"Menikahlah dengan saya, Alara." Ucap Alderio seraya menggenggam tangan Alara.
Alara Sinta Pramudito, seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki wajah cantik dan sangat manis harus rela melepas kegadisannya akibat kejadian satu malam yang tidak disengaja.
Kejadian yang enggan untuk diingatnya itu justru tidak direstui takdir, ia kembali dipertemukan dengan sang pria sebagai dosen pembimbingnya.
Alderio Gautam Haiyan, pria tampan dengan sejuta pesona yang berprofesi sebagai seorang dosen di universitas bergengsi di kotanya.
Tak menyangka akan bertemu kembali dengan wanita yang menjadi pasangannya malam itu apalagi sebagai mahasiswanya.
Sifat Alara yang tidak menye-menye dan spontan berhasil membuat sosok Alderio jatuh dalam pesonanya.
Lantas bagaimana kisah keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Renata
Tampak seorang wanita tengah duduk manis di restoran yang ada disebuah hotel terkenal. Mata wanita itu tak henti menatap ke arah pintu masuk dan berharap orang yang ditunggunya akan segera datang.
Renata adenata, seorang pengusaha bidang kuliner di Surabaya, wajahnya cantik dengan kulit sawo matang dan tinggi badan semampai bak seorang model. Namun sayang, sifatnya yang sombong, angkuh dan egois membuat kecantikan dalam dirinya tertutup. Bagi seorang Renata, apapun yang ia inginkan, maka harus ia dapatkan, termasuk Alderio, pujaan hati yang selama bertahun-tahun tak pernah ia dapatkan.
"Al, aku yang menunggumu selama bertahun-tahun, tapi kenapa kau malah menikahi wanita lain." Gumam Rena dengan lirih.
Renata buru-buru menyeka air mata, ia tidak boleh menangis. Ia mengedipkan matanya beberapa kali dan kembali menatap ke arah pintu masuk.
Sudah hampir 1 jam Renata menunggu, namun Alderio tak juga datang. Ia hendak menghubungi Alderio, namun tiba-tiba dua orang wanita datang menghampirinya.
"Alara." Ucap Renata melihat istri Alderio yang justru datang.
"Selamat malam, Mbak Renata." Sapa Alara dengan sopan.
"Kenapa kau datang kesini, dimana Al?" tanya Renata tampak tidak suka.
"Silahkan duduk dulu, Mbak. Saya sudah jauh-jauh datang kesini dan anda justru malah mencari suami saya." Alara terkekeh, namun tawanya itu mengandung banyak kekesalan.
Sementara Reina yang diajak Alara tentu tak tahu apa-apa, bahkan ia kebingungan saat Alara mengatakan 'suami', padahal jelas-jelas wanita itu belum menikah.
Renata akhirnya duduk di depan Alara, disusul Reina yang duduk di sebelah sahabatnya.
"Mau apa kau datang kemari?" tanya Renata to the point.
"Saya datang kemari tentu atas permintaan dari Mbak Renata sendiri." Jawab Alara masih berusaha tersenyum.
"Aku tidak memintamu untuk datang, aku meminta Alderio yang datang kemari!!" bantah Renata seraya melipat tangan di dadanya.
"Tepat sekali, suami saya. Kenapa anda mau menemui suami saya, apalagi di hotel begini. Apa tujuan Mbak meminta pria beristri datang ke sebuah hotel?" tanya Alara mulai memojokkan Renata.
"Bukan urusanmu." Ketus Renata enggan menjawab.
"Anda mencintai suami saya?" tanya Alara seraya berusaha mengatur nafasnya.
"Ya, bagus jika kau tahu. Aku mencintai Alderio sejak dulu, jadi kau lah yang menjadi perebut disini!" jawab Renata dengan nada tinggi.
"Tapi saya istrinya, Mbak. Saya istri sah Mas Al," timpal Alara menunjuk dirinya sendiri.
Alara memajukan tubuhnya, tangannya ia lipat di meja dengan tatapan mata masih terus tertuju pada Renata.
"Mbak cantik, berkelas dan pastinya berpendidikan. Bagaimana bisa Mbak mendekati pria beristri?" tanya Alara mencecar.
"Kenapa tidak bisa, aku bebas berbuat apapun selama itu bukan membunuh. Aku bebas merebut Alderio jika aku mau." Jawab Renata dengan begitu percaya diri.
Alara tertawa pelan, kepalanya manggut-manggut sebagai balasan. "Tapi apakah mas Al mau sama, Mbak?" tanya Alara meremehkan.
