Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Malam yang Penuh Hangat
Saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 malam, Hazel tersadar bahwa ia telah menghabiskan tiga jam untuk bersiap di walk-in closet. Ia memandangi dirinya di cermin satu kali lagi, memastikan gaun elegan yang ia kenakan tampak sempurna. Rambutnya tertata rapi, makeup-nya anggun namun lembut, dan perhiasan yang ia pilih berkilau serasi dengan gaunnya. Setelah menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, Hazel bangkit dari kursi, mengumpulkan kepercayaan diri yang sudah lama ingin ia tunjukkan pada Lucas.
Ketika keluar dari walk-in closet, ia terkejut mendapati bahwa kamar tidur mereka kosong—Lucas tak ada di sana. Namun, tatapannya segera tertuju pada sebuah secarik kertas kecil di atas meja dengan tulisan yang rapi. Hazel mengambil kertas itu dan membaca pesan yang tertulis:
"Aku tahu, kamu sedang menggunakannya. Aku menunggu kamu di pintu keluar, Hazel. Dari suamimu, Lucas."
Senyum kecil terbit di wajahnya, dan tanpa menunggu lama, ia melangkah menuju pintu kamar. Sepatu hak tingginya berbunyi lembut di lantai kayu, namun setiap langkahnya memancarkan pesona elegan. Saat menuruni anak tangga, Hazel tidak menyadari bahwa beberapa asisten rumah tangga yang tengah bekerja berhenti sejenak dan memandanginya dengan tatapan kagum. Mereka terbiasa melihat Hazel tampil cantik, tetapi malam ini ada sesuatu yang berbeda; ada kemewahan dan keanggunan yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya.
Hazel menyadari kehadiran mereka dan memberikan senyuman hangat, membuat para ART semakin terpesona. Ia berjalan melewati lorong menuju pintu keluar, di mana Lucas sudah menunggunya. Sudah tiga puluh menit lamanya Lucas berada di sana, duduk di dalam mobil, sesekali melihat jam tangannya, namun sabar menanti kehadiran Hazel. Dalam hati, ia bertanya-tanya bagaimana penampilan istrinya setelah bersiap begitu lama.
Dan akhirnya, pintu terbuka, menampilkan Hazel yang melangkah anggun keluar dengan senyuman lembut dan kepercayaan diri yang terpancar. Lucas tertegun saat melihatnya, mata mereka saling bertemu sejenak, dan seolah-olah waktu berhenti. Hazel terlihat begitu memukau dalam balutan gaun yang ia pilihkan, dan Lucas tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Lucas segera keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Hazel dengan gerakan sopan. Ia mengulurkan tangannya, yang segera disambut oleh Hazel dengan jemari yang bergetar ringan.
"Terima kasih sudah menungguku," ujar Hazel, suaranya terdengar lembut namun sedikit gugup.
Lucas tersenyum tipis, "Untukmu, aku akan menunggu selama apa pun, Hazel."
“Gaunnya sangat cocok untukmu, terlihat cantik” puja Lucas, namun pujiannya justru membuat Hazel menautkan kedua alisnya, sebenarnya yang cantik itu gaunnya atau dirinya?
“Kamu Hazel, kamu sangat cantik” tambah Lucas.
Hazel tersipu, dan senyumnya perlahan muncul saat mendengar Lucas meluruskan ucapannya. Meski dalam hati masih ada sedikit keraguan tentang perasaan Lucas, malam ini ia memutuskan untuk menikmati perhatian yang diberikan suaminya. Lucas meraih tangannya dengan lembut, dan Hazel merasa hangat dengan sentuhan itu, seakan memberi tahu bahwa Lucas tulus dalam pujian dan perhatian yang ia berikan.
Mereka berjalan bersama menuju mobil, Hazel melangkah pelan agar bisa merasakan setiap momen berharga itu. Ketika mereka duduk berdampingan di dalam mobil, Lucas menyalakan mesin dan sesekali melirik Hazel yang duduk dengan raut wajah penuh harapan dan sedikit rasa penasaran. Hati Hazel terasa berdebar-debar setiap kali Lucas menatapnya seperti itu, seolah pandangan itu membawa arti yang lebih dalam.
Di tengah perjalanan menuju restoran, Hazel memberanikan diri untuk bertanya, "Sebenarnya, apa yang membuat bapak menyiapkan semua ini?"
Lucas tersenyum, mengalihkan pandangannya sejenak dari jalan dan menatap Hazel dengan lembut. "Aku hanya ingin membuatmu merasa istimewa. Aku tahu, mungkin aku tidak selalu menunjukkan apa yang kurasakan, tapi malam ini aku ingin memastikan bahwa kamu tahu betapa pentingnya kamu untukku."
Hazel merasakan kehangatan menjalar di hatinya. Kata-kata Lucas terdengar tulus, dan perlahan-lahan, ia merasa keyakinannya pada cinta Lucas mulai tumbuh. Mereka akhirnya tiba di restoran yang sudah dipesan khusus oleh Lucas, dengan suasana romantis yang dihiasi lilin-lilin dan bunga-bunga yang mengelilingi meja mereka. Lucas menarikkan kursi untuk Hazel, dan mereka pun duduk saling berhadapan.
Di bawah sinar lilin yang lembut, Hazel menatap Lucas dengan senyum yang tak lagi tertahan. Malam itu, ia merasa bahwa semua keraguan dan pertanyaan yang selama ini menghantuinya perlahan-lahan menemukan jawabannya.
Setelah makanan disajikan dan obrolan mereka berlanjut, Lucas memandang Hazel dengan tatapan yang dalam dan penuh makna. Sambil menggenggam tangannya, ia berkata pelan, “Hazel, aku tahu aku mungkin terlambat menyadarinya, tapi kamu adalah seseorang yang benar-benar berarti bagiku. Selama ini aku mungkin tak pandai mengungkapkannya, tapi aku ingin kamu tahu… kehadiranmu mengubah banyak hal dalam hidupku.”
Hazel merasa hatinya semakin terbuka, seolah Lucas tengah memecahkan dinding kebekuan yang selama ini ia rasakan. Malam ini, Lucas tampak berbeda—lebih lembut, lebih terbuka, dan untuk pertama kalinya ia merasa bahwa pria di depannya benar-benar ingin membangun hubungan yang lebih dari sekadar ikatan pernikahan.
Setelah mereka selesai makan, Lucas berdiri dan menuntun Hazel keluar dari restoran dengan sentuhan lembut di punggungnya. "Hazel," bisiknya, "ada satu kejutan lagi yang kusiapkan untukmu."
Mereka melangkah menuju mobil, dan Hazel merasa jantungnya berdebar kencang saat Lucas menyebutkan ada kejutan lain. Begitu mereka berada di dalam mobil, Lucas mengarahkan mobilnya menuju hotel bintang lima yang baru saja dibuka, terkenal dengan suasana mewah dan romantis yang ditawarkannya. Hazel menelan ludah, sedikit gugup namun juga penasaran dengan rencana Lucas selanjutnya. Hatinya merasakan campuran antara ekspektasi dan keterkejutan, seolah Lucas membawanya dalam sebuah perjalanan yang sama sekali tak terduga.
Begitu mereka sampai di hotel, Lucas menggandeng tangan Hazel dan membimbingnya menuju sebuah suite pribadi yang sudah ia pesan. Saat pintu suite terbuka, Hazel terpana melihat dekorasi yang penuh bunga mawar, lilin beraroma lembut, dan pemandangan indah dari balkon yang menghadap ke kota. Semua tampak disiapkan dengan penuh perhatian dan detail.
Lucas mendekat ke arahnya, suaranya pelan namun penuh kehangatan. “Hazel, malam ini aku ingin kita menikmati waktu bersama, tanpa gangguan apa pun. Kamu adalah orang yang kuinginkan di sisiku, dan malam ini hanya tentang kita.”
Hazel tak mampu berkata apa pun, hanya tersipu dan terdiam, merasakan semua ini seperti mimpi. Saat ia hendak membalas ucapan Lucas, hujan deras tiba-tiba turun, seakan alam pun ikut mendukung kedekatan mereka yang semakin intim.
Hazel melangkah perlahan menuju balkon untuk menikmati pemandangan kota di bawah guyuran hujan yang deras. Lucas mengikutinya, langkah demi langkah, hingga akhirnya ia memeluk Hazel dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggangnya dengan erat.
“Hazel, kamu tahu?” bisik Lucas di dekat telinganya, suaranya nyaris tertelan oleh suara hujan. “Aku bersyukur kamu hadir dalam hidupku. Semua yang aku lakukan malam ini adalah untuk menunjukkan betapa pentingnya kamu bagiku.”
Hazel merasakan detak jantung Lucas di dekat punggungnya, dan perlahan-lahan ia menyandarkan kepalanya di dada pria itu, menikmati momen penuh kehangatan dan ketulusan yang Lucas berikan untuknya.
Hujan terus mengguyur, namun di dalam dekapan Lucas, Hazel merasa hangat dan aman. Mereka berdiri di sana cukup lama, menikmati keheningan dan suara hujan yang menjadi saksi bisu kebersamaan mereka.
Hingga akhirnya, Hazel memutar balikkan tubuhnya dan menatap dalam manik mata Lucas yang begitu tegas, terlihat ada cinta yang begitu besar dari Lucas untuknya. Seakan terhipnotis, Hazel mengatakan sesuatu yang tidak terduga “Aku siap” dengan bisik namun deru napas yang saling berbalas di antara mereka.
Lucas menatap Hazel dengan penuh perasaan saat kata-kata itu terucap dari bibirnya, “Aku siap.” Sejenak, ia terdiam, meresapi betapa dalam arti ucapan Hazel. Tanpa ragu, ia menyambutnya, merengkuh wajah Hazel dengan kedua tangannya. Keduanya saling mendekat, hingga bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang awalnya lembut, namun segera berubah menjadi penuh gairah, seakan tak ada lagi jarak yang memisahkan.
Derasnya hujan di luar menjadi latar belakang yang menyempurnakan momen tersebut. Seakan alam pun merestui, memberikan mereka privasi dan ketenangan. Lucas mengeratkan pelukannya, membuat Hazel merasa begitu dicintai dan dihargai. Ciuman mereka semakin dalam, penuh dengan rasa yang telah lama tersimpan. Hazel dapat merasakan ketulusan Lucas dalam setiap sentuhan, dan untuk pertama kalinya, ia yakin sepenuhnya akan cinta Lucas padanya.
Setelah beberapa saat, Lucas perlahan melepaskan ciumannya, menatap Hazel dengan senyum lembut namun penuh makna. "Kamu tak perlu meragukan posisimu dalam hidupku, Hazel," ujarnya dengan suara rendah namun tegas. "Kamu adalah segalanya bagiku."
Bonus wajah Lucas😍cocok kan sama Hazel?🤭