Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya ada satu jawaban diantara dua pilihan
Di sebuah klub yang terkenal di ibu kota, terlihat Geffie dan juga Nabila sedang duduk menikmati wiski favorit Nabila, lebih tepatnya sih Geffie hanya menemani Nabila minum sedari tadi. Mood Nabila benar benar sedang tidak bagus hari ini dan Geffie hanya bisa menenangkannya sedari tadi, namun enggan untuk ikut campur terlalu dalam akan masalah Nabila.
"Kenapa kamu tidak minum?" tanya Nabila kemudian.
"Aku menyetir, lebih baik kamu saja." tolak Geffie dengan lembut.
Mendapat penolakan itu Nabila nampak cemberut sambil meminum wiskinya. Melihat hal itu Geffie menatap ke arah Nabila sambil menghela nafasnya.
"Ada apa sebenarnya bi?" tanya Geffie kemudian.
"Aku dan Kafeel akan bercerai." ucap Nabila dengan raut wajah yang sedih.
Geffie yang mendengar hal itu tentu saja di buat terkejut, apalagi baik Geffie dan juga Nabila memilih untuk tidak meninggalkan pasangan masing masing, namun sekarang tiba tiba saja Nabila mengatakan hendak bercerai, bukankah itu berita yang mengejutkan?
"Bagaimana bisa? bukankah kita sudah membicarakan hal ini?" ucap Geffie kemudian.
"Kafeel memaksaku untuk menandatangani surat cerai itu, dan aku tidak bisa berkutik lagi, Kafeel sudah terlalu membenci ku." ucap Nabila sambil meminum lagi wiski di gelasnya.
Lagi lagi Geffie di buat terkejut akan ucapan Nabila, bagaimana tidak Geffie bahkan tau sendiri seberapa cintanya Kafeel pada Nabila, namun semuanya seakan sirna hanya karena perselingkuhan yang di lakukan Nabila dan Geffie, jika Kafeel yang begitu mencintai Nabila bisa meninggalkannya, lantas bagaimana dengan Kinara? bukankah tidak menutup kemungkinan Kinara akan melakukan hal yang sama?
***********
Kediaman Geffie dan Kinara.
Geffie kembali ke rumah tepat tengah malam, di saat ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam, suasana rumah begitu gelap membuat Geffie beranggapan bahwa Kinara dan juga Delisha sudah berlayar ke pulau impiannya masing masing.
Geffie menarik dasinya ke kanan dan ke kiri kemudian melepaskannya dari kerah bajunya, ada helaan nafas terdengar dari Geffie kala mengingat kembali obrolannya bersama Nabila tadi.
"Baru pulang kamu mas?" ucap Kinara tiba tiba di antara gelapnya ruangan tamu, membuat Geffie terkejut kala mendengar suara yang tiba tiba tanpa melihat keberadaan Kinara dengan jelas.
Kinara nampak bangkit dari sofa ruang tamu kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke arah di mana Geffie berada.
"Kamu mengejutkanku Ra?" ucap Geffie dengan spontan.
"Aku lebih terkejut lagi dengan kelakuan mu belakangan ini." ucap Kinara sambil terus mendekat melangkahkan kakinya ke arah Geffie.
"Apa lagi ini Ra? masalah kita yang kemarin aja belum selesai, jangan menambah masalah baru." ucap Geffie kemudian yang mulai lelah karena Kinara selalu saja memancing pertikaian.
Kinara tersenyum sinis mendengar ucapan Geffie barusan, baru kali ini Kinara berjumpa dengan seorang pria yang selalu saja melakukan kesalahan serta kejahatan, namun ia selalu bertingkah seolah olah korban dari semua masalah yang ia timbulkan, bukankah Geffie benar benar sesuatu?
Kinara tak menanggapi ucapan Geffie karena ia sudah bosan terus beradu mulut dengan pria di hadapannya ini yang sampai sekarang masih berstatus suaminya itu. Kinara kemudian lantas melempar sebuah kertas ke dada Geffie lalu kembali duduk di sofa.
"Apa ini?" tanya Geffie yang masih tidak mengerti.
"Baca agar kamu mengerti, apa akibat dari kesalahan yang kau anggap kecil dan juga sepele itu." ucap Kinara sambil mendudukkan bokongnya kembali ke sofa ruang tamu.
