Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Bela terperangah menatap sosok lelaki yang tak asing lagi baginya. "Kak Iko, kemana saja selama ini kamu, Kak?"
"Masuk dulu, ntar aku cerita deh."
Iko masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Bela.
Iko adalah kakak kandung Bela yang begitu lama menghilang sejak di usir oleh Almarhumah Mamahnya karena kasus judi online.
"Mamah sudah meninggal kan? Kamu pasti dapat warisan banyak. Seharusnya harta peninggalan Mamah dan Papah, dibagi dua jangan kamu makan sendiri. Aku datang untuk meminta jatah warisanku," ucap Iko menatap tajam Bela.
Sejenak Bela terdiam, tatapannya entah kemana. Perlahan tapi pasti ia menghela napas berat dan menghembuskannya dengan kasar. Bahkan ia sempat menelan salivanya begitu kasar pula. "Aku pikir kamu sudah berubah Kak. Dari dulu hingga kini hanya harta saja yang kamu pikirkan. Kemana saja selama Mamah sakit? Apa kamu lupa dengan perbuatanmu? Kamu sudah menghabiskan banyak harta milik orang tua kita. Hutangmu dimana-mana siapa yang melunasi, Mamah dan Papah kan? Jatah warisan untukmu itu sudah habis untuk melunasi semua hutang-hutangmu baik yang di pinjaman online maupun yang ada pada rentenir. Perusahaan gulung tikar juga karena ulahmu, kak. Tidak ada lagi jatah warisan untukmu.'
Mendengar akan hal itu, membuat emosi Iko membuncah. Matanya membola dan dengan gerak cepat kedua tangannya men cekik Bela begitu kencang. "Kalau begitu sebaliknya kamu mati saja! Hahaha jika kamu mati, warisan peninggalan orang tua yang ada padamu bisa menjadi milikku."
"Kak, tolong lepaskan! Orang tua kita pasti sangat sedih melihat hal ini. Tolonglah jangan seperti ini, Kak!"
Bela berusaha untuk melepaskan kedua tangan Iko yang ada di leher tapi tak berhasil.
Iko benar-benar seperti orang yang sedang kesu rupan. Ia hilang kendali karena hutang yang menumpuk begitu banyak.
"Tolong-tolong-tolong!"
Spontanitas Bela berteriak di sela dirinya kesakitan dan kesulitan untuk bernapas.
"Hey, apa yang kamu lakukan hah?" bentak salah satu orang yang hadir bersama beberapa orang lelaki di tempat parkir tersebut. Orang-orang tersebut kebetulan sesama pengemudi yang baru saja memarkirkan mobil mereka dan langsung mendengar teriakan Bela.
Sontak saja Iko melepaskan ceki kannya." Awas saja ya, aku pasti akan datang lagi untuk menemuimu!"
Iko lekas pergi begitu saja karena ia tidak ingin di keroyok beberapa lelaki itu.
"Terima kasih bapak-bapak, uhuk-uhuk."
Ucap Bela dengan suara parau.
Salah satu lelaki itu berkata." Jangan berterima kasih pada kami tapi pada wanita itu. Dia yang memberi tahu kami untuk menolongmu."
Lelaki itu menunjuk ke arah seberang dimana ada seorang wanita cantik yang akan masuk ke dalam mobil. Bahkan wanita itu sempat melambaikan tangan ke arah bapak-bapak tersebut.
Bela sempat melihatnya sekilas dan ia tidak akan pernah melupakan kebaikan wanita itu. "Aku akan selalu mengingatmu di dalam pikiranku karena aku sudah berhutang nyawa padamu. Jika saja aku sedang tidak lemas, aku kan lekas mengajarmu untuk mengucapkan terima kasih. Dan bahkan ingin memintamu menjadi temanku. Aku yakin kamu wanita yang sangat baik. Beruntung sekali lelaki yang bisa menjadi pendamping hidupmu," batin Bela.
Kini ia akan lebih waspada karena tidak ingin terjadi hal yang lebih buruk dari itu. "Sepertinya aku harus bertahan di rumah Mas Ben. Karena hanya di sana aku akan aman. Di rumah Mas Ben, banyak sekali bodyguard. Ini bisa aku gunakan sebagai tameng. Jadi aku tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membayar orang. Apalagi kondisi keuanganku sedang buruk makanya aku terus berusaha supaya Mas Ben mau menikahiku. Di depan Tante dan Mas Ben, aku berbohong dengan mengatakan masih memiliki banyak harta, tapi nyatanya harta yang ada padaku mulai menipis," batin Bela.
