Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18.
Waktu pun terus berlalu siang hari Ariana sudah sampai di halaman rumahnya.. hidungnya mencium aroma harum gurih gorengan peyek dan tempe keripik..
“Assalamualaikum...” ucap Ariana saat di depan pintu yang terbuka..
“Waalaikumsalam Bun...” suara imut Arumi dari dalam rumah..
“Wa alaikum salam Ar.. langsung masuk saja pintu aku buka, gerah nya minta ampun dan repot nih... “ suara Nenek dari dalam juga.
Ariana tersenyum hati nya lega sang buah hati sudah kembali sehat..
Ariana terus melangkah ke dalam tampak di ruang depan tidak ada orang.. Arumi dan Nenek ada di ruang makan. Arumi duduk di kursi roda dan Nenek duduk di kursi makan sedang sibuk membungkusi peyek dan tempe keripik yang sudah dingin. Ada yang dikemas kecil kecil ada yang dikemas ukuran sedang.
“Sudah jadi ya Bu?” tanya Ariana sambil melangkah mendekati Arumi dan mencium puncak kepala Arumi.
“Sudah ini aku bungkusi sambil istirahat. Kakek sedang mencuci perkakas dan alat makan kami. Kamu ganti baju terus makan sana. Apa sore sudah mulai lagi les nya..” ucap Nenek sambil tangannya terus bekerja.
“Iya Bu sudah mulai les tapi mendatangi ke rumah siswa. Kebanyakan masih takut ke sini.” ucap Ariana sambil mengusap usap kepala Arumi dan mencium pipi Arumi yang masih duduk di kursi roda.
“Bun sudah tidak ada teman teman datang ke sini ya? Mereka takut ya Bun?” suara imut Arumi terdengar kecewa.
“Sabar ya Sayang mereka mungkin masih trauma besok besok mereka akan datang ke sini lagi...” ucap Ariana sambil masih mengusap usap kepala Arumi.
“Iya Rumi jangan sedih ya..” ucap Nenek sambil menatap Arumi..
“Ar gimana kamu sudah bilang ke Ibu kantin dan pengurus koperasi?” tanya Nenek kemudian.
“Sudah Bu, koperasi tidak mau dititip i nasi, sedang kantin mau tapi coba sedikit dulu Bu, empat hari lagi kan ada program makan bergizi gratis jadi pasti anak anak tidak beli nasi di siang hari. Besok Ibu siapkan pagi pagi aku berangkat lebih pagi untuk menarget anak anak yang sarapan di kantin..” ucap Ariana dengan nada serius.
Nenek terlihat kaget dan ekspresi wajahnya terlihat sedih tangannya pun seketika berhenti bekerja dan menatap Ariana.
“Astagfirullah..... iya ya Ar sekarang ada makan bergizi gratis.. “ ucap Nenek sambil masih menatap Ariana kedua mata Nenek terlihat berkaca kaca ekspresi wajahnya masih terlihat sedih dan kecewa.
“Dicoba saja Bu, Ibu kan sudah kulakan bahan..” ucap Ariana.
“Iya Ar, rezeki orang tidak ada yang tahu.. aku sudah siapkan bahan untuk besok lima puluh bungkus. Sudah kamu cepat ganti baju dan makan biar tidak sakit lambung dan masuk angin.” Ucap Nenek lalu kembali lagi bekerja.
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam hari pun telah berganti..
Pagi hari semua sudah bangun. Arumi pun telah bangun dia juga membantu Nenek mengareti nasi bungkus. Karena Arumi begitu inginnya membantu Nenek dan Kakek juga membantu Bunda nya untuk mengumpulkan uang buat beli obat nya.
Ariana yang sudah selesai berkemas begitu terharu, melihat Arumi yang begitu semangat membantu dan juga Kakek yang tidak pernah mengeluh ikut kerja di dapur, Kakek memang sejak dulu mau ikut membantu Nenek kerja di dapur meski pun Kakek juga lelah bekerja sebagai tukang kebun sekolah. Tidak seperti mantan suaminya.
“Sudah selesai Bu?” tanya Ariana yang melihat Ibu nya mengatur bungkusan nasi nasi di dalam box plastik yang besar.
“Sudah Ar, ini nasi aku taruh di bawah peyek dan tempe aku taruh di atasnya.. Ga begitu berat kok. Peyek dan tempe keripik kan ringan.” Ucap Nenek lalu memasukkan bungkusan bungkusan peyek dan tempe keripik dalam box plastik itu.
“Baru ya Bu?” tanya Ariana sambil melihat box plastik itu.
“Iya biar kamu tidak malu.” Jawab Nenek, box plastik tebal itu memang baru saja dibeli oleh Nenek di pasar saat kulakan bahan kemarin. Kalau suaminya dulu membawa dagangan nya cukup dibungkus oleh taplak meja yang tebal. Akan tetapi Nenek tidak tega kalau Ariana membawa dengan cara seperti itu.
“Bunda berangkat kerja dulu ya Sayang.. terima kasih sudah membantu ya... “ ucap Ariana sambil mencium kening Arumi.
