Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Cemburu
Calista kembali menghela nafas, “Aku belum bisa memutuskan jika tidak melihatnya langsung. Karna itu aku akan ke Tibelia.”
“Yang Mulia saya rasa itu keputusan yang kurang tepat.”
“Tidak, kita tidak bisa terus diam di istana sementara mereka menderita bukan?”
“Apalagi singkatnya Tibelia kini memiliki beberapa masalah, kelaparan, penyakit, gagal panen, dan bendungan yang rusak. Kita tidak bisa megutus orang untuk masalah ini.”
“Dan apa kau belum memberitahu baginda tentang masalah Tibelia?” tanya Calista.
“Kaisar belum sempat membahas masalah ini Yang Mulia.”
“Baiklah, kalau begitu, hari ini kita akan ke Tibelia.”
“Apa! Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia, tapi apa tidak terlalu cepat?”
“Lebih cepat lebih baik tuan Wil.”
Kenapa setiap cara bicaranya membuatku melihat sosok baginda kaisar? Yang Mulia, kuharap Anda tak menyerah begitu saja akan posisi Anda. Anda telah bersama kaisar selama 10 tahun ini, hanya Anda yang cocok menjadi permaisuri Lezarde. William.
William merasa kagum akan sosok permaisuri yang cepat tanggap, sungguh sifatnya sama persis seperti kaisar, yang membicarakan semuanya dengan tenang, benar-benar wanita yang tepat untuk Lezarde.
Tapi sama seperti ketiga pelayan pribadi Calista, Wiliam tak dapat menutup mata akan sikap dan penampilan sang permaisuri yang berubah. Apa lagi kini wanita itu berdiri di hadapannya dengan gaun compang-camping.
...****************...
Setelah membereskan pekerjaannya dengan Wiliam, Calista memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan kebutuhan yang harus ia bawa ke sana.
“Siapkan keperluan yang akan aku bawa ke Tibelia. Saat aku kembali semua sudah harus siap.”
“Baik, Yang Mulia permaisuri.”
Calista berniat pergi ke kamar sang kaisar, untuk memberitahu keberangkatannya sekaligus mengecek kondisi sang suami.
“Yang Mulia Permaisuri!”
Mendengar namanya dipanggil sontak membuat langkah Calista terhenti, ia menengok ke kiri dan ke kanan barulah kemudian berbalik ke belakang. Tampak lah dari kejauhan seorang pria dengan rambut putihnya yang tak asing.
“Kaisar Axios?”
“Permaisuri, maaf menggangu perjalanan Anda, apa benar kesehatan Kaisar memburuk?” tanya Aaron yang datang menghampiri Calista.
“Ya, saya tidak bisa mengatakan jika kesehatannya memburuk, tapi memang benar jika ia jatuh sakit sejak kemarin malam.”
“Apa sekarang anda ingin pergi mengunjungi kasiar?”
Calista mengangguk, “Benar saya ingin pergi menemuinya.”
“Apa saya bisa ikut bersama Anda?”
Calista kembali mengangguk, “Ya jika Anda memang ingin ikut.”
Calista dan Aaron pun berjalan bersama menuju istana kaisar, kala itu Permaisuri yang sibuk memperhatikan lukisan-lukisan di lorong tak menyadari jika genangan minyak ada di depannya.
Yang tentu saja membuat Calista terpeleset, Aaron yang ada di samping sang permaisuri pun dengan cepat menangkap lengan Calista dan membantunya kembali menyeimbangkan tubuh.
“Hati-hati dengan langkah Anda pernaisuri.”
“Terima kasih Kaisar Axios maaf atas kelengahan saya.”
Di saat bersamaan seorang pelayan dengan tegesa-gesa datang menghampiri keduanya, tampak di lengannya ia membawa ember dan kain.
Pelayan itu segera meletakkan ember dan memberi hormat pada Calista dan Aaron. “Maaf atas kesalahan saya permaisuri, saya sangat ceroboh.”
“Kenapa ada genangan minyak di tengah lorong begini?” tanya Calista.
“Maafkan saya yang Mulia semua ini karna kecerobohan saya, minyak yang harusnya di bawa ke dapur tak sengaja tumpah. Maaf karna saya hampir mencelakai Anda,” balas pelayan itu dengan wajah ketakutan.
Calista sadar jika pelayan tersebut takut padanya tapi ia tak peduli. “Lain kali, bekerjalah dengan benar.”
“Jika itu bangsawan lain, mereka akan menghukummu dengan keras, jadi berhati-hatilah lain kali,” tegur Calista.
Calista dan Aaron kemudian kembali melanjutkan langkahnya, tak menyadari jika dari kejauhan seorang wanita dengan rambut pirang bergelombangnya sedang memperhatikan.
Melihat kedekatan Calista dan Aaron membuat Selene merasa kesal, ia menggertakkan gigi dan segera pergi menuju istana kaisar mendahului keduanya.
Saat Aaron dan Calista masuk ke kamar Leonardo, terlihat Selene duduk di dekat ranjang sang kaisar sembari menatap sinis keduanya.
“Padahal suaminya sendiri sedang sakit, ia dengan mudahnya berselingkuh dengan pria lain.”
“Jaga mulutmu Selene,” balas Calista yang masih berbicara dengan tenang.
“Menjaga mulutku? Aku mengatakan kebenaran, penyebab Leonardo jadi seperti ini itu karena kau Calista!”
“Aku tidak pernah meminta Kaisar untuk melindungiku.”
“Tapi tetap saja, seharusnya kau—”
Belum selesai Selene berbicara, Leonardo langsung menyela.
“Cukup Selene, jangan menuduhnya macam-macam dan berbicaralah dengan sopan padanya.”
Wajah Selene mengkerut mendengar Leonardo membela Calista.
“Dia itu—”
“Selene tidak bisakah kau memperhatikan kondisiku di sini, jika kau hanya ingin mencari keributan dengan permaisuri maka pergilah.”
Dengan wajah yang semakin kesal, Selene beranjak dari kursi dan pergi tanpa mengucap salam sama sekali. Sedangkan Calista ia tak peduli, wanita itu datang menghampiri sang kaisar dan duduk di sisi ranjang.
Begitu juga dengan William ia duduk di kursi yang tadinya di duduki Selene, dan menyapa sahabatnya itu.
“Bagaimana kondisi Anda, Yang Mulia?” tanya Calista.
“Aku merasa lebih baik dari sebelumnya,” balas Leonardo sembari bersandar di dinding.
“Syukurlah jika memang keadaan Anda semakin membaik, saya kemari ingin membicarakan masalah Tibelia.”
“Oh, Tibelia, ada apa dengan Tibelia?”
Calista kembali menceritakan masalah yang terjadi di Tibelia sesuai perkataan William.
“Dan kerena itu saya akan pergi ke sana hari ini.”
“Itu keputusan yang tepat, tapi kau harus pergi dengan banyak pengawalan, aku tidak mau kasus seperti kemarin terulang lagi.”
“Kalau begitu apakah saya bisa ikut bersama Anda ke sana permaisuri?” tanya Aaron penuh harap.
“Ya, Benar, Aaron ikutlah bersama Calista. Dengan begitu kau bisa mengenal Lezarde lebih dalam, sekaligus menjaga Permaisuri di sana.”
Meski Calista belum menjawab, mendapatkan persetujuan dari Leonardo saja sudah membuat senyum Aaron mengembang,
“Itu bagus jika Anda ingin ikut, Kaisar Axios, anda tidak akan menyesal melihat salah satu daerah terindah di Lezarde,” ucap Calista kemudian.
“Calista bisakah kau mengambil segelas air untukku,” pinta Leonardo yang tiba-tiba terbatuk.
Tanpa menunggu lama, Calista mengambil segelas air di atas nakas, bukannya memberi ke tangan sang suami, wanita itu malah langsung meminumkan Leonardo langsung dengan tangannya.
Melihat pemandangan di depannya, entah mengapa membuat jantung Aaron berdenyut, seolah ia tak terima jika Calista memperhatikan Leonardo.
“Terima kasih Calista.”
"Itu hanya bantuan kecil tak perlu berterima kasih," balas Calista sembari berdiri.
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget