Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Tidak Bisa Protes.
"Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku tetap ingin melakukan pengobatan di Jakarta. Jadi kau tidak punya hak untuk memaksa diriku dan aku tidak peduli jika orang tuaku setuju apa tidak yang menjalankan semua itu adalah aku dan aku dan segala keputusan ada padaku!" tegas Nasya.
Nathan menanggapi tulisan itu dengan tersenyum tipis yang membuat Nasya mengerutkan dahinya.
"Apa-apaan dia. Kenapa dia tersenyum. Apa yang dia rencanakan," batin Nasya yang semakin panik.
"Nasya aku tahu kau menyetujui pernikahan ini hanya karena kesal denganku yang menurutmu aku telah menghancurkan kehidupanmu dan kau juga kesal melihat ibuku yang hanya berpura-pura simpati kepadamu. Tapi kau juga harus tahu satu hal. Ketika aku memutuskan bertanggung jawab kepadamu untuk menikah denganmu yang adanya seluruh yang ada pada dirimu adalah tanggung jawabku,"
"Kau pernah berpikir tidak kenapa orang tuamu membiarkan aku menikah denganmu. Karena memang sangat tidak mungkin jika waktuku aku habiskan dan melakukan segala sesuatu sampai kontak fisik denganmu tanpa adanya ikatan pernikahan. Orang tuamu setuju agar mereka tidak khawatir. Jadi yang artinya apapun yang ingin aku lakukan kepadamu bukan lagi menjadi tanggung jawab orang tuamu dan semua ketentuan aku yang mengatur!" tegas Nathan.
Nasya geleng-geleng kepala dan kembali menulis dengan cepat di ponselnya.
"Kau protes dan tidak setuju. Tetapi kembali semua keputusan berdasarkan atas persetujuan ku!" tegas Nathan.
"Apapun itu aku sama sekali tidak peduli dan aku tidak akan pergi kemana-mana!" tegas Nasya.
"Kalau kau tidak mau. Kau saja yang melakukan pengobatan sendiri dan tanpa menyeretku ke dalam hidupmu. Kau ingin aku bertanggung jawab dengan hukum. Aku sudah mengatakan kepadamu tidak pernah takut. Hanya ibuku yang mungkin takut, tetapi aku bisa mengatasi segalanya. Jika kau penasaran bagaimana akhirnya. Maka lakukan semaumu yang melanjutkan semua ini pada pihak berwajib dan aku akan meladanimu!" tegas Nathan yang memang tidak takut dengan apapun.
"Memang sangat aneh di negara kita ini. Tidak perlu mengetahui siapa yang bersalah dan yang terpenting siapa yang menjadi korban maka orang yang belum tentu bersalah akan disalahkan dan harus menanggung semuanya," sindir Nathan dengan senyum yang berada di ujung bibirnya.
Wajah Nasya yang benar-benar begitu panik yang mengepal tangan yang sekarang tidak bisa melakukan apapun. Semua ketentuan benar-benar sudah diatur Nathan dan mungkin kesabaran Nathan sudah pada ujungnya. Jika Nasya memang benar-benar ingin bermain-main dengan makan Nathan akan meladeni nya.
"Bagaimana ini? Bagaimana jika benar dia akan membawaku ke Luar Negri. Tidak Nasya, kau jangan memikirkan hal yang tidak akan pernah terjadi. Bukan aku yang harus takut, tetapi justru dia yang harus takut!" batin Nasya yang berusaha tenang dan padahal dirinya panik.
**
Nasya yang berada di ruang tamu bersama dengan kedua orang tuanya. Ada juga Nathan dan Andre di sana.
"Kenapa Bunda dan Ayah membiarkan Nasya melakukan pengobatan di Luar Negri. Nasya tidak mau, Nasya hanya ingin tetap berada di sini!" tulisnya di ponselnya yang mengungkapkan rasa protesnya.
"Nasya semua ini sudah dibicarakan. Waktu kamu masih di rumah sakit. Dokter Ibrahim juga sudah menyarankan semua ini. Dia akan menentukan rumah sakit dan mencarikan Dokter dan juga ahli terapi untuk pengobatan kamu dan bukankah Nathan memang harus membawa kamu pergi," ucap Malika dengan lembut menjelaskan kepada putrinya.
"Nasya hanya ingin melakukan pengobatan di sini Nasya tidak ingin ke mana-mana dan Nasya juga tidak mungkin pergi berdua dengannya. Nasya tidak akan menuruti semua itu!" tegas Nasya.
Nathan yang juga melihat tulisan itu hanya diam saja dengan ekspresi wajah yang tampak santai. Dia tahu Nasya akan protes mati-matian yang pasti sangat takut dengan dirinya. Karena kalau sudah di Luar Negri. Nasya tidak akan bisa melakukan apa-apa.
"Kamu sudah menikah dengan Nathan dan itu juga alasan Ayah menyetujui pernikahan ini agar Nathan benar-benar bisa bertanggung jawab kepada kamu yang menemani kamu berobat sampai kamu sembuh. Karena jika kalian belum ada ikatan pernikahan. Ayah juga tidak mungkin melepaskan kamu," sahut Raden yang sama persis seperti apa yang dikatakan Nathan sewaktu di dalam mobil.
"Nasya ini juga semua demi kebaikan kamu. Kamu tidak perlu takut atau mengkhawatirkan apapun. Dia tidak akan menyakiti kamu dan jika itu sampai terjadi. Kakak yang akan menghabisinya," tambah Andre dengan tegas yang tahu apa yang dikhawatirkan adiknya.
Nathan dan Nasya memang baru saja menikah dan tiba-tiba sudah diajak ke Luar Negeri. Tingkah Nasya selama pernikahan membuat Nathan kesal dan bagaimana jika Nathan membalasnya yang bisa saja meninggalkan Nasya di Luar Negri dan tidak peduli kepada Nasya.
Hal itu yang dikawatirkan Nasya dan jika itu di Jakarta masih ada orang tuanya dan kakaknya dan jika di Luar Negeri dia akan meminta bantuan kepada siapa dan sementara dia saja tidak bisa berbicara dan berjalan.
"Om, Tante tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Saya akan kembali ke Jakarta ketika Nasya sudah bisa berjalan dan berbicara. Saya akan bertanggung jawab penuh dan tidak tanggung-tanggung kepadanya," ucap Nathan meyakinkan kedua orang tua Nasya.
Nasya sudah geleng-geleng dengan kepanikan yang tetap saja tidak menginginkan semua itu.
"Bukan hanya mengobati fisiknya, tetapi juga sekalian mengobati kelakuannya," ucap Nathan dengan pelan tetapi mampu didengar oleh Nasya yang membuat Nasya kaget.
Dia semakin takut dan apalagi Nathan sudah menatapnya begitu tajam. Nasya seolah seperti ingin diberikan pelajaran oleh Nathan atas tingkahnya.
"Kamu mengatakan apa barusan?" tanya Andre yang mendengar samar-samar perkataan Nathan.
"Saya sebagai suaminya bertanggung jawab untuk Nasya dan akan mengobati keseluruhan yang ada pada diri Nasya," jawab Nathan dengan tersenyum yang meralat kata-katanya.
Senyum di wajah itu benar-benar sangat mengerikan yang membuat Nasya rasanya ingin kabur dari Nathan dan tidak ingin lagi melanjutkan rasa sakit hati dan dendamnya kepada Nathan. Memang benar laki-laki yang diam saja jika sudah waktunya akan berubah menjadi monster yang sangat ditakuti.
**
Di dalam kamar Nasya yang bersandar di kepala ranjang dan Malika ada di dalam kamarnya yang ternyata membereskan pakaian Nasya yang memasukkan ke dalam dua koper besar. Penolakan Nasya kali ini tidak dituruti kedua orang tuanya yang selalu saja menuruti semua keinginannya sejak dulu.
Mungkin karena ini masalah pengobatan dan juga demi kebaikan Nasya dan orang tuanya sudah mempercayakan semua kepada Nathan. Jadi Nasya tidak punya pilihan lain dan juga tidak bisa protes. Dia tidak bisa berbicara mempersulit dirinya untuk terus mengoceh.
"Nathan mengatakan di sana ada rumah untuk kalian berdua. Di sana juga ada asisten rumah tangga yang membantu kamu. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena asisten rumah tangga dibawa dari Indonesia. Jadi dia akan mengerti yang pasti sudah paham bagaimana orang Indonesia dengan segala kebutuhannya," ucap Malika.
"Aku sudah menduganya. Dia sengaja membawa asisten rumah tangga yang akan mengurus ku dan sementara dia akan pergi entah ke mana yang dia mau. Dia mengajakku berobat ke Luar Negeri hanya akal-akalan nya saja yang ingin bebas dari semua ini. Aku yakin ini juga adalah Saran dari ibunya," batin Nasya dengan segala pemikirannya yang buruk kepada Nathan.
Bersambung.......