Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-25
Sebuah mobil berhenti didepan rumah mewah. Pengemudinya keluar dan melangkah menuju teras. Sepertinya ia memiliki inin untuk dapat keluar dan masuk rumah itu dengan bebas.
Seorang wanita membuka pintu dan terlihat ia membawa berbagai peralatan medis, sepertinya ia sudah mengetahui jika tamunya datang dengan kondisi terluka.
"Sebenarnya aku tidak menerima pasien saat malam diluar jam kerja." ia mengambil sebuah gunting, lalu menggunting pakaian milik sang pria yang saat ini sedang terluka dibagian punggungnya.
Cairan.pekat cukup membasahi pakainnya dan wanita itu malakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
Penjahitan dimulai dan pria yang menjadi pasiennya itu masih bersikap dingin padanya.
"Lain kali jika datang kerumahku jangan dalam kondisi terluka, tidak bisakah kau datang dengan senyum ramah dan kondisi baik-baik saja," omelnya dengan gemas.
Pria itu tak menggubrisnya. Tatapannya terlihat begitu kosong dan menerawang jauh.
"Sudah selesai," sang wanita menyelesaikan pekerjaannya dan duduk dikursi yang berhadapan dengan pria tersebut.
Pria yang tak lain adalah Arya hanya menatap sekilas pada sang dokter.
Wanita itu menghela nafas berat, lalu masuk kedalam rumah dan menghidangkan segelas teh panas aroma melati pada sang pria.
"Minumlah. Aromanya dapat membuatmu relax,"
Arya melirik segelas teh panas dengan aroma melati yang menguar dari dalam gelas keramik bermotif bunga rose.
Ia meraihnya, menyeruputnya dengan dalam, dan merasakan sensasi melegakan yang mengalir ketenggorokannya.
Ia meletakkan kembali gelas tersebut diatas meja, dan memandang lurus kedepan. "Apakah kau pernah patah hati?" tanyanya dengan begitu lirih.
Nada bicaranya terdengar sangat miris. Penggambaran hatinya yang begitu terluka sangat dalam.
"Ruang hatimu begitu kosong. Kau merasa kehampaan saat berada ditengah keramaian," Arya kembali menimpali ucapannya, dan kali ini begitu mengiris kalbu.
Jasmine terdiam sejenak. Ia memandang wajah pria dihadapannya dengan begitu seksama. Ia melihat ada banyak sayatan sembilu yang tertoreh disana. Ia berfikir apakah pria juga dapat patah hati?
Wanita itu menarik nafasnya dengan berat. Ia sungguh tak tahu harus mengatakan apa. Ia tidak ingin salah berucap untuk saat ini.
"Aku tidak pernah merasakannya," jawabnya dengan senyum datar.
"Apakah priamu tak pernah membuat kesalahan dalam hubungan kalian?"
"Tidak juga,"
Arya menatap wanita itu dengan sikap yang sama, tanpa ekspresi. "Lalu apa?"
"Aku tak pernah jatuh hati, maka dari itu aku tak pernah patah hati, sebab belum pernah ada pria yang mampu menyentuh hatiku,"
Seketika Arya tercengang mendengar jawaban sang wanita muda dihadapannya. Bagaimana mungkin wanita secantik itu tidak pernah jatuh hati, dan itu sangat mustahil. Akan tetapi bisa saja terjadi, sebab kemungkinan kriteria yang diinginkan oleh wanita begitu harus sempurna.
"Oh, maafkan aku yang begitu banyak curhat padamu. Terimakasih sudah merawat lukaku, aku akan mentransfer jasa yang sudah kamu berikan," ucapnya, lalu meneguk habis minumannya.
Pria itu beranjak dari duduknya. Lalu berpamitan dan melangkah pergi.
"Tunggu," Jasmine memanggilnya.
"Ya,"
"Suatu saat lukamu akan mengering, jika kau menemukan seseorang yang dapat menyembuhkannya, semua itu seiring berjalannya waktu." Jasmine mengungkapkan unek-uneknya.
"Ingatlah, perasaan manusia dapat berubah, seiring berjalannya waktu. Maka biarkan waktu yang merawat lukamu," Jasmine menimpali ucapannya.
Arya mengulas senyum yang begitu tipos. Ia menyadari, jika apa yang dirasakannya saat ini hanyalah perkara waktu saja.
