Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 18
_happy reading_
Selesai semua mengerjakan tugas dan mengumpulnya. Pengawas keluar, semua mahasiswa riuh dengan jawabannya.
"Susahnya, semoga jawaban yang diberikan Nurul benar." Ujar Fitri pada temannya. Dia justru terang-terangan karena telah menyontek.
Nurul hanya geleng kepala melihat tingkah Fitri yang memang sepert kekanakan saat membahas mata kuliah. Berbeda saat membahas makanan dan rumah tangga, dia bisa seperti sosok yang dewasa.
Lanjut ujian di mata kuliah selanjutnya. Untuk mata kuliah Bahasa Indonesia, tidak ada yang bisa saling nyontek karena soalnya untuk semua, tapi jawabannya untuk setiap individu.
"Huft, gak bisa nyontek nih." Helaan nafas terdengar kasar yang keluar dari mulut Fitri. Di duduk tepat disamping kanan Nurul dan Janah di samping kanan Fitri.
Nurul tersenyum melihat tingkah Fitri yang begitu jujur. "Dia ini lucu juga sih!" Batin Nurul bergumam. Kalau Fitri dan Nurul memang bersaing sama-sama cerdas.
Hanya Nurul lebih pendiam atau pemalu, sedang Janah lebih elegan. Usai dengan seluruh ujian akhir semester selama satu pekan, kini saatnya berlibur.
"Mau liburan kemana?" Tanya Janah dan Fitri bersamaan. Mereka masih di kota P, tepatnya berkumpul di kos Fitri.
"Eh, kompak banget." Jawab Nurul sambil tertawa. "Aku belum tahu pasti sih. Mungkin pulang ke rumah keluarga di kampung Q." Jawabnya.
"Ayo ke rumahku saja Nur." Ajak Fitri tiba-tiba, mereka sedang duduk-duduk di kamar kosnya Fitri. Posisinya Nurul duduk ditepian ranjang, Janah berbaring di atas ranjang, sedangkan Fitri duduk di lantai dengan ponselnya.
"Gak bisa Fit, kamu gak tahu gimana kedua sepupuku kalau aku pergi-pergi. Yang ada aku akan dilaporkan pada keluarga di kampung Q, meski sudah izin pada orang tuaku di kampung R." Jawab Nurul.
Kampung Q adalah kampung keluarga Nurul dari sang ibu, kalau kampung R adalah kampung kelahiran Nurul dan kedua sang adik.
"Kalau aku sudah kos sendiri kalau mau ajak aku ke rumah kamu." Sambung Nurul.
"Ke rumah aku saja supaya aman." Sahut Janah sambil tertawa.
"Ish, kalau di kampungmu malah dekat dengan kampung Q, yang ada aku harus kesana." Jawab Nurul cemberut. Kampung Janah di kampung S, berdekatan dengan kampung Q.
"Kos disini saja Nur, sama saya tinggal." Ujar Fitri serius, Fitri tinggal sama kedua temannya, hanya saja memang kadang kurang akur.
"Hhmm gimana ya, bingung juga." Jawab Nurul apa adanya. Mereka asyik dengan ponsel masing-masing. Nurul yang sibuk mengirim pesan buat kekasihnya tapi tidak kunjung dibalas.
"[Lagi apa de?]" Pesan masuk dari kak Syam, siapa yang dikirimi pesan, siapa yang mengirimkan Nurul pesan?! Herannya.
"Kak Dirman dikirimi pesan tidak dibalas. Ck, ini malah ada pesan dari kak Syam." Gerutu Nurul pelan.
Nurul mengecek ulang pesan yang dia kirim kepada Dirman, jangan sampai salah kirim. "[Lagi apa sayang? Aku di kos Mandiri nih!]" Pesan Nurul terkirim kepada Dirman tapi belum mendapatkan respon.
"Kamu masih pacaran sama Kak Dirman Nurul?" Tanya Janah langsung duduk, dia heran pada satu sahabatnya ini. Pasalnya jarang bertemu tapi mereka tetap bertahan.
Sudah sekitar enam bulan Nurul, Janah dan Fitri bersahabat. Selama itu juga mereka sering ngumpul. Yang paling lama pacaran dengan pacar mereka sekarang adalah Nurul. Tapi dia juga yang jarang bertemu.