“Iya Bunda maaf aku hanya bisa membantu sedikit padahal uang nya buat obat aku.. hati hati ya Bunda semoga laris dagangan nya..” suara imut Arumi sambil tangan mungilnya memegang tangan Bunda nya dan mencium punggung tangan Sang Bunda.
“Itu sudah tanggung jawab Bunda untuk mencari uang buat kamu dan wujud kasih sayang Nenek dan Kakek buat kita..” ucap Ariana sambil mencium lagi kening Arumi.
Setelah berpamitan Ariana mengangkat box plastik besar itu dan di punggungnya dia menggendong tas ransel kerja nya..
“Hati hati ya Ar..” ucap Nenek lagi yang melangkah di belakang Ariana sambil mendorong kursi roda Arumi. Sedangkan Kakek masih sibuk di dapur mencuci perkakas yang kotor karena habis dipakai.
“Iya Bu...” ucap Ariana..
Ariana mengikat erat erat box plastik itu di boncengan dengan tali bekas ban dalam motor. Setelahnya Ariana pun menjalankan motor tua nya menuju ke sekolah tempat dia bekerja.
Waktu pun terus berlalu, Dua hari pun telah terlewati. kegiatan mengajar les tetap dilakukan dengan mendatangi ke rumah rumah. Tubuh Ariana memang bertambah lelah, tetapi bagaimana lagi semua itu untuk mendapatkan uang yang sangat dia butuhkan. Quality time dengan Arumi pun di waktu sepulang dia mengajar dari sekolah sampai sore hari sebelum dia pergi memberi les. Pulang dari les dia mengerjakan tugas tugas sekolah kalau sudah selesai dia ikut membantu Nenek menyiapkan bahan bahan yang akan dimasak esok hari
Jualan nasi di sekolah pun juga laku, paling hanya satu, dua bungkus yang kembali. Nenek, Kakek dan Arumi pun senang karena jualan nya laris.
Akan tetapi di hari ke tiga.. Ariana tidak tahu jika program makan bergizi gratis diajukan. Setelah selesai jam kantor , Ariana segera melangkah menuju ke kantin sekolah. Hatinya ketar ketir seperti juga yang dirasa oleh Ibu Kantin..
Saat sampai di kantin betapa sedih nya Ariana ketika melihat tumpukan nasi kucing buatan Ibu nya masih menggunung..
“Masih banyak ya Bu?” tanya Ariana yang berdiri di depan meja luas panjang tempat dagangan Bu Kantin.
“Iya Bu, semua dagangan kebanyakan utuh hanya minuman saja yang masih terjual stabil. Entah kalau program nya ditambah menjadi makan dan minum gratis bisa tutup ini kantin Bu..” ucap Bu Kantin yang terdengar nada suara nya sedih dan frustasi. Bakso dan nasi soto nya juga masih banyak.. dagangan titipan lainnya juga masih banyak..
“Saya juga tidak mendapat informasi kalau program makan bergizi gratis diajukan hari ini. Saya juga tadi membuat bakso dan soto seperti hari hari biasa nya. Mana hari ini tidak ada jadwal olah raga. Biasa nya kalau ada jadwal olah raga pagi banyak anak anak yang sarapan Bu Ar.” Ucap Bu Kantin lagi.
“Peyek dan Tempe laku dua bungkus saja Bu?” ucap Ariana sambil menghitung barang dagangan yang dititip di situ.
“Iya Bu, kebanyakan utuh barang dagangan hari ini, paling hanya laku beberapa dibeli anak anak yang sarapan pagi atau di jam istirahat pertama, tapi hanya sedikit Bu Ar, banyak yang nunggu makanan gratis.” Ucap Bu Kantin sambil membuka laci tempat uang nya.
“Nasi Cuma laku tiga bungkus Bu.” Ucap Ariana sambil memasukkan bungkusan nasi nasi kucing yang tidak laku itu ke dalam box plastik nya.
“Buat makanan kecil atau minuman saja Bu, jangan nasi, resiko kalau kalau hanya sedikit anak anak yang sarapan, saya juga akan mengurangi jualan nasi soto dan bakso, rugi. Tapi ini makanan kecil juga banyak yang tidak laku, anak anak banyak yang tidak jajan.” Ucap Bu Kantin sambil memberikan uang sepuluh ribu rupiah untuk membayar 3 bungkus nasi kucing dan 2 bungkus peyek dan tempe keripik. Satu bungkus nya dua ribu rupiah dari Ariana dan Bu Kantin menjual dua ribu lima ratus rupiah. Ariana memasukkan satu lembar uang sepuluh ribu rupiah itu pada saku rok panjangnya.
Ariana dengan lesu mengangkat box plastik yang berisi nasi yang tidak laku. Kalau tempe dan peyek masih bisa ditinggal karena belum kedaluwarsa.
Saat Ariana sedang mengikat box dengan tali di jok motor tua nya.. tiba tiba terdengar suara langkah kaki bersepatu.