Alvaro dan Liona telah menikah selama 4 tahun,Alvaro mempunyai kekurangan yaitu mengalami sperma encer.Liona selalu mencoba bertahan hidup bersama Alvaro karena suaminya itu memperlakukannya bagaikan ratu,Liona juga mempunyai toko butik yang telah dia buka selama 2 tahun,dan Liona adalah seorang perancang busana,Liona juga mempunyai sahabat bernama Sara,dan Alvaro suami Liona mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik namanya Elvira dan telah menikah dengan seorang pria bernama candra.hubungan Elvira dan Liona sangat baik,bagaikan saudara kandung. suatu ketika Liona bertemu dengan teman masa lalunya yang bernama Cakra,dan Cakra ini adalah teman dekat Liona semasa kuliah dulu yang menyukai Liona,namun Cakra tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Liona sampai mereka lulus kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kejujuran Liona Membawa Petaka Bagi Alvaro
Sore itu Cakra kembali mengunjungi Liona di rumah sakit. Cakra masuk ke dalam kamar Liona dan melihat Sara masih ada dan setia menemani Liona.
"Cakra!" ucap Liona dengan ekspresi wajah yang terkejut. "Kenapa kamu datang? Bagaimana jika Alvaro tiba-tiba datang dan melihatmu di sini?" tanya Liona dengan mimi wajah yang panik.
"Sayang, katakan saja bahwa aku temanmu." jawab Cakra dengan santai Cakra tidak lagi sungkan di depan Sara, memanggil Liona dengan mesra. Karena Sara telah mengetahui hubungan spesial mereka. Cakra menatap ke arah Sara dan menegurnya.
"Hai Sara, kamu masih ada di sini." tegur Cakra.
"Iya, tugas aku berat. Harus menjaga dua bayi sekaligus." canda Sara sambil menatap wajah Liona dan memegang perut sahabatnya. Liona tertawa mendengar candaan Sara.
"Hehe... Kamu bisa saja, Sara," ucap Liona. "Cakra, terima kasih. Kamu sudah membantu menutup tokoku." ucap Liona lagi sambil menatap ke arah Cakra dengan senyum bahagia.
"Aku berterima kasih pada kalian berdua." ucap Liona sambil menatap ke arah Sara dan Cakra. "Kalian berdua adalah sahabat terbaikku." ucap Liona lagi. Cakra yang mendengar ungkapan Liona,segera meralatnya.
"Sara adalah sahabat terbaikmu. Aku adalah selingkuhanmu." jawab Cakra dengan wajah cemberut, karena Liona menyebutnya sebagai sahabat. Sara hanya tersenyum mendengar perkataan Candra.
"Liona, apa kamu masih merasakan sakit di perutmu, sayang?" tanya Cakra sambil memegang tangan Liona di depan Sara.
"Perutku sudah tidak sakit lagi. Hanya saja kepalaku sedikit pusing." jawab Liona sambil memegang kepalanya. Cakra mencium kening Liona dengan mesra di depan Sara.
"Jangan bermesraan didepanku, dong. Aku jadi iri." ucap Sara dengan wajah cemberut. Liona dan Cakra hanya tersenyum menatap Sara dengan wajah cemberutnya.
"Cakra, kamu jangan lama di sini, ya. Sebentar lagi Alvaro akan datang." pinta Liona.
"Iya, aku paham. Jadi selingkuhan itu harus sembunyi-sembunyi." jawab Cakra yang menyindir Liona.
"Cakra, tolong pahamilah situasiku." pinta Liona yang berusaha membujuk Cakra untuk cepat pergi dari ruangannya. Sara yang melihat drama Liona dan Cakra hanya bisa menghela nafas panjang. Sara tetap menjaga rahasia sahabatnya yang selingkuh dari suaminya. Sara juga tidak ingin mencampuri urusan percintaan Cakra dan Liona. Yang Sara lakukan adalah memperingati Liona sebagai sahabat. Sara hanya mencoba memahami keadaan dan keinginan Liona.
"Baiklah, tolong jaga bayi kita, ya." pinta Cakra sambil memegang perut Liona. "Aku pulang dulu, Sara." ucap Cakra yang berpamitan kepada Sara.
"Iya, Cakra. Hati-hati di jalan." sahut Sara. Setelah Cakra pergi, Sara membicarakan sesuatu kepada Liona.
"Liona, jangan menyusahkan dirimu sendiri. Kamu harus segera membuat keputusan." ucap Sara yang mencoba memberi pengertian kepada Liona untuk bisa memilih antara Cakra dan Alvaro.
"Aku tahu Sara. Hari ini aku akan jujur pada Alvaro." sahut Liona dengan penuh keyakinan. Malam menjelang, Sara hendak berpamitan pada Liona. Baru saja Sara berdiri dari duduknya, Alvaro telah datang dan masuk ke ruang kamar Liona.
