Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERKEJUT
Maya, Rendi dan Yuanyun berjalan melalui lorong-lorong panti dan melihat senyum polos anak-anak panti serta keramahan para suster yang menyambut kedatangan Yuanyun, membuat suasana panti asuhan Dharma semakin hangat.
Mereka sedikit terkejut melihat Yuanyun yang begitu mudah akrab dengan semua orang, sangat berbeda dengan kesan yang mereka bayangkan.
Waktu-pun berlalu sampai pada akhirnya merekapun keluar dari bangunan utama panti, berjalan perlahan menuju taman belakang, menikmati suasana teduh dan damai.
Aroma bunga-bunga yang semerbak memenuhi taman belakang panti asuhan, bercampur dengan wangi rumput yang baru saja dipotong.
Matahari siang yang menjelang sore menyinari lembut dedaunan pohon mangga yang rindang, menciptakan bayangan-bayangan yang memanjang di atas hamparan rumput hijau.
Di antara petak-petak bunga sederhana, beberapa bangku kayu tua tersebar, seolah mengundang untuk singgah sejenak.
Tiba-tiba, Rendi menghentikan langkahnya. Ia lalu menatap Yuanyun dengan sorot mata curiga. "Bukankah ini sudah cukup? Aku kira semua orang di panti sudah mempercayaimu sebagai seorang donatur dermawan," katanya dengan nada ejekan.
Yuanyun hanya tersenyum tenang, seolah paham betul bagaimana harus bersikap menghadapi anak seperti Rendi. "Apa kau kira aku hanya berpura-pura agar tidak ada yang curiga padaku?"
Rendi mendekat, matanya menyipit tajam. Ia mengamati Yuanyun dengan seksama, berusaha mencari celah untuk mengungkap motif yang tersembunyi. "Jadi, maksudmu kamu benar-benar ingin berdonasi ke panti ini sebagai perusahaan Wuyu... apalah itu?"
"Tentu, walaupun aku terlihat seperti ini, orang tuaku cukup mampu untuk berdonasi," Yuanyun menjawab dengan nada yang tenang dan yakin.
Mendengar itu, Maya langsung menyela dengan polos mengingat sesuatu yang sebelumnya pernah ia alami, "Tunggu dulu! Bukankah kamu menggunakan tombak waktu itu? Apa kamu tidak membawanya?"
Tanpa basa-basi, Yuanyun langsung merentangkan tangannya. Tiba-tiba, sebuah tombak misterius muncul dalam genggamannya, seolah diciptakan dari udara. Maya dan Rendi terkejut, mata mereka terpaku pada tombak itu, seakan terhipnotis oleh kemunculannya yang ajaib.
"Ap…apa...?" Rendi tergagap, tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya.
Yuanyun tersenyum lebar, menikmati reaksi yang ditimbulkan oleh aksinya. "Sekarang, apakah kalian siap mendengarkanku?"
Maya dan Rendi hanya bisa mengangguk perlahan, masih belum lepas dari keterkejutan mereka. Mereka berdua penasaran, ingin segera mengetahui banyak hal.
Melihat reaksi mereka, Yuanyun pun mulai menjelaskan. Ia menceritakan tentang 12 Mishmar, para pahlawan yang telah menjaga umat manusia selama ratusan ribu tahun. Yuanyun juga menjelaskan tentang kekuatan luar biasa mereka berkat innérzjä, semacam energi dalam tubuh manusia, serta Signature yang menjadi pelengkap kekuatan tak tertandingi para Mishmar.
Rendi mendengarkan dengan rasa penasaran yang memuncak, "Hmmm... innérzjä ya..." gumamnya sambil mengepalkan tangan, seolah mencoba merasakan energi itu di dalam dirinya. Ia berusaha membayangkan bagaimana rasanya memiliki kekuatan sebesar yang dimiliki oleh Maya.
Sementara itu, Maya masih terpaku pada tombak Yuanyun, Dia tak mendengarkan perkataan Yuanyun, matanya berbinar-binar penuh kekaguman tidak bisa mengalihkan pandangannya dari benda misterius itu, seakan-akan terhipnotis oleh aura kekuatannya.
Yuanyun yang menyadari hal itu hanya tersenyum geli melihat ekspresi Maya yang begitu polos. "Sudah cukup memandangi tombakku! Fokus dulu dengan penjelasanku," tegurnya lembut.
Dengan gerakan cepat, Yuanyun menyimpan kembali tombaknya ke dalam tubuhnya. Maya terkejut, masih belum bisa percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya. Ia menatap Yuanyun dengan penuh rasa ingin tahu, menunggu penjelasan lebih lanjut.