TAKDIR CINTA (Ghea & Tristan)

Ghea dan Stevi menghampiri Fariz dan Tristan diparkiran setelah Fariz mengabari bahwa sudah menunggu diparkiran.

"Tumben lama?" Tanya Fariz.

"Iya dosennya betah banget dikelas gue Riz." Jawab Stevi asal.

"Yuk langsung cabut." Ajak Fariz sambil membuka pintu mobilnya.

Fariz dan Tristan duduk berdampingan didepan, sementara Ghea dan Stevi duduk dikursi belakang.

"Udah siap balik Tan?" Tanya Ghea dari kursi belakang.

"Ya siap gak siap Ghe." Jawab Tristan.

"Nanti biar gue dulu yang masuk ya Tan, biar gue ngomong berdua dulu sama tante Monica."

"Iya Ghe, sory ya Ghe, gue repotin lo."

"Santai aja Tan. Tiga belas tahun juga gue ngerepotin lo terus. Sekarang cuma beginimah gak sebanding Tan." Jawab Ghea yang kini sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Tristan kembali.

Setelah tiga puluh menit akhirnya mereka tiba didepan rumah Tristan, pandangan Ghea tertuju pada sebrang rumah Tristan yang merupakan rumahnya, disana teeparkir mobil Bryan sang Kakak.

"Kak Bry lagi disini Tan." Lirih Ghea.

"Lo gapapa Ghe?" Tanya Tristan.

Kemudian Ghea melihat kamarnya dari dalam mobil Fariz, "Kamar gue Tan, gue kangen kamar gue." Ucap Ghea.

"Kalo lo mau, nanti gue temenin lo balik sebentar kerumah lo Ghe."

Ghea menggelengkan kepalanya, "Engga Tan, itu bukan rumah gue, gak ada yang nunggu apa lagi mengharapkan gue pulang." Ghea tersenyum tipis.

"Gue turun sama Stevi ya, nanti gue telpon kalo keadaan didalam oke." Ucap Ghea lagi mengalihkan obrolan.

"Iya Ghe, Sory ya." Balas Tristan.

"Santai aja kali Tan." Jawab Ghea tersenyum manis kemudian turun dari mobil Fariz.

"Kontrol hati Tan.. Inget udah jadi bini orang itu Ghea.." Seloroh Fariz yang membuyarkan lamunan Tristan yang terus saja menatap Ghea yang masuk kedalam halaman rumahnya.

"Istri orang, Hufff..." Tristan membuang nafasnya secara kasar.

Sementara Ghea dan Stevi masuk kedalam halaman rumah Tristan.

"Lho mba Ghea, apa kabar?" Tanya penjaga rumah Tristan yang mengenal Ghea sedari Ghea dan Tristan masih kecil.

"Baik Pakde, gimana kabar Pakde?" Tanya Ghea balik yang memang sudah mengenal Pakde Mugi penjaga rumah Tristan.

"Baik Mba, mau ke Ibu Monica ya Mba?"

"Iya Pakde, Tante Monica nya ada?" Tanya Ghea.

Pakde Mugi mengantar Ghea dan Stevi hingga kedepan pintu, dan Tante Monica kebetulan sedang duduk santai diruang tamu sambil melihat majalah fashion terbarunya.

"Lhoo Ghea sayang." Sapa Monica yang kemudian menaruh majalahnya dan berdiri memeluk Ghea.

"Sehat Tante?" tanya Ghea.

"Slalu sehat dong Ghe." Monica melirik kearah Stevi, "Ini siapa?" Tanya Monica.

"Oh ini Stevi, pacarnya Fariz nih Tante." Ucap Ghea iseng.

"Ishh Ghe, apaan sih." Stevi menyenggol Ghea. "Saya Stevi Tante, teman Ghea juga Fariz." Ucap Stevi.

"Ayo duduk." Monica mengajak Ghea dan Stevi duduk.

"Begini Tante, Ghea kesini ada yang mau Ghea ceritakan sama Tante soal Tris..tan." Ucap Ghea ragu-ragu.

"Tristan?" Tanya Monica heran.

"Tan.. Ghea harap Tante bisa maafin Tristan ya, mungkin Tristan sangat mengecewakan Tante."

"Ada apa Ghe, bilang sama Tante."

"Tristan balik ke Indo Tan.. sekarang ada diluar bersama Fariz didalam mobil. Tristan takut pulang, takut Tante kecewa dan marah."

Lalu Ghea menceritakan tujuan Tristan pulang yang ingin mengejar Ghea kembali, dan Ghea juga menceritakan bahwa Tristan sudah tau status Ghea.

Monica begitu terkejut dengan cerita Ghea.

"Anak nakal itu." Monica memijit pelipisnya sambil menghela nafas.

"Ini salah Ghea juga Tan, maaf." Lirih Ghea sambil menggenggam tangan Monica.

Monica menatap Ghea dengan tatapan lembut.

