NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Happen Ending Part 001

...***...

"Kim Jungwoo, kau sedang bercanda, kan?"

Adalah kalimat yang Jungwoo dapatkan setelah dua menit penuh keheningan yang membuatnya panik luar biasa.

Dengan kedua tangan mengepal kuat, gigi menggertak grogi, ia coba mengangkat wajah untuk menatap lurus sepasang mata lawan bicaranya.

"Aku serius." Ujarnya, berusaha terdengar seyakin mungkin. Ia memang serius, debar jantungnya yang bertalu-talu adalah bukti nyata bahwa ia sungguh-sungguh dengan ucapan sebelumnya.

Lalu keheningan itu muncul kembali, menyesap dan bertransformasi sebagai kegugupan-kegugupan dan rasa takut yang berlomba menggerogoti hati Jungwoo tanpa ampun.

Jaehyun masih belum merespon, dan ekspresi wajahnya sangat sulit untuk ditebak.

"Hei," Akhirnya Jaehyun berujar, pemuda itu berdeham kecil, menggaruk belakang kepalanya singkat dan memberi Jungwoo tatapan meragu.

"Kau sadar aku ini laki-laki, kan?"

Ada satu tinju telak yang menghantam jantungnya. Tak terlihat oleh mata, namun jelas terasa menyakitkan. Telapak tangannya terasa nyaris beku, padahal ia sangat berkeringat. Jungwoo menjawab dengan anggukan kecil, kemudian berbisik lirih.

"...Y-Ya."

"Lalu mengapa kau menyatakan cinta padaku?"

Kali ini bukan lagi tinju, namun seolah satu sambaran petir dahsyat menyengat jantungnya. Jungwoo membeku, aliran darahnya tertarik ke bawah. Suara-suara dalam kepalanya memaksanya untuk berlari kabur dan bersembunyi di balik selimut tebal, namun harga dirinya tak mengijinkannya bergerak barang satu langkah saja.

"Aku juga tidak tahu." Jungwoo berkata, menarik napas perlahan dan membuangnya cepat. Ia paksa seluruh kerja tubuhnya untuk berjuang melawan rasa gugup dan malu.

"Kau jahat, licik, egois, berengsek, dan menyebalkan. Tapi perasaan ini tidak bisa dicegah, dan..."

"Dan apa?" Satu alis Jaehyun terangkat naik.

"Kau beharap punya masa SMA yang manis dan penuh warna bersamaku? Kau memimpikan kencan romantis denganku? Leluasa memintaku setiap saat untuk menemanimu dengan status sebagai kekasih yang baik hati?"

"Bukan begitu!" Tanpa sadar Jungwoo berteriak. Pupil matanya membesar dan bergetar basah, menatap Jaehyun dengan pandangan tak percaya.

"Lantas apa?" Suara Jaehyun bernada menantang. Pemuda itu menatap Jungwoo penuh sanksi, lengkap dengan gestur menyilang tangan defensif di depan dada.

"Kau tidak bisa menahan hormon testosteronmu? Bingung mau menyalurkannya kemana? Dan karena kau merasa aku yang paling keren di sekolah ini, barangkali menurutmu sex denganku pasti menyenangkan?"

"JUNG JAEHYUN!" Kata-kata itu keterlaluan. Jungwoo merasakan dadanya bergetar selagi naik turun napasnya berubah cepat dan tak teratur.

"Jaga ucapanmu!"

Namun Jaehyun justru mendengus, menyeringai kecil, dan tersenyum geli.

"Heeeh... kau malu sekarang?" Jaehyun tertawa ringan dan memandang Jungwoo dengan kepala dimiringkan ke satu sisi.

"Kau lucu, Jungwoo. Pertama-tama kau datang ke sini untuk main basket, kemudian masuk tim reguler, setelah itu kau bahkan ingin memonopoliku sebagai kekasihmu?Ya Kim Jungwoo, serakah juga ada batasnya."

Kedua telapak tangan Jungwoo mengepal kuat di sisi tubuhnya. "Dengarkan aku dulu, Berengsek!" ia menegaskan, segala emosi dalam dadanya kini bercampur tak karuan.

"Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Basket! Aku menyukaimu! Dan itu hal yang terpisah! Tidak bisakah kau menghargaiku sedikit saja, Jung Jaehyun?!"

Jaehyun tersenyum miring.

"Terpisah, ya? Menurutku itu sama saja, kau mencari alasan hanya untuk menyangkalnya, heh? Tapi..." ada api keangkuhan dan pandangan meremehkan terpancar dari kedua matanya.

"Aku lega jika memang benar begitu. Baiklah jika memang itu tak ada kaitannya..." Jaehyun tersenyum lagi, lebih angkuh dan lebih menjengkelkan dari sebelumnya. Kemudian ia berdiri menghadap Jungwoo, tatapannya berubah tajam dan serius, bibirnya hanya membentuk garis datar tanpa senyuman.

"Kalau begitu apapun jawabanku tidak akan berpengaruh pada kinerjamu sebagai anggota inti tim basket, kan?"

