin sampai diare
ratu
akhirnya keluar... jadi wanita jangan bodoh menatapi laki seperti itu
Lily of The Valley: sabar kak.. sesuai judul ,😭😭
total 1 replies
Ika Kirana
kee terlalu bertele2 gk sih?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!