Renata terdiam sesaat, ia berpikir bahwa Alderio selama ini tidak pernah merespon sikapnya sama sekali, bahkan meskipun ia sudah menggodanya dengan pakaian seksi, pria itu tetap menolak.
"Mbak, saya masih berbaik hati tidak melaporkan Mbak kepada mama Mira, tapi jika Mbak masih terus mengganggu suami saya apalagi mencoba merebutnya, maka saya tidak akan segan untuk langsung melaporkan pada mama Mira!" tekan Alara dengan nada yang datar.
"Coba saja, aku yakin tante Mira akan memilihku sebagai pasangan Al!" balas Renata menantang.
"Jangan mengancam saya balik, Mbak. Karena dari segi manapun, saya lah pemenangnya. Saya istri yang sah dan dicintai mas Al, sementara Mbak bukan siapa-siapa." Ucap Alara kemudian bangkit dari duduknya.
"Terima kasih atas waktunya, semoga anda bisa mengerti apa yang saya ucapkan." Pamit Alara kemudian menarik tangan Reina.
Reina yang sejak tadi sudah seperti orang bodoh hanya bisa mengikuti langkah Alara, ia juga semakin dibuat bingung kala mendengar nama dosennya disebut beberapa kali.
"Ra, jelasin ke gue dulu. Dari tadi gue minta penjelasan, lo bilang nanti terus!!" pinta Reina tak sabar.
Alara menghela nafas pelan. "Gue istrinya pak Alderio Gautam Haiyan, dosen pembimbing gue sendiri." Ucap Alara langsung.
"Hah?! Gimana bisa???" Tanya Reina terkejut.
"Pak Al adalah pria yang gue temuin di bar waktu itu, dan dia mau bertanggung jawab. Sekarang gue udah nikah sama pak Al, mungkin sudah 4 atau 5 bulan, bahkan sekarang gue lagi hamil." Jawab Alara dengan santai.
"Ara lo gila!!! Berita sebesar ini nggak kasih tau gue, tega lo ya!!!" protes Reina menekuk wajahnya.
"Ya udah sih, kan sekarang udah tahu." Balas Alara mengangkat bahunya acuh.
"Apa ini alasan lo juga waktu itu menghindari pak Al?" tanya Reina menebak.
"Iya, awalnya gue nolak mau dinikahin sama dia, tapi ya akhirnya terima juga deh dan gue sekarang bahagia banget." Jawab Alara seraya masuk ke dalam mobil Reina.
Reina menyusul Alara masuk ke dalam mobil, ia kembali menatap sahabatnya itu.
"Gila, nggak nyangka gue lo udah nikah, udah mau jadi ibu lagi." Ungkap Reina dengan bahagia.
"Ternyata jebakan Echa malah bawa jodoh buat lo, gue ikut bahagia, Ra. Meksipun gue sakit hati karena dosen incaran satu fakultas lo yang dapetin, hahahah." Lanjut Reina tertawa lepas.
"Udahlah, ayo balik. Suami gue pasti udah nungguin, tadi kan izinnya cuma sebentar." Ajak Alara menepuk tangan sang sahabat.
"Iya sabar." Balas Reina tancap gas meninggalkan hotel.
"Ra, kan dulu lo nolak, sekarang udah cinta sama suami lo?" tanya Reina kepo.
"Udah, bahkan gua cinta banget sama mas Al. Cuma sampai sekarang gue belum berani bilangnya," jawab Alara menundukkan kepalanya.
"Lo gimana sih, ya bilang dong. Jangan sampe tuh pelakor tadi yang duluan nyatain cinta, apalagi pak Al cinta banget sama lo. Kasihan, Ra. Balas cintanya dong!" Sentak Reina geleng-geleng kepala.
"Iya, gue bales kok cintanya. Gue malu bilangnya, padahal dia aja nyatain cintanya setiap hari." Ujar Alara jujur.
"Astaga, Ara. Gue kalo jadi lo, nggak usah drama nolak dulu deh, langsung buka tangan dan bilang cinta dia." Celetuk Reina membayangkan.
"Itu kan lo, bukan gue!" ketus Alara memutar bola matanya jengah.
Reina tak membalas lagi, Alara pun diam sambil senyum-senyum sendiri. Akhirnya ia menyadari sendiri perasaanya bahwa ia juga mencintai Alderio, ia tidak akan rela jika suaminya itu sampai direbut oleh perempuan lain. Alderio adalah miliknya, sama sepertinya yang menjadi milik Alderio selamanya.
"Mas, aku mencintaimu." Batin Alara tersenyum manis.
KALO SEMPET, NANTI LANJUT MALAM KARENA GERAH NIH EPS SELANJUTNYA 😂😂
To be continued