Ia melangkah pergi, dan sang wanita menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
*****
Plaaaaak....
Sebuah tamparan mendarat dipipi Tony saat seorang pria terlihat dengan amarahnya.
"Menangkap satu wanita saja tidak becus. Kalian harus mendapatkannya. Semua belum berakhir. Wanita itu harus segera dilenyapkan setelah kita dapat mendapatkan apa yang seharusnya," ucap pria itu dengan bengis.
"Bos saja yang salah. Mengapa saat dia ada ditangan, tidak langsung mengeksekusinya saja!" Tony mengusap pipinya yang terasa panas bekas tamparan pria itu. Bahkan tulang hidungnya yang patah masih mengeluarkan cairan.pekat berwarna merah.
"Sialan! Beraninya kau menyalahkan ku! Bukan tugasmu untuk mengguruiku! Kau hanya kacung yang harus ikuti perintahku. Apa kau ingin peluru ini menghancurkan kepalamu!" ancamnya dengan nada tinggi. Ia menodongkan senjata api tepat dikepala pemuda pengangguran itu.
"Ampun, ampun, Bos," ia menghiba belas kasih dengan mengatupkan kedua telapak tangannya didepan wajah.
Pria itu menurunkan senjata apinya dengan kasar. Lalu memberikan sebuah tendangan dipinggang Tony.
Buuuuuk....
Tony tersungkur dilantai dengan rasa sakit dan nyeri dibagian tubuhnya yang terkena tendangan.
"Bangkit, brengsek! Cari wanita itu sampai dapat!" titahnya dengan kasar.
Tony yang merasakan sekujur tubuhnya bagaikan dirajam, terpaksa bangkit meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa.
Sementara itu, kedua rekannya yang mengalami putus pergelangan tangan dan luka robek dibagian perutnya sudah tewas ditembak oleh sang big bos yang mana ia tak ingin memperkejakan orang yang cacat dan tidak berguna.
Setelah keduanya tewas. Mereka menjual organ tubuhnya dipasar gelap dan memberikan dagingnya pada ternak hewan buas yang mereka pelihara seperti singa.
Tony berjalan dengan terhuyung. Ia menyusuri koridor dengan langkah yang tertatih. Ia sudah terikat perjanjian pada pria itu, sebab ada hutang yang menggunung yang tak mampu ia lunasi.
"Tafasya! Dasar sialan! Kenapa gak mati saja kamu menyusul papamu yang malang!" maki Tony dengan kesal.
Ia berjalan menyusuri koridor yang diterangi oleh cahaya lampu yang temaram. Ia menuju lokasi parkir. Disana ia menemukan motornya dan mengemudi dengan rasa sakit disekujur tubuhnya.
Sedangkan ditempat lain, Ani tampak begitu gelisah menantikan kepulangan Tony yang saat ini sedang mengejar Tafasya.
Ia sangat berharap jika puteri palsunya itu sudah ditemukan dan ia mendapatkan uang yang cukup banyak untuk melunasi hutang milik Tony dan juga memenuhi kebutuhan hidup mereka yang semakin terjepit.
Ia berjalan mondar-mandir dengan dengan tatapan yang terus tertuju pada luar rumah.
Sejam kemudian. Tony tiba dirumah dengan luka yang cukup parah. Ia ambruk dilantai sebelum Ani sang ibu menanyainya.
Braaaak...
Pria itu terlentang dilantai rumah. Hal tersebut membuat wanita paruh baya itu tersentak kaget.
"Ton, Tony, kamu kenapa?" ia terlihat panik dan berjongkok untuk mengangkat kepala puteranya yang jelas-jelas terlihat penuh dengan luka.
Pemuda itu tak sadarkan diri, dan hal oni semakin membuat Ani panik.
Ia menduga jika Tony mengalami pembegalan dan diserang orang yang tidak dikenal.
Wanita bergegas meletakkan kepala puteranya dilantai. Lalu berjalan menuju halaman depan dan memasukkan motor kedalam rumah dan menutup pintu dengan cepat agar tidak ada orang yang melihat kejadian tersebut.
Nafasnya terdengar memburu. Ia bahkan terlihat bingung untuk melakukan apa pada puteranya. Ia teringat akan tisu basah untuk mengjentikan da-rah yang masih mengalir dari hidung puteranya.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor