Zavian Xanderson, memiliki kepribadian yang dingin, dan tertutup dengan sejuta pesona yang dimiliki.
Alina Angelica Kwelju. Gadis cantik, pintar dan juga kreatif. Gadis yang kerap disapa Alin atau Ina ini memiliki sebuah rahasia besar yang ia simpan bersama keluarganya.
Ini kisah sosok Zavian Xanderson, sang ketua OSIS SMA Rajawali dan bertemu dengan gadis segudang rahasia itu. Penasaran? Yuk baca^^
Jangan menilai sesuatu dari covernya!
Typo bertebaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
"Kasian dia," ujar Alfata pelan.
"Iya, pasti waktu itu dia sangat terguncang." Zavian pun ikut menimpali.
Saat ini, Zavian sedang duduk di kursi taman yang diduduki Alfata. Ia mencoba untuk menceritakan masa lalu Alesha yang tadi sudah sempat diceritakan oleh Alina sebelum dia mau masuk ke kamar tidur.
Alfata mendengar seluruh cerita itu dari awal sampai akhir, ia pun merasa kasihan dengan gadis itu. Cukup memprihatinkan sekali. Di saat anak-anak lain bersekolah dengan tenang, Alesha setiap hari terus berusaha untuk menghadapi traumanya yang bisa akan kambuh suatu hari nanti.
"Alfa."
"Hm."
"Gw rasa, si Alesha suka sama Lo." Terdiam sebentar, Alfata mencoba untuk terlihat biasa saja mendengarnya.
"Gw tau."
"Trus, Lo biarin dia gitu aja? Minimal Lo kasih kepastian supaya Alesha tidak terlalu berharap ketika Lo gak suka sama dia." Zavian ini sebenarnya tidak dingin-dingin sangat orangnya. Hanya saja, jika bersama orang yang tidak dekat dengannya, ia sering banyak diam bak dinding yang belum dicat. Jabatannya sebagai ketua OSIS membuatnya menjadi pribadi yang sedikit cool dan galak.
Alfata tidak mengeluarkan suara. Cowok itu hanya mengangguk, membuat Zavian menghela napas pelan.
"Jangan bilang kalau Lo masih suka sama cewek itu?" tanya Zavian kembali, membuat Alfata tiba-tiba mematung.
Melihat reaksi Alfata seperti itu, membuat Zavian menatapnya jengah. Ia tau, Alfata sudah lama menyukai seorang gadis ketika SMP sampai sekarang sudah masuk SMA itu pun perasaannya masih tetap sama.
"Move on, Al! Dia mungkin udah punya pacar sekarang. Liat deh, didepan Lo sendiri sudah ada Alesha yang jelas-jelas suka sama Lo."
"Lo sendiri juga sama, masih suka sama gadis kecil yang Lo maksud itu, 'kan?" Alfata balik menuding kata-kata yang diucapkan oleh Zavian.
Damn it!
Zavian yang mendengarnya pun hanya bisa menghela napas. Begitulah kalau menasehati Alfata, pasti lelaki itu akan membalikkan semua kata-kata yang ia ucapkan kepada dirinya sendiri.
"Terserah! Capek juga gw ngomong sama Lo." Zavian yang kehabisan kata-kata untuk membalas pernyataan Alfata akhirnya mengalihkan pandangan ke handphone yang sedari tadi berbunyi notif masuk.
Dia membelalakkan matanya, membuat Alfata merasa bingung melihatnya.
"Lo lagi liat apaan sampai kaget gitu?" tanya Alfata penasaran dengan temannya itu.
"Liat hp Lo, Al. Grup lambe sekolah lagi rame bahas dia."
Dia? Siapa?
Karena penasaran dengan kata 'dia' yang diucapkan oleh Zavian, ia akhirnya segera membuka aplikasi hijau itu yang katanya sedang rame pertanda ada berita yang menghebohkan.
GRUP PARA LAMBE SMA RAJAWALI
{Disematkan✓}
08xxxxxxxx : Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Diberitahukan kepada seluruh penghuni sekolah SMA ULTRAVIOLET, bahwasanya Queen Sekolah kita telah putus dengan kekasihnya sekitar jam 17:15 sore tadi. Maka dari itu, Queen SMA ULTRAVIOLET atas nama Keira Herlambang dinyatakan JOMBLO.
Terimakasih,
Hormat kami
Para Lambe SMA RAJAWALI
Pantes saja Zavian terkejut ketika baru membuka aplikasi hijau itu, ternyata ini berita tentang queen sekolahnya yang baru saja putus.
"Lo pasti senang, Al. Sekarang Lo mulai ada kesempatan untuk bisa kejar dia lagi," ujar Zavian sedikit menampilkan senyumnya, setelahnya lelaki itu berdiri dan mulai beranjak masuk ke dalam rumahnya.
Entah apa yang gw rasain. Harusnya gw senang, tapi kenapa rasanya seperti tidak tenang.
***
Pagi telah tiba, mengeringkan bekas hujan yang datang semalam. Hari ini, geng Astrophile berencana untuk pulang kerumah masing-masing. Mungkin hanya mereka saja yang pulang, karena The Dark Wolf katanya sedang menyusun suatu rencana yang sangat serius sehingga mereka memutuskan untuk tetap tinggal dirumah sang ketua geng itu, Zavian Xanderson A.