Berbeda dengan Janah yang setiap hari bertemu, entah di kampus mau pun di kos hingga jalan berdua. Kalau Fitri pacarnya di kampung, ketika pulang mereka akan bertemu.
"Iya lah, aku kan setia." Jawab Nurul serius. "Kamu kenapa kaget begitu?" Tanya Nurul, diaa merasa heran dengan sikap Janah seolah berlebihan.
"Ck ck ck. Padahal kalian jarang ketemu, aku kira sudah putus. Kalau aku pacaran begitu, gak betah lah! Dia itu kayak cuek-cuek sama kamu." Ujar Janah menggebu, dia merasa aneh dengan gaya pacaran Nurul.
"Iya kita akan ketemu sekali-kali sih, dia sibuk mengajar, apalagi mau kuliah kerja nyata. Nah aku juga sibuk kuliah, apalagi jika banyak tugas." Jawab Nurul santai.
Awalnya dia menganggap perkataannya lebih benar, tapi lama-lama kok ucapan Janah jadi terngiang ditelinganya. Dia menganggap bahwa Dirman tidak benar menyayanginya.
"Aku saja kalau pulang kampung pasti ketemuan." Sahut Fitri, Nurul hanya diam. Dia mencoba untuk selalu berpikir baik dengan hubungan dan jalan hidupnya.
"Dia sayang kah sama kamu Nur?" Tanya Janah lagi, Nurul hanya mengangguk. Dia sibuk dengan ponselnya. "Kalian aneh gaya pacarannya." Ledeknya lalu berbaring lagi.
"Aneh apanya ya? Kan baru pacaran. Masak iya setiap hari harus bersama? Orang sudah nikah saja gak selalu nempel deh." Batin Nurul bermonolog, dia merasa tersinggung dengan ucapan Janah.
Nurul diam bukan berarti langsung menerima atau pun membantah. Tapi pikirannya justru berperang dengan sikap dan juga realita bahwa memang benar jika kak Dirman cuek.
"Kami memang jarang bertemu, tapi biasa komunikasi kok!" Jawab Nurul membela diri.
"Jangan sampai kamu hanya cinta sendirian, gak enak begitu Nur. Lebih baik cari pacar yang selalu ada buat kita." Sahut Fitri mendukung ucapan Janah.
"Setidaknya ada yang dimanfaatkan lah, sebagai motivasi untuk rajin ngampus, rajin belajar gitu!" Sambung Janah lagi.
Nurul diam dengan pikiran yang berkemelut, antara membayangkan kisah cintanya dengan Dirman dan ucapan kedua sahabatnya.
"Ya jalani saja." Jawab Nurul pada akhirnya, dia pasrah. "Tujuanku kesini untuk belajar, kalau jodoh gak bakal kemana!" Sambungnya sambil tersenyum kaku.
Dia mencoba baik-baik saja meski pikirannya membenarkan ucapan kedua temannya. Tapi dia jalani saja, toh selama ini mampu dia lewati dengan baik. Pikirnya.
Sorenya mereka pulang ke rumah masing-masing, saat diperjalanan Nurul mendapat pesan.
"[Kok pesan kakak gak dibalas de?]" Pesan dibaca oleh Nurul dari kak Syam. Dia tetap gencar mendekati Nurul karena memang belum mendapatkannya.
"Huft." Helaan nafas kasar terdengar, kemudian dia balas pesan sang senior. "[Di jalan kak, mau pulang ke kos. Ada apa kak?]" Tanyanya langsung tanpa basa basi.
Janah hanya geleng kepala, banyak yang ngejar Nurul tapi dia tetap bertahan pada kak Dirman yang gak jelas dengan sikap garangnya.
"Ayo singgah, semangat ya!" Ujar Janah lalu masuk ke dalam kosnya. Nurul hanya mengangguk dan melambaikan tangan saja tanpa berniat menjawab ucapan sahabatnya.
"Setiap orang beda-beda, tapi aku suka dengan gaya pacaran kami seperti ini. Karena kalau jodoh Alhamdulillah, tapi kalau bukan. Hhmm gak apa-apa, gak berat melepas karena kebersamaan kami memang hanya sekedarnya saja." Batin Nurul.
Dia melanjutkan langkahnya dengan pelan sambil memberi semangat untuk dirinya jika tidak perlu pacaran berlebihan karena memang datang ke kota P untuk belajar.
...----------------...
Terima Kasih Sudah Mampir ♡♥︎♡
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.