"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK BISA MEMBENCI
"Kill buka pintunya." Delmar mengetuk pintu kamar mandi berkali kali karena Killa tak juga keluar dari sana.
"Kill, bu__" Ucapan Del terpotong saat mendengar suara gagang puntu ditarik.
Ceklek
Killa keluar dan melewati Del begitu saja. Cowok itu bagai makhluk halus yang tak terlihat dimata Killa.
"Lo gosok gigi lagi?"
Killa tak menghiraukan pertanyaan Delmar, dia memilih duduk dimeja belajarnya dan membuka buku.
Sejak kejadian pagi tadi, Killa tak henti hentinya menggosok gigi, rasanya bekas bibir Fando tak mau hilang dari mulutnya.
"Mama dan papa udah pulang, mereka nyariin lo"
Tanpa menjawab, Killa segera beranjak dan berjalan menuju pintu.
"Tunggu." Del menahan pergelangan tangan Killa. "Jangan bilang tentang kejadian pagi tadi kesiapapun terutama mama." Killa menghempaskan tangan Del lalu keluar kamar menuju ruang keluarga.
Disana tampak Dilan, Cea, Rain dan Sean yang tengah bersenda gurau sambil melepas rindu.
"Killa, sini sayang." Panggil Rain saat melihat menantunya itu turun dari tangga dan Delmar berjalan dibelakangnya.
Rain menatap Killa, sepertinya ada yang terjadi dengan gadis itu hingga wajahnya terlihat begitu murung serta matanya tampak sembab.
"Mama beliin seseuatu buat kamu." Rain memberikan sebuah paper bag pada Killa.
"Makasih mah, pa." Ujar Killa sambil menatap Rain dan Sean bergantian.
Del mendorong tubuh Dilan yang berada disamping mamanya lalu duduk ditengah tengah antara Dilan dan mamanya.
"Apasih kak, main geser geser." protes Dilan yang tak terima posisinya digeser.
"Gue kangen mama." Ucap cowok itu sambil melototi Dilan lalu berbalik memeluk mamanya.
"Gak boleh gitu dong Del." Rain menasehati.
"Mama mau bela Dilan?" Del mulai emosi. Sedikit saja Rain terlihat membela Dilan, dia langsung tak bisa terima. "Mau belain anak kesa__"
"Gak usah mulai Del." Sean memotong ucapan Delmar. Melihat wajah tegas papanya, Del memilih diam.
"Tau tuh kak Del, baperan amat. Kayak cewek lagi dapet aja." Ledek Cea.
"Kenapa muka kamu lebam?" Tanya Rain sambil memperhatikan wajah Del.
"Sakit mah." Desis Del saat mamanya menyentuh lukanya.
"Habis berantem?" Tanya Sean dengan nada tinggi. Del diam saja tak menjawab. Kalau dijawab, pasti akhirnya cek cok dengan papanya.
"Udah diobatin?" Tanya Rain dengan lembut.
"Udah ma, udah diobatin Killa." Bohong Del sambil menoleh ke arah Killa. Tapi sayangnya yang ditoleh malah membuang muka. Killa tak tersentuh sama sekali dengan usaha Del membuatnya terlihat menjadi menantu yang baik.
"Malam ini tidur sama Cea ya mah, Cea kangen banget pengen dipeluk mama." Rengek Cea.
"Bilangnya kangen mama, tapi dari tadi nemplok papa mulu." Protes Rain sambil mencubit pipi putri kesayangannya itu.
"Ya kan kangen papa juga. Papakan first love nya Cea. Bilangnya honeymoon 2 minggu, tapi malah molor sampai 1 bulan." Cea mengerucutkan bibirnya.
"Maaf sayang, papa kamu sih gak mau pulang. Ya udah nanti bobok sama mama." Ujar Rain sambil mengusap pucuk kepala Cea.
"Kebiasaan papakan gitu, kalau udah berdua sama mama, lupa anaknya." Sahut Dilan.
"Killa boleh ikut gak mah, tidur bareng?" Tanya Killa ragu ragu.
Semua orang sontak menatap Killa, hingga membuat cewek itu merasa ucapannya salah.
"Gak boleh ya ma?" Killa jadi salah tingkah.
"Boleh kok sayang." Ujar Rain sambil tersenyum. "Iya kan Ce?"
"Yaps, Cea malah suka kalau tidur rame rame." Ujar gadis itu sambil menyeringai lebar.
...****...
Setelah menggosok gigi dan ganti baju, Killa mengambil ponsel dan bersiap menuju kamar Cea.
"Lo beneran mau tidur dikamar Cea?" Sergah Del. Tapi cewek itu tetap diam dan tak berniat menjawab.
"Segitu marahnya ya lo ke gue? Gue tahu gue salah, tapi kejadian tadi diluar kehendak gue. Jadi please berhenti nyalahin gue, berhenti diemin gue."
Killa terkekeh pelan mendengar ucapan Del. "Kalau bukan salah kakak, Lalu salahnya siapa? salah Killa?" Killa mulai terbawa emosi.
"Sorry. Bukan gitu maksud gue. Gue tahu salah gue. Tapi bukan sepenuhnya."
Killa malas menanggapi, dia memilh pergi kekamar Cea saja.
"Tunggu." Del mencekal pergelangan tangan Killa lalu.
Cup
Mata Killa membulat sempurna saat Del tiba tiba mencium bibirnya. Jantungnya hampir saja copot gara gara ciuman dadakan itu.
"Tutup mata lo kalau lagi ciuman sama gue." Ujar Del disela sela ciumannya.
Cup
Del kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Killa. Dan seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Killa menuruti ucapan Del. Dia memejamkam kedua matanya.
Dan bodohnya, Killa justru membalas ciuman itu saat Del menarik tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka. Akal sehatnya ingin menolak karena dia masih marah, tapi hatinya tak bisa berbohong, dia sangat menikmati ciuman itu. Ciuman itu baru berakhir saat keduanya kehabisan nafas.
"Wajah lo merah." Ujar Del sambil menahan senyum.
Killa reflek mengalihkan wajahnya kearah lain. Malu, dia sangat malu saat ini. Kenapa disaat mode marah, dia masih saja tak bisa menolak saat Del menciumnya. Dan yang lebih memalukan, dia justru membalas ciuman itu.
"Jangan gosok gigi lagi, gak capek apa seharian gosok gigi mulu? Udah gue hapus bekas ciuman Fando. Dan gue gak rela kalau lo ngehapus bekas ciuman gue."
"Aku ke kamar Cea dulu." Karena malu, Killa buru buru ingin kabur.
"Tunggu." Lagi lagi Delmar menahan tangan Killa.
"Rinduin gue Malem ini." Bisik Del tepat ditelinga Killa hingga darah cewek itu berdesir hebat. Killa memegangi jantungnya yang serasa mau meledak lalu berlari keluar kamar.
"Lo pasti nyesel milih tidur sama Cea dan mama." Delmar bermonolog. Cowok itu tahu kalau diam diam tiap malam Killa selalu memandangi wajahnya. Ya, mungkin memang sebatas itu yang Killa bisa saat ini.
...*******...
Rain tidur ditengah, diantara Cea dan Killa. Sejak tadi Cea tak henti hentinya bercerita tantang apa saja yang dia lalui selama sebulan ini tanpa mama dan papanya. Rain tampak antusias mendengar cerita Cea, tapi tak begitu dengan Killa. Cewek itu berkali kali menyentuh bibirnya dan mengingat kembali ciumannya dengan Del.
Selalu seperti ini, setelah dicium Del, dia tidak akan bisa tidur semalaman. Dan benar saja apa yang dikatakan Del, Killa merindukan cowok itu sekarang.
Kenapa sih Kak, susah banget buat benci kamu. Disenyumin aja aku langsung melt, gimana mau benci cobak.
"Killa, kamu sudah tidur." Lirih Rain sambil mengusap pucuk kepala Killa.
"Belum mah." Jawab Killa sambil membalikkan. badan kearah Rain. Ternyata Cea sudah tidur, pantas saja tak terdengar lagi celotehan cewek itu.
"Kamu ada masalah sama Del?"
"Gak ada mah."
"Kalau ada apa apa, cerita sama mama. Jangan sungkan, kamu udah mama anggap sebagai anak mama sendiri. Jangan pikir karena Del anak mama, mama akan selalu membelanya. Mama akan selalu berada dipihak yang benar, jadi jangan ragu untuk cerita apapun pada mama."
Mata Killa berkaca kaca, dia terharu mendengar ucapan mama mertuanya yang terdengar begitu tulus.
"Mah, Killa boleh peluk gak? Killa kangen ibu."
Rain mengangguk lalu membawa Killa dalam dekapannya. Dia mengusap punggung Killa sambil mencium pucuk kepalanya. Killa tak bisa menahan air matanya, diperlakukan seperti itu membuatnya baper.
"Maaf, kerana Del, kamu terpaksa berpisah sama ibu kamu." Rain ikutan terbawa perasaan, air matanya perlahan mulai menetes. "Mama tahu mama gak bisa menggantikan posisi ibu kamu. Tapi mama berjanji, akan melakukan yang terbaik untuk kamu dan anak dalam kandungan kamu. Mama tak akan membiarkanmu kekurangan kasih sayang dari orang tua."
"Mama." Hanya itu yang bisa Killa ucapkan, air matanya terus mengalir hingga dadanya terasa sesak.
"Mama minta maaf atas nama Del. Maaf karena Del sudah merusakmu, disaat kamu masih baru tumbuh. Tapi mama janji, mama tak akan membiarkan masa depanmu hancur. Mama adalah orang pertama yang akan memastikan kesuksesan kamu."
Killa makin terisak, kedua wanita beda generasi itu berpelukan sambil menangis.
"Setelah anak itu lahir, mama tidak akan memaksamu terus bersama Del. Semua keputusan ada ditangan kamu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, mama akan menjamin hidup kamu dan anak kamu. Kamu bisa melanjutkan sekolah diluar negeri atau apapun yang kamu mau. Mama ingin kamu bahagia nak, mama ingin menebus semua kesalahan yang dilakukan Delmar.
"Maafin Del, jangan benci dia. Mungkin permintaan mama sedikit keterlaluan, tapi semua yang dilakukan Del, sedikit banyak juga karena kesalahan mama. Mama tidak mengasuh Del dengan baik, hingga dia menjadi sedikit melenceng dari jalurnya."
"Del memang sedikit berbeda dari Dilan dan Cea. Tapi mama yakin, Del sebenarnya baik, hanya saja, dia salah asuhan serta salah pergaulan. Mama tidak tahu bagaimana perasaanmu pada Del, tapi mama berharap kamu tidak menyimpan dendam padanya." Rain menganggakat wajah Killa dan menghapus air mata gadis itu.
"Maaf, maafin kak Del dan mama." Ucap Rain tulus dari lubuk hatinya yang terdalam.
Killa menggelang. "Jangan minta maaf mah. Killa ikhlas menjalani semua ini. Mungkin ini memang sudah menjadi takdir hidup Killa. Killa gak nyalahin siapa siapa. Killa juga gak benci Kak Del."
Killa gak benci Kak Del mah, Killa sayang kak Del, sayang banget, hingga tak ada ruang dihati Killa untuk membencinya. Killa melanjutkan ucapannya dalam hati.
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.