Cinta Di Waktu Yang Salah

"sudah jam 6 nih...! Aku tidur duluan ya." ucap Cici.

"selamat istirahat ya sayang...!" ujar Irwan.

Cici masuk ke kamarnya. Barry masih saja ingin bicara kepada Irwan.

"Wan,kenapa lo tidak cerita sih ke gue soal ini?" tanya Barry.

"soal apa?" tanya Irwan.

"ya soal Cici sudah punya anak." ucap Barry.

"gue baru tahu pas sudah sampai sini,bagaimana gue mau cerita? Jangan sampai Riki tahu soal ini. Bagaimana pun pekerjaan dia kan sebagai wartawan tuh Riki." jawab Irwan.

"walaupun dia wartawan,jika dia mengetahui ini semua,mana berani dia buat berita tentang sahabatnya sendir. Kalau masih berani juga buat berita tentang Cici ini,lihat saja gue tonjok dia." ujar Barry.

"terus,gimana hubungan lo sama Tantri?" tanya Irwan.

"gue tidak mau bicarakan tentang hubungan gue dengan dia di telepon. Gue ingin langsung bicara saja ke dia. Niat dia sih baik,tapi kenapa dia harus bohong juga ke gue. Katanya dia sudah punya cowok lain. Kan gue sakit hati. Kenyataannya apa? Ternyata dia berbohong demi sahabatnya kan. Tapi,jika dia jujur dari awal ya,pasti gue akan nikahi dia,dan gue sama dia akan mengurus Felly bersama. Kenapa semua perempuan mempunyai pikiran pendek sih? Heran gue....!" jelas Barry.

"awalnya gue sepemikiran sama lo Barr...! Tapi ini kan karena keadaan,ya jadinya para perempuan mikir mana yang cepat,dan terbaik saja menurut dia. Rencana gue,sebelum kita berangkat ke luar negeri,gue harus menikahi Cici dulu. Biar tidak ada fitnah kan." ujar Irwan.

"betul sekali tih Wan...! Tapi Wan,apa nanti keluarga lo tidak curiga gitu? Kenapa nikah terburu-buru?" tanya Barry.

"gue sudah mempersiapkan jawabannya itu semua Barr." jawab Irwan.

"terus soal Felly bagaimana?" tanya Barry.

"itu nanti saja di bicarakan ke keluarga. Yang penting sah dulu menikah." jawab Irwan.

"gue juga Wan...! Gue akan segera menikahi Tantri. Gue tidak mau melihat dia menderita lagi." ujar Barry.

"gue mau tidur ah....! Nanti saja kita bahas lagi." ujar Irwan.

"iya gue juga mau tidur..." jawab Barry.

Irwan dan Barry masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Jam sudah menunjukan 1 siang. Fajri menghubungi Cici untuk makan siang.

Ponsel Cici berdering.

"ya halo...!" ucap Cici sambil memejamkan mata.

"sudah jam 1 siang ini. Apa lo tidak makan?" ujar Fajri.

"gue masih ngantuk Jri." jawab Cici.

"sudah mulai tidak teratur pola makan lo sekarang ya. Tidak ada cerita...! Buruan bangun,mandi sana,terus makan siang. Cepat..." ucap Fajri.

"berisik amat lo ya..." jawab Cici.

"biarin gue berisik... Cepat bangun....!" ucap Fajri.

"iya...! Gue mandi nih..." jawab Cici.

Cici mematikan ponselnya,dan bergegas mandi. Selesai mandi,Cici membangunkan yang lain.

Tok...tok...tok....

"Wan... Bangun Wan....!" ucap Cici.

"hhhmmmm...." jawab Irwan.

Irwan membuka pintu dan menarik Cici masuk ke dalam kamar.

"kenapa kamu tarik aku?" tanya Cici.

"jangan panggil Irwan lagi....!" ujar Irwan.

"terus apa?" tanya Cici.

"sayang dong...!" jawab Irwan.

"buruan mandi sana. Kita makan siang yuk...!" ucap Cici.

"bicara sama siapa kamu?" tanya Irwan.

"ya sama kamu lah....!" jawab Cici.

"gitu doang nih?" ujar Irwan.

"iya maaf....! Buruan mandi sayang...! Fajri sudah menunggu di lantai 1 tuh. Makan siang sudah selesai." ucap Cici.

"cium dulu dong sayang....!" pinta Irwan.

"gak mau...! Mandi dulu sana...!" jawab Cici.

"ya sudah....! Kalau tidak mau cium,aku tidur lagi aaahh..." ujar Irwan.

Riki mengetuk pintu kamar Irwan.

Tok....tok...tok....tok...

"Wan... Bangun Wan...!" ucap Riki.

Pintu kamar Irwan tidak tertutup rapat,Riki langsung masuk ke dalam.

"lah... Pintunya ke buka. Wan.....! Astaga...! Mesra-mesraan dia lagi." ucap Riki.

"hahaha.... Kenapa lo main masuk saja?" tanya Irwan.

"gue sudah ngetuk pintu ya. Jangan salahkan gue. Pintu lo tuh yang tidak rapat. Makanya gue masuk. Gue sudah lapar ini..." ujar Riki.

"dia nih yang susah di suruh mandi. Buruan mandi sana. Aku juga sudah lapar...!" ucap Cici.

"hhhmmm....! Mulai lagi deh!" ujar Irwan.

"iihhh....! Malu ih....!" jawab Cici.

"anggap saja gue tembok. Buruan woi...! Lo bujuk dulu deh Ci. Cium dia tuh,gue gak lihat nih..!" ucap Riki.

"untuk apa cium orang yang belum mandi. Malas aaahh.... Aku tunggu di bawah ya..." ledek Cici.

"rasain lo...! Makanya lo mandi sana,kalau lo mau dapat ciuman dari Cici." ledek Riki.

"ganggu saja lo Ki....!" jawab Irwan.

Cici keluar dari kamar Irwan. Cici mengajak Elsa turun ke lantai 1 terlebih dahulu.

"Sa,ayo kita ke bawah duluan. Biarkan saja mereka yuk..." ajak Cici.

"ayo....! Kita foto-foto yuk Ci...! Tungguin mereka lama sekali." jawab Elsa.

"boleh juga tuh..." ujar Cici.

Cici dan Elsa sudah berada di lantai 1. Fajri yang sedang menelepon seseorang dengan nada tinggi. Dengan inisiatif Cici menghampiri Fajri.

"kenapa?" tanya Cici.

"sudah berani lo ya liburan dengan cewek. Ingat sama anak lo ini brengsek..." ucap suara wanita di dalam telepon.

"ehh...! Asal lo tahu saja ya,gue itu tidak seperti lo tukang selingkuh...! Selama ini gue ingin bertemu dengan anak gue,tapi lo halangi kan. Sekarang apa? Lo malah ngeluh urus anak sendiri." ucap Fajri sambil marah-marah.

Cici mengambil ponsel Fajri dengan paksa.

"kenapa lo marah-marah sama mantan isteri lo begitu?" tanya Cici.

"gimana gue gak marah Ci. Selama gue pisah sama dia,gue ingin sekali bertemu dengan anak gue,tapi tidak di izinkan sama dia. Sekarang anak gue sudah mau masuk TK,malah ngeluh terus ke gue. Orang tua macam apa dia itu?" jelas Fajri.

"gimana pun Zidan itu anak lo Jri. Tanggung jawab lo ke Zidan itu tidak boleh putus sampai Zidan dewasa nanti. Kalau nelpon itu sebaiknya di ruangan lo Jri. Jangan disini. Nanti kedengar sama teman-teman yang lain bagaimana? Untung saja gue dan Elsa yang baru turun. Sekarang lo minum,lo tenangi dulu diri lo! Nanti kita makan siang sama-sama. Selesai makan lo istirahat saja deh. Lo pikiri secara jernih bagaimana tentang Zidan. Jangan ikuti ego kalian berdua. Kasihan Zidan yang tidak tahu apa-apa tentang orang tuanya. Paham lo...!" jelas Cici.

"iya Ci....! Terimakasih ya Ci,lo memang sahabat gue...! Lo sudah tenangi gue. Kalau tidak ada lo,entah lah Ci....!" ucap Fajri.

Ternyata Cici lupa mematikan telepon Fajri dengan mantan isterinya itu.

"Cici...! Huhuhu..." ucap mantan Isteri Fajri.

"astaga...! Ini belum gue matikan teleponnya. Teledor sekali gue. Iya... Kenapa kamu nangis?" tanya Cici.

"gue kangen sama lo Ci....! Gue ingin bertemu lo... Gue ingin curhat ke lo Ci..." ucap mantan Isteri Fajri.

"gue lagi liburan bersama yang lain juga di pulau. Gue matikan ya teleponnya. Teman-teman yang lai sudah pada turun. Tidak enak kan kedengar sama yang lain." ucap Cici.

"iya Ci...!" jawab mantan Isteri Fajri.

Cici mematikan ponsel Fajri,dan mengembalikan ponsel Fajri.

"nih ponsel lo...! Sudah bereskan...! Selesaikan masalah itu jangan emosi. Minum nih..." ujar Cici sambil menyodorkan air putih ke Fajri.

"terimakasih ya Ci." jawab Fajri.