"Hei Sara, apa kamu mau pulang?" tanya Alvaro yang melihat Sara berdiri.
"Iya Alvaro, aku harus menutup salonku." sahut Sara.
"Terima kasih, Sara. Sudah menemani istriku dengan setia." ucap Alvaro.
"Iya, sama-sama. Aku pulang sekarang, ya. Kabari aku kalau kau membutuhkan sesuatu." kata Sara sambil menatap Liona.
"Hati-hati di jalan, Sara." ucap Liona.
"Kapan kamu di perbolehkan pulang, sayang?" tanya Alvaro.
"Mungkin besok, sayang." jawab Liona.
"Sebenarnya, kamu sakit apa?" tanya Alvaro dengan rasa penasaran. Melihat suaminya yang semakin penasaran dengan yang dialaminya, Liona terdiam sesaat dan berniat jujur pada Alvaro. Liona merasa tidak bisa menutupi kehamilannya terlalu lama,karena perutnya akan semakin membesar. Liona memegang tangan Alvaro,lalu menciumnya. Alvaro menjadi heran dengan perubahan sikap Liona.
"Alvaro, aku hamil." ucap Liona dengan tegas. Alvaro menatap tajam pada Liona dengan penuh keraguan dan tidak percaya.
"Apa kamu bilang? Hamil???" tanya Alvaro dengan mimik wajah yang terkejut. Alvaro heran dan tidak percaya dengan pernyataan Liona. "Jangan bercanda denganku, Liona." ucapnya yang meragukan perkataan Liona. Sambil tetap menatap mata Liona dengan tatapan mata yang tajam,seakan meminta penjelasan Liona tentang kehamilannya.
"Aku tidak bercanda, Alvaro. Dokter sudah memeriksaku dengan teliti." sahut Liona yang meyakinkan suaminya tentang perkataannya.
"Tapi bagaimana mungkin? Kamu sendiri sudah tahu keadaanku, kan?" tanya Alvaro dengan rasa tidak percaya. Dengan mata yang berkaca kaca,Liona mulai menceritakan tentang perselingkuhannya dengan Cakra sampai dirinya hamil. Liona juga mengatakan tentang kepuasan batinnya yang tidak pernah dia dapatkan dari Alvaro. Bagaikan disambar petir disiang bolong,jantung Alvaro seakan berhenti berdenyut. Alvaro memegang kepalanya yang terasa sakit, seakan seisi ruangan di dalam kamar itu ikut berputar. Alvaro hanya terdiam tanpa bisa berkata kata. Dalam hatinya, Alvaro menyalahkan kelemahan dirinya sendiri yang tidak bisa memuaskan batin Liona. Tapi, Alvaro juga tidak bisa menerima perselingkuhan yang Liona lakukan terhadapnya.
"Alvaro, maafkan aku, ya. Aku salah karena aku tidak bisa menahan godaan." ucap Liona sambil memegang tangan suaminya dengan mata yang masih berkaca kaca.
"Aaaaaah". Teriak Alvaro sambil berlari keluar dari ruangan kamar Liona. Perasaan bersalah menghantui Liona, saat Liona melihat Alvaro berlari keluar meninggalkannya sendiri di dalam kamar itu. Liona menangis keras dengan penuh penyesalan. Kini, Liona takut terjadi sesuatu dengan suaminya di luar sana.
"Alvaro, maafkan aku. Bagaimana jika kamu melukai dirimu sendiri di luar sana? Aku tidak bisa memaafkan diriku, jika terjadi sesuatu padamu." batin Liona. Perasaan Liona menjadi tidak tenang,memikirkan suaminya. Liona mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Sara.
"Sara, kamu di mana?" tanya Liona.
"Aku di rumah. Aku baru selesai mandi, kenapa?" tanya Sara dengan penasaran. Sambil menangis,Liona menceritakan semuanya kepada Sara di ponsel. Sara sangat kaget,saat mendengar Liona mengatakan jika Alvaro pergi dengan memendam kekecewaan dan amarah dalam hatinya. Sara menutup ponselnya,lalu dengan terburu buru segera ke rumah sakit menemui Liona. Di dalam ruangan kamar rumah sakit itu,Liona masih menangis dengan penuh penyesalan karena terlanjur jujur pada suaminya. 20 menit kemudian,Sara sampai di rumah sakit. Sara keluar dari mobilnya dengan terburu buru melangkah menuju ruangan Liona.
"Liona, apakah Alvaro belum menghubungimu?" tanya Sara dengan perasaan cemas.
"Belum, sudah setengah jam yang lalu dia pergi. Aku takut terjadi apa-apa dengannya di luar, Sara." sahut Liona sambil terus menangis. Sara memeluk sahabatnya dengan erat,mencoba memberinya kekuatan dan menghiburnya. Sara turut merasakan kesedihan Liona, perasaannya sebagai sahabat juga ikut hancur,karena telah berkata jujur pada Alvaro.
***