Jungwoo menelan ludah. Kata-kata barusan tajam menusuk jantungnya. Sedingin keping es berlapis racun. Ada aura tegas yang memancar dari pemuda di hadapannya. Emosi gelap yang begitu mustahil untuk ditembus.

Mencoba menarik napas, Jungwoo memutuskan untuk menggeleng dengan lemah. Ia jelas tidak berani benar-benar menjamin bahwa jawaban Jaehyun tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap kinerjanya sebagai anggota tim basket, terlebih lagi mereka satu tim yang akan bertatapan penuh selama jalannya pertandingan.

"Itu..."

"Harusnya begitu." Tegas Jaehyun bulat.

"Kalau begitu, akan aku beri kau jawaban sekarang."

Meski belum terucap, namun Jungwoo meyakini bahwa apapun jawaban Jaehyun bukanlah apa yang selama ini hatinya harapkan. Maka ia menggeleng cepat.

"Tidak Jaehyun..." Jungwoo menolak untuk mendengar.

"Lupakan saja. Kita sudahi percakapan ini sekarang."

"Kenapa Jungwoo? Kau terlalu takut mendengar jawabanku, hm? Kau sendiri bilang ini hal yang terpisah, kan?"

Jungwoo mulai tak nyaman dengan situasi ini, ia menggeleng dengan risau.

"Sudahlah! Aku tidak mau mendengar jawabanmu" Jungwoo mengambil satu langkah menjauh, tapi tangan Jaehyun dengan cepat menahan kepergiannya.

"Buktikan keberanianmu Kim Jungwoo. Kalau kau berani menyatakan cinta padaku, kau juga harus berani mendengar apapun jawabanku."

"Cukup, Jaehyun! Aku tidak mau dengar lagi."

"Tidak. Kau harus mendengarnya!" Jaehyun berkata tegas dan final, enggan melepaskan cengkraman kuatnya pada sebelah lengan Jungwoo.

"Aku belajar dari pengalaman bahwa otak bodohmu tidak pernah cukup untuk menanggung pemikiran berat. Aku tidak mau pemikiranmu itu berdampak pada permainanmu yang nantinya akan merugikan tim sekolah kita. Jadi ini harus diselesaikan sekarang juga"

"Aku tidak mau dengar! Kumohon..." Jungwoo berkeras, nyaris seperti merengek. Suaranya menggema samar di lapangan indoor yang sepi. Hanya ada mereka berdua di sini, tapi Entah mengapa Jungwoo merasa begitu lelah seolah baru menghadapi jutaan prajurit romawi.

"Dengarkan baik-baik, Kim Jungwoo."

Jungwoo menggeleng, "Aku mohon...hentikan Jaehyun."

Jungwoo merasakan matanya memanas dan lelehan air matanya siap membobol ke luar. Ia menundukkan kepala, menatap ujung sepatunya.

"Aku tidak bisa membalas perasaanmu."

Satu kalimat, lima kata, empat belas suku kata, tiga puluh huruf, namun senilai ratusan juta guncangan magnitude yang sukses meluluh lantakkan tatanan hati Jungwoo seketika.

"J-Jaehyun..." Bibirnya bergetar tanpa bisa dicegah, pandangannya mulai mengabur.

Sekuat tenaga Jungwoo berusaha melarikan diri, tapi Jaehyun sama sekali tak memberinya kesempatan.

"Dengarkan dulu, Kim Jungwoo. Aku tegaskan sekali lagi, jika kau memandangku dengan cara yang spesial, atau menganggap semua sikapku padamu selama ini mengacu pada hal-hal yang membuatmu terbawa perasaan, maka aku minta maaf." Jaehyun menarik napas panjang, membuangnya perlahan.

"Aku sama sekali tidak pernah berniat untuk memikatmu. Aku laki-laki normal. Perhatianku padamu sebatas hanya menjalankan tugasku sebagai kapten, oke? Dan kau tak lebih dari seorang anggota di mataku. Selain tentang basket, aku sama sekali tidak tertarik atau berminat atas apapun yang ada pada dirimu."

Satu tetes air mata Jungwoo akhirnya meluncur turun. Hatinya remuk redam mendengar jawaban logis Jaehyun.

Ini aneh, ia sudah memperkirakan kemungkinan yang paling buruk seandainya menyatakan perasaan pada Jaehyun. Dan ia sudah meyakinkan dirinya berkali-kali bahwa ia siap akan kondisi apapun. Namun sekarang, saat benar-benar dihadapkan langsung oleh penolakan, ia tetap merasa sakit.

Jungwoo bisa mendengar sang kapten basket itu menghela napas panjang, sebelum sebuah gestur usapan ringan mendarat di sebalah bahunya.

"Tangisi patah hatimu sepuasnya malam ini." Kata Jaehyun, kemudian menarik tangannya kembali.

"Tapi besok, aku tidak mau lihat peformamu menurun meski hanya satu persen. Jadilah profesional, nona Kim. Kau seperti perempuan... Cih..."

Lantas Jaehyun berlalu begitu saja, sama sekali tak menoleh bahkan ketika Jungwoo merosot jatuh dan menangis tersedu-sedu di lapangan indoor yang sepi.

...***...

...TBC....?...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!