--------
POV IKO
Pucuk di cinta ulam tiba. Di saat aku sudah lelah mencari keberadaan Bela, tak sengaja aku melihatnya di tempat parkir di sebuah perusahaan besar. Ya perusahaan yang menolakku.
Padahal aku sudah berniat untuk berubah menjadi lelaki yang baik. Bekerja dengan harapan mendapatkan uang halal sehingga bisa meninggalkan sifat burukku. Tapi sepertinya tobatku tidak di terima oleh Sang Kuasa, sehingga pendaftaranku di tolak mentah-mentah dengan alasan perusahaan sedang tidak mencari karyawan baru.
Aku sudah berusaha membujuk pihak perusahaan untuk menerimaku meski cuma menjadi OB atau security nggak apa-apa. Tapi masih saja di tolak. Sayangnya aku tidak bisa menemui langsung pemilik perusahaan itu hanya bisa lewat asisten pribadinya dengan alasan atasan sedang sibuk dan segala urusan kantor di handle olehnya.
Rasa kecewaku membuncah hingga akupun memutuskan untuk berbuat ja hat bahkan lebih ja hat. Aku ingin menghilangkan nyawa adik kandungku sendiri demi harta untuk ku gunakan membayar hutang.
Tapi rencanaku gagal karena ada beberapa lelaki yang datang menghampiri mendengar teriakan minta tolong Bela. Seharusnya aku sum pal saja mulut adikku. Ah tidak kepikiran hingga saat itu. Tapi aku tidak akan menyerah untuk bisa menemukan tempat dimana Bela tinggal saat ini. Aku yakin Bela masih menyimpan semua harta warisan pemberian Mamah.
--------
Sore menjelang..
Ben segera kembali ke rumah karena ingin melihat kondisi Diajeng. Ia sangat bahagia pada saat melihat Diajeng sudah sadarkan diri tapi dia juga sedih karena Sang Mamah alami struk mulutnya men ceng bahkan belum bisa berbicara.
"Alhamdulillah, Mamah sudah sadar. Sa...
Iva mencubit lengan Ben sehingga perkataannya terputus.
"Tante, maaf saya pinjam anak Tante dulu karena saya ingin berbicara penting. Mari Pak Ben."
Iva mengajak Ben untuk sejenak keluar dari ruangan tersebut.
"Mas, tolong jangan buka dulu hubungan kita di depan Tante karena kondisinya belum pulih benar. Aku nggak ingin kondisinya memburuk jika ia tahu siapa aku sebenarnya. Kamu nggak ingin hal itu terjadi bukan?" ucap Iva lirih dengan mimik mengiba membuat Ben tidak tega.
"Baiklah sayang. Sebenarnya aku kurang setuju tapi ya sudahlah terserah kamu saja bagaimana baiknya. Kenapa kamu nggak langsung memberi tahu aku, jika Mamah sudah sadar?"
"Mas, Tante sadar bertepatan kamu pulang dari kantor jadi ya aku belum sempat untuk memberi tahumu, tapi aku minta Dokter langsung mengecek kondisi nya. Alhamdulillah Mas, kata Dokter ini sebuah mukjizat karena Dokter sempat memprediksi jika Tante akan koma dalam jangka panjang tapi kenyataan berbeda. Ini suatu berita yang baik. Struk Tante bisa di pulihkan jika rajin terapi," ucap Iva.
Sementara di dalam kamar, Diajeng hanya bisa bergumam dalam hati. "Alhamdulillah terima kasih ya Allah, Iva telah menyelamatkanku. Padahal aku sangat senang dengan kejadian ini, Ben bisa bertemu secara langsung dengan Iva seperti harapanku selama ini ingin memperkenalkan Iva padanya. Tapi aku juga sedih, karena Iva sudah bersuami. Jika saja... astaghfirullah kenapa aku berharap Iva cerai dari suaminya supaya bisa menikah dengan Ben? Maafkan aku ya Allah. Mungkin memang sudah takdirnya Iva hanya bisa menjadi saudara saja bukan menjadi menantuku. Jika saja mulutku tidak seperti ini, aku pasti....
lanjut