"Ghe, semua yang terjadi, sudah takdir dari tuhan. Seperti cinta kamu dan Tristan yang berakhir dengan sendirinya, tidak ada yang bisa disalahkan. Begitu pula dengan kejadian ini, Tristan sudah tau resikonya, apa boleh buat, dia tetap anak Tante dan Tante pasti akan menerimanya kembali." Ucap Monica sambil membelai lembut kepala Ghea.

"Jadi boleh Tristan masuk?" Tanya Ghea.

"Suruhlah dia masuk, Tante juga tidak tega memarahi dia."

Ghea tersenyum, kemudian memberi kode pada Stevi untuk menelpon Fariz dan menyuruhnya masuk.

Tidak berselang lama, Tristan masuk bersama Fariz.

"Ma.." Panggil Tristan ragu.

"Hem." Jawab Monica singkat.

"Ma.. Maafin Tristan." Kini Tristan bersimpuh dikaki Monica.

"Sudahlah Tan.. kamu tinggal pertanggung jawabkan pada Papa apa yang sudah menjadi keputusan kamu nanti." Jawab Monica sambil membelai rambut anak bungsunya itu.

Selesai urusan dengan Mamanya, mereka kumpul bersama untuk makan siang bersama.

"Jarang-jarang rumah ini ramai. Jadi inget kalian semasa sekolah, rumah ini slalu ramai." Ucap Monica sambil menata makanan dimeja makan.

Ketika mereka asik makan bersama, rumah Monica kembali kedatangan tamu yang tak lain adalah Bryan.

"Bryan, masuk Bry." Ucap Monica.

"Gak usah Tante, Bryan kesini cuma mau kasih kue keju, kebetulan Bryan dan Maura baru pulang dari Belanda dan inget kalau Tante Monica sangat menyukai kue keju Belanda." Jawab Bryan sambil menyerahkan paperbag.

"Ahh Tante jadi Terharu, Terimakasih Bryan. Dimana Maura?" Tanya Monica.

"Dirumah, sedang menemani Ayah yang sedang sakit."

"Ayahmu Sakit? Bry, disini ada Ghea, Ghea lagi main disini." Ucap Monica.

"Ghea disini Tan? iya Ayah sakit kepikiran Ghea, tapi Ayah terlalu malu untuk menghubungi Ghea."

"Ayahmu bukan malu Bry, tapi dosanya terlalu banyak pada Ghea, sehingga ia segan sendiri untuk mencari anaknya." Kesal Monica.

"Bisa panggilkan Ghea Tan? Bryan ingin bertemu dengan Ghea."

"Masuklah Bry, Biar tante panggilkan dulu Ghea didalam."

Tak lama kemudian Ghea menghampiri Bryan dan langsung berhambur memeluk kakaknya itu.

Bryan mengusap kepala sang adik yang kini tertutup hijabnya.

"Adiknya Kakak kenapa semakin cantik?" Tanya Bryan.

"Aku lagi belajar berhijab Kak, Mas Fadhil sangat ingin aku berhijab." Jawab Ghea.

"Kamu bahagia bersama Fadhil? Apakah Fadhil dan keluarganya sangat baik?" Tanya Bryan.

Ghea mengangguk, "Aku bahagia Kak, mereka memperlakukan aku dengan sangat baik."

Bryan tersenyum, "Kamu main disini, apa tidak akan jadi masalah?" Tanya Bryan yang sangat tau hubungan Ghea bersama Tristan dimasa lalu.

Ghea tersenyum, "Aku udah ijin Mas Fadhil dan dan Mas Fadhil mengijinkannya Kak, malah nanti Mas Fadhil yang akan menjemput aku disini."

"Syukurlah Ghe, Kakak cuma tidak mau kamu ada dalam masalah."

Ghea menggelengkan kepalanya. "Kak, Kakak tenang aja, aku bahagia dan baik-baik aja berada dikeluarga Mas Fadhil, mereka memperlakukanku lebih-lebih dari keluargaku sendiri."

Bryan menghela nafas.

"Ghe, Ayah sakit, udah sebulan ini Ayah drop dan tidak mau dibawa kerumah sakit, Ayah menyesal slalu berlaku tidak adil padamu, Ayah merindukanmu Ghe, pulanglah lihat Ayah sebentar saja."

Ghea menggelengkan kepalanya, "Tidak Kak, Ghea tidak akan pernah pulang lagi kesana. Ghea udah bahagia sama hidup Ghea sekarang, satu-satunya keluarga yang Ghea terima cuma Kak Bry dan Kak Maura."

Bryan hanya menatap sedih adiknya itu, Ghea terlalu banyak mengalami ketidak adilan didalam keluarganya, sehingga membuat Ghea trauma untuk kembali kerumahnya.

Kini Ghea ibarat burung yang lepas dari sangkarnya, terbang tinggi, melebarkan sayapnya dan menghirup aroma kebebasan, tidak tertekan lagi dan sangat terlihat pancaran kebahagiaan dari wajah Ghea yang tanpa beban.

.

.

Spesial deh untuk readers setiaku yang minta double Up..

Jangan lupa tetep kencengin Like, koment, dan Votenya ya..

kasih hadiah juga, secangkir kopi juga boleh biar authornya gak ngantuk dan tetep semangat 😁

love u full My Readers💕

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....