"Khanza, Lo udah selesai?" tanya Dhara yang saat ini sedang berusaha mencari sesuatu yang hilang.
"Sudah, nih. Belum ketemu ya punya lo?"
"Belum, bisa-bisanya kalung itu tiba-tiba terlepas." Ternyata yang dicari Dhara adalah sebuah kalung yang selalu ia pakai.
"Sebentar, biar gw bantuin nyari juga." Dhara pun mengangguk.
Sekitar 4 menit, akhirnya kalung itu pun ketemu. Dhara yang menemukannya ketika melipat kembali selimut yang ada diatas kasur.
"Ternyata ada yang patah dikalungnya, pantesan," kata Khanza yang melihat Dhara meneliti kalungnya. Dhara merasa sedih karena itu kalung pemberian sang mama dulu ketika mereka sedang dalam masa ekonomi yang krisis. Sudah bertahun-tahun kalung itu selalu ia pakai.
Huffttt
Dhara menghela napas panjang, apakah ia harus membuang kalung itu?
"Diperbaiki sepertinya juga gak bisa, hufttt." Khanza yang melihat raut wajah Dhara yang sedih itu pun merasa kasian. Kemudian ia teringat sesuatu.
"Ishh ... Lo ini! Gw punya keluarga yang bisa memperbaiki kalung Lo itu."
"Beneran? Apa ini bisa?" tanya Dhara adengan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Ya bisa lah! Lo pasti belum pernah perbaiki semua aksesoris Lo yang udah putus itu? tanya Khanza selidik, Dhara yang mendengarnya pun hanya terkekeh.
"Yasudah, nanti setelah pulang ke rumah masing-masing, kita pergi sebentar buat singgah ke toko paman gw, ya. Sekalian Lo bawa semua aksesoris yang mau Lo perbaiki."
"Aaa ... Makasih Khanza." Dhara memeluk Khanza dengan perasaan senangnya.
Tok tok tok
Ditengah suasana haru itu, seseorang mengetuk pintu kamar mereka dari luar membuat Dhara dan Khanza mengalihkan perhatian mereka dari pintu tersebut.
"Biar gw yang buka," kata Dhara, Khanza pun mengangguk.
Ketika pintu kamar itu mulai terbuka, terlihatlah Alina yang sudah berdiri sambil melipat tangannya di dada.
"Oh, ternyata Ina. Ada apa, buk ketua?" tanya Dhara dengan sedikit candaan diakhir kalimat. Tiba-tiba disamping Dhara sudah berdiri Khanza dengan menyembulkan kepalanya untuk mendengar mereka bicara.
Untuk sesaat, Alina tersenyum melihat mereka. "Kalian sudah selesai atau belum? Yang lain sudah menunggu, sebentar lagi kita akan berangkat," jelas Alina.
"Oh, iya. Kami udah selesai kok, ini mau keluar," respon Dhara. Alina pun mengangguk kecil kepalanya.
"Baiklah, kalau begitu gw tunggu di ruang tamu, ya."
"Siap!" ucap mereka berdua.
***
"Alesha, Lo bareng sama gw pake mobil, ya." Alesha hanya mengangguk lemah menanggapi ucapan Alina. Sungguh, badannya masih terasa lemas, dengan pusing yang masih melanda membuatnya hanya menuruti kata Alina. Entahlah, ia hanya ingin sampai dirumah dan beristirahat.
Alina segera membuka pintu mobilnya ketika Alesha akan masuk dengan bantuan teman-temannya untuk memapah Alesha. Ketika sudah selesai, geng Astro pun mulai menghidupkan motor masing-masing, begitu juga dengan Alina yang menghidupkan mobilnya.
"Kalian, hati-hati dijalan." Mereka pun mengangguk dan mengalihkan pandangan ke Zavian yang sedang berdiri di samping mobil Alina.
"NYEBAR YA, GUYS. BIARIN MOBIL ALINA DI TENGAH!" Seruan Khanza sebagai instruksi ketika ingin berangkat.
Kemudian, geng Astro pun segera berangkat. Dengan posisi mobil Alina yang di tengah-tengah, sesuai yang dikatakan Khanza tadi. Dua motor di depan, dan dua motor lagi dibelakang. Jadi, mobil Alina seperti dijaga ketat oleh teman-temannya. Kenapa hanya empat motor? Harusnya kan, lima ? Alina dan Alesha dalam satu mobil, sedangkan Dhara dibonceng dengan Khanza. Jihan, Bela, dan Chelsea menyetir motornya sendiri.
Luar biasa!
Zavian sedikit tertegun ketika melihat kekompakan mereka. Dirasa sudah mulai menjauh, Zavian pun membalikkan badannya dan ingin masuk kembali kedalam. Tetapi, baru saja berbalik badan, ia terkejut dengan kehadiran Alfata yang sedang berdiri didepan pintu masuk dengan pandangan yang masih menatap kepergian geng Astrophile.
Terdapat guratan bingung di wajah Zavian. Ia sangat ingin bertanya, tetapi jika dilakukan, belum tentu Alfata akan menjawab jujur.
***
To be continued!