Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 - Endah & Vanya
Melihat kedatangan Arini dan Rendra, Susan selaku pemilik rumah bordil menyambut. Dia dengan senang hati membiarkan Arini dan Rendra tinggal di rumah bordil untuk sementara. Kini mereka di antar ke kamar yang telah disiapkan. Kebetulan rumah bordil itu cukup luas dan memiliki banyak kamar.
"Kalian pasti lelah. Sebaiknya istirahat dulu. Kalau mau apa-apa, silahkan ambil di dapur. Bu Arini pasti sudah tahu harus bagaimana," kata Susan.
"Iya, Nyonya. Terima kasih banyak sudah bersedia menolong kami," sahut Arini.
"Tidak masalah. Kau kan juga bagian dari rumah bordil ini. Lagi pula, aku lebih suka kau tinggal di sini. Kau akan lebih mudah bekerja," tanggap Susan. Setelah itu dia pamit. Membiarkan Arini dan Rendra beristirahat.
Perlahan Arini menatap Rendra. Ia melihat putranya itu terdiam sambil terduduk lesu.
"Apa kau sedih karena memikirkan rumah kita?" tanya Arini.
Rendra menggeleng. "Enggak. Aku justru cemas karena harus bermalam di sini. Apa benar nggak masalah, Bu?" tanyanya.
"Selama kita tidak ikut campur urusan mereka, yakinlah semua akan baik-baik saja. Lagian kan kamu sudah sering ke sini," balas Arini.
"Tapi kan cuman berkunjung sebentar. Nggak sampai bermalam begini. Gimana kalau aku nggak sengaja lihat yang tidak-tidak? Aku ini udah dewasa loh, Bu..." Rendra mengungkapkan kekhawatirannya.
Arini tersenyum sambil menggeleng. "Kalau sudah dewasa, maka kau pasti tahu mana yang buruk dan tidak," tuturnya.
Rendra mengangguk lemah. Ia menghela nafas panjang.
"Kami pasti belum makan. Biar Ibu--"
"Jangan, Bu. Ibu sebaiknya istirahat saja. Aku bisa mengurus diriku sendiri," potong Rendra seraya menghentikan pergerakan Arini yang nyaris berdiri.
"Ya sudah kalau begitu." Arini mengalah. Dia segera telentang ke ranjang dan memejamkan mata.
Sementara Rendra, dia bersiap ke kamar mandi. Rendra mengambil handuk dan bajunya untuk dibawa ke kamar mandi.
Perlahan pintu kamar dibuka oleh Rendra. Terdengar suara musik dan orang mengobrol di ruang tamu. Kebisingan di rumah bordil memang sudah biasa terjadi di setiap malam. Ada banyak tamu juga yang berdatangan ke sana.
Rendra beranjak ke kamar mandi dengan lancar. Ia berusaha menenangkan diri dengan air segar yang membasahi tubuhnya. Tak lupa dia lepas kacamatanya terlebih dahulu sebelum mandi.
Namun tanpa diduga, pintu mendadak terbuka. Rendra dibuat kaget sekali. Dia bahkan reflek berteriak.
"Hei!" pekiknya.
"Eh, sorry. Aku kira tadi nggak ada orang. Lagian kok pintunya nggak dikunci." Dengan tenangnya orang yang membuka pintu itu bicara. Namanya adalah Endah. Salah satu psk muda di rumah bordil. Endah bahkan masih sempat-sempatnya memperhatikan aset pribadi milik Rendra. Memang kala itu Rendra dalam keadaan telanjang bulat karena sedang mandi.
"Wah..." Endah menggelengkan kepala dengan mulut sedikit menganga. Dia kagum dengan ukuran milik Rendra.
Tahu Endah melihat kemana, buru-buru Rendra menutup pintu. Hingga Endah terdorong keluar.
"Sial!" rutuk Rendra pelan sembari mengunci pintu. Dia kesal pada dirinya sendiri karena lupa mengunci pintu. Itu karena saat di rumah Rendra terbiasa begitu. Mengingat kunci pintu kamar mandi di rumahnya rusak.
"Aku harus terbiasa dengan ini," gumam Rendra. Dia merasa malu sekali.
Buru-buru Rendra menyelesaikan mandinya. Terlebih perutnya terasa lapar, dia ingin memasak sesuatu untuk dimakan nanti.
Selepas mandi, Rendra pergi ke dapur. Dia mengambil telur dan sebungkus mie untuk dimasak.
"Ibu sudah makan nggak ya?" gumam Rendra sembari menoleh ke arah kamar dimana sang ibu berada. Namun saat itulah dia melihat Endah dan Vanya berdiri di depan jendela sambil menyalakan rokok.
Rendra berusaha bersikap normal. Dia kembali lanjut memasak mie. Rendra juga tak lupa membuatkan mie untuk sang ibu.
"Masakin buat kita juga dong, Tar!" ujar Endah.
"Baiklah. Kalian mau rasa apa?" tanya Rendra
"Samakan saja sama punyamu. Biar bisa dimasak sekalian satu panci," sahut Vanya.
Rendra mengangguk dan segera memasak mie untuk semua orang.
"Btw... Tadi aku nggak sengaja masuk ke kamar mandi. Terus ada dia di kamar mandi," ucap Endah. Dia dan Vanya memulai obrolan yang jelas bisa didengar Rendra.
"Hah? Yang benar? Jahil banget kau!" timpal Vanya.
"Orang pintunya nggak dikunci kok. Tapi, punya dia gede loh. Kayak terong jumbo!" ungkap Endah.
"Apa?! Serius kau? Lebay! Mana ada ukuran burung segede itu." Vanya terkekeh sambil menikmati rokoknya.
"Kau dengarkan, Tar? Vanya nggak percaya kalau punyamu segede terong jumbo," kata Endah. Dia berjalan mendekati Rendra.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...