Geffie yang mendengar hal itu tentu saja di buat penasaran dan langsung membukanya, dan kertas itu ternyata berisi tentang coretan tangan Delisha yang membuat Geffie langsung membeku kala melihatnya.
*Ayah
Ayah ku dulu sangat baik dan penyayang, aku bahkan selalu di bawa berkeliling kota jakarta sambil melihat gedung gedung tinggi yang cantik. Tapi... semua mendadak berubah kala ayah menolak ajakan tamasya yang biasanya kita lakukan di hari libur ku. Setelah itu aku selalu mendengar ayah dan bunda bertengkar setiap harinya. Semua berdenging dan terus mengganggu tidur ku. Aku takut pada ayah, suaranya sangat mengerikan dan berisik, tapi aku tidak berani untuk keluar dan menolong bunda.
Ayah... aku tidak menyukainya! aku membenci itu, ayah benar benar menakutkan seperti monster*.
(karena author tidak tahu bagaimana curahan hati seorang anak kecil, jadilah kurang lebih seperti itu saja oke.)
Membacanya saja membuat hati Geffie terluka, bagaimana bisa anak sekecil itu mengatakan hal ini? Geffie benar benar tidak menyangka semua tindakan dan ucapannya di dengar langsung oleh Delisha selama ini.
"Delisha" ucap Geffie lirih.
Melihat perubahan wajah Geffie, membuat Kinara menghela nafasnya panjang. Kinara tahu Geffie pasti akan terluka dengan isi dari curahan hati Delisha itu, hanya saja Geffie butuh tahu agar ia tidak terus bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaan orang lain, Kinara bahkan tidak meminta Geffie agar menjaga perasaannya, hanya saja bukankah Delisha masih cukup kecil untuk mengerti semua masalah ini?
"Apa sekarang kamu sudah sadar mas? jika kamu tidak bisa menjaga perasaan ku setidaknya kamu jaga perasaan Delisha." ucap Kinara yang langsung membuat Geffie mendongak menatap ke arahnya. "Aku bahkan tidak melarang mu untuk menemuinya asalkan kamu menceraikan ku mas, tapi apa? kamu bahkan mengacuhkan permintaan ku. Tidak hanya itu, mungkin aku akan bahagia jika kamu tidak menceraikan ku dan meninggalkan Nabila, tapi kamu! bukankah kamu terlalu serakah jika menginginkan keduanya? kamu kira aku barang yang bisa disandingkan dengan tipe dan warna berbeda, aku manusia mas. Dalam hidup harus hanya ada satu pilihan, dan sudah aku tegaskan pilihan itu sedari awal." ucap Kinara sambil mengusap sudut matanya karena air matanya seakan hendak menerobos diding pertahanan yang ia bangun kokoh agar tidak terlihat lemah di hadapan Geffie.
"Aku mohon Ra jangan seperti ini, sampai kapan pun aku tidak akan menceraikan mu." ucap Geffie namun kali ini dengan nada sedikit lebih lembut.
"Jika begitu tinggalkan Nabila!" ucap Kinara kemudian karena lagi lagi jawaban Geffie tetap sama.
"Aku... aku..." ucap Geffie gelagapan, terlihat jelas gurat kebingungan dari wajah Geffie kala Kinara mengatakan hal itu, membuat Kinara lantas tersenyum sinis.
"Sudah ku bilang hanya ada satu jawaban dari dua pilihan! jika kamu tetap mempertahankan keduanya berarti aku ucapkan selamat. Selamat karena kamu akan berhasil merusak mental anak kita." ucap Kinara kemudian melenggang pergi dari sana karena tidak tahan lagi dengan Geffie yang tidak pernah bisa tegas membuat sebuah pilihan.
"Ra.... tidak perlu seperti ini, kita masih bisa memilih jalan yang lainnya Ra!" ucap Geffie sambil terus mengejar Kinara.
Kinara menulikan pendengarannya dan terus melangkahkan kakinya memasuki kamar tamu, lalu langsung menguncinya dari dalam agar Geffie tidak bisa masuk dan menyusulnya.
"Buka pintunya Ra! aku yakin masih ada jalan lain selain dua pilihan itu, buka Ra..." ucap Geffie sambil terus menggedor pintu kamar berharap Kinara mau membukanya.
Bersambung