Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Kita Akhiri Saja
Di lain tempat, Dariel baru saja menyelesaikan ritual mandinya setelah bertemu dengan kolega bisnisnya. Dariel berencana ingin membangun anak perusahaannya yang baru di New York dan bekerja sama dengan teman dekatnya yang juga merupakan pebisnis ternama. Kemungkinan ia akan kembali ke LA besok pagi.
Dariel duduk bersandar di kepala ranjang sembari membuka laptopnya.
Drrrtt....drrrrtt..
Ponsel Dariel bergetar. Dariel meraih ponselnya dari atas nakas dan melihat panggilan masuk dari Chris, sekretarisnya.
"Halo Chris," ucap Dariel mengangkat ponselnya.
"Dariel.. aku melihat Jenifer tadi," ucap Chris membuat Dariel terkejut.
"Ba.. bagaimana bisa Chris?" tanya Dariel seolah tak percaya.
"Aku tidak tau pasti, tapi wanita yang ku lihat tadi sangat mirip dengan Jenifer. Aku tidak sengaja melihatnya masuk ke dalam mobil saat aku makan siang di luar tadi. Aku ingin mengejarnya tapi tidak sempat lagi," jawab Chris.
"Chris cari tau siapa wanita itu sebenarnya! aku ingin mengetahuinya secepatnya," ucap Dariel mematikan panggilannya.
Dariel melihat ada 15 panggilan tak terjawab dari Casey. Pria itu mengerutkan alisnya, Casey benar-benar berani. Pasalnya ini nomor pribadinya yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Tidak ada yang pernah menghubunginya hingga sebanyak ini. Ibunya saja tidak pernah melakukannya. Karena memang hampir tidak pernah Dariel tidak mengangkat panggilan dari ponselnya jika itu nomor pribadinya. Dan jika Dariel tidak mengangkatnya pada panggilan pertama, mereka tidak akan memanggilnya lagi, kecuali Dariel yang memanggilnya.
Dariel kemudian menghubungi nomor Casey dan tak lama kemudian Casey mengangkatnya.
"Ada apa?" tanya Dariel datar.
"Kamu tau bukan jika aku memang menjebak mu waktu itu dan tidak ada yang terjadi di antara kita. Aku memang sengaja melakukannya. Kamu menyalahkan ku karena hubungan kalian berakhir bukan? tapi asal kamu tau, Adeline juga mempunyai peran disini. Dia mengakhiri hubungan kalian karena dia sudah mengandung anak Malvin," ucap Casey. Sontak Dariel terkejut. Sudah ia duga, jika Adeline mengakhiri hubungan mereka bukan karena ia masih belum percaya jika dia dan Casey malam itu tidak melakukan apa-apa. Sial, lagi-lagi dia dipermainkan oleh kedua kakak beradik itu. Dariel mengepalkan tangannya.
"Jadi ku pikir kita harus mengakhiri pernikahan ini, bagaimana?" tanya Casey antusias. Entah mengapa membuat Dariel tidak suka, Casey seolah menolaknya terang-terangan. Bagaimanapun juga, ia terbiasa dengan wanita yang memujanya dan belum pernah ada yang menolaknya karena menolak adalah perannya.
"Sudah ku katakan jika ini semua tidak akan terjadi kalau bukan karena kamu," ucap Dariel mengakhiri panggilannya. Saat ini dia sedang menahan emosinya.
Dariel mencari kontak Adeline di ponselnya dan menghubungi mantan kekasihnya itu. Adeline mengangkatnya. Baru satu kata yang keluar dari mulut wanita itu, Dariel langsung memotongnya.
"Temui aku besok siang di Cafe tempat kita biasa bertemu. Jika kamu tidak datang maka aku akan melakukan sesuatu pada Casey," ucap Dariel mematikan ponselnya.
"Akh... sialan...." pekik Dariel melemparkan ponselnya dengan kuat di atas tempat tidurnya.
"Bagaimana bisa Adeline mengandung anak Malvin.
Apa sebelumnya mereka memiliki hubungan dibelakang ku," ucap Dariel mengeraskan rahangnya. Jika sampai itu terjadi, maka Dariel tidak akan segan-segan memberi pelajaran pada mereka.
"Sial... aku butuh minum sekarang.." ucap Dariel turun dari atas ranjangnya melangkahkan kakinya menuju mini bar di kamarnya. Dariel menginap di hotel miliknya di New York. Kamar itu sengaja dirancang khusus untuknya.