"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Di Bawah Payung Hitam
Anin berdiri di pelataran parkir apartemen yang sebelumnya dia tahu suaminya dengan Ratna telah menyewanya untuk menjadi tempat mereka berasyik masyuk.
Di peluknya erat mantel di tubuhnya, hawa dingin menerpa, sore ini begitu mendung, langit hitam bergelayut di cakrawala.
Dia sengaja berdiri tepat di samping mobil suaminya itu. Kepalanya mendongak ke atas, rasa sakit yang kemarin di rasanya entah kemana. Yang bersisa hanya remah kehambaran.
Anin tak pernah mengerti rasa sakit ini sekarang berubah begitu hambar apalagi semenjak mertuanya tiba. Keputusan yang dibimbangkannya serasa mengawang dan kini tekadnya sudah bulat, keluarga Galih tak pernah bisa menerimanya tanpa dia mengerti alasannya dan dia sendiri tak bisa menerima perselingkuhan suaminya dengan sang sahabatnya itu. Dia tak ragu lagi, malam ini dia akan membuat mereka mengerti, dirinya tak lemah sama sekali.
Di raihnya ponselnya, di pencetnya satu nomor yang terdaftar di panggilan pintas, nomor suaminya yang bertera "Sayangku"
Nada jeda terdengar, seperti alunan degup jantungnya, tetapi Anin dengan sabar menunggu, yah dia sekali lagi mendongak ke atas, ke lantai yang dia sendiri tak yakin tempat pastinya di mana tetapi yang pasti pemilik mobil ini ada di dalam salah satu kamarnya.
Dan di beberapa meter ke samping kanan, ke arah parkiran privat di belakang pos penerima tamu, dia menangkap mobil merah metalik milik Ratna di sana.
...***...
Di sebuah kamar pada gedung apartemen itu, Galih sedang tak tahan dengan godaan, melihat paha Ratna yang tersingkap lebar.
Semula dia hanya berencana singgah sebentar di sini, mengatur stategi bagaimana mereka bersikap saat menghadiri undangan makan malam dari Anin di rumah mereka dalam rangka perayaan Anniversary Galih dan Anin.
Tetapi seperti biasa, Ratna begitu manja menggoda dirinya, dia sambil berbicara dengan sengaja setengah berbaring di atas tempat tidur, kakinya yang di tekuk sedikit di buka sehingga pahanya yang mulus itu terpampang nyata.
"Sayang, percaya saja padaku. Anin akan berhenti curiga sejak malam ini. Aku kenal dia, di dunia ini dia hanya percaya padaku sebagai temannya." Ucap Ratna dengan suara manja menenangkan.
"Ugh..." Galih menelan ludahnya yang terseret di rongga kerongkongan, dia sudah tak konsentrasi lagi berbicara. Tangannnya terulur merayap di atas p@ha Ratna. Yang di sentuh berdecak sedikit, suaranya malah membuat Galih semakin liar berkelana.
"Kemarilah sebentar..." Ratna menarik tubuh Galih hingga menindihnya lalu, tanpa perlawanan lelaki itu membuat Ratna terkikik.
"Sayangku, sebentar aku kangen lidah panasmu..." Ratna menganga sedikit hingga bibirnya yang merah basah itu terlihat menantang.
"Astaga, bagaimana bisa aku hidup tanpa ini?" Ucap Galih setengah mendengus lalu dalam sekejap mereka berdua saling p@gut. Hasrat Galih menggelegak ketika melihat Ratna menggeliat sambil memperdengarkan suaranya yang membuat Galih begitu candu.
Tangan Ratna bergerilya sembari membalas cium@n Galih, dia tak membuang kesempatan dia merenggut kancing baju Galih, membuat dada lelaki itu tersingkap. Dan sentuhan yang tak bisa di tolak Galih seperti biasanya saat tanganya menurunkan Resl3t!ng celana@ Galih, dan sengaja melakukan kont@k dan sesuatu yang bersembunyi di sana.
"Akhhhh..." Galih merem melek semakin tak sabar, pakaian mereka semakin acak-acakan tak jelas.
Dredeeed....drededdd...
Ponsel Galih di atas meja menggelepar. Semula dia tak perduli sama sekali, dia terlalu sibuk mencumbv perempuan yang mendesis-desis seperti ular di dalam pelukannya itu.
Dredeeeeeed....dredd...dredeeeeed...
Ponsel itu terus saja bergetar, seakan tak menyerah sampai Galih mengangkatnya.
"Astagaaaaa!" Akhirnya Galih berteriak dengan kesal, melepaskan tangan Anin dari pinggangnya yang sedang berusaha melepaskan cel@nanya yang tersisa karena cel@na panjangnya telah terlempar entah kemana.
Suara getaran ponselnya menyambut teriakannya, di renggutnya dari atas meja samping tempat tidur, matanya melihat ke kontak panggilan 'kurang @jar" yang mengganggu aktivitasnya yang sedang nanggung itu.
'Istriku memanggil...' Tulisan itu terlihat di sana.
"Se t@n!" Mulut Galih yang biasanya semanis madu saat berbicara itu merutuk di sela nafasnya yang ngos-ngosan.
"Siapa?" Ratna merengut dari posisinya yang sedang di landa g@irah itu.
"Anin." Sahutnya masih dalam nada kesal. Ratna tak menyahut lagi, dia menghela nafasnya yang tadi sempat tersengal, tanpa niat merapikan pakaiannya yang sudah melekat tak jelas di badannya.
"Dia suka sekali menggangguku pada saat yang genting." Ujarnya kesal.
Tetapi akhirnya dengan berat di angkatnya juga panggilan itu demi menghentikan suara ponselnya.
"Hallo..." Sambut Galih sembari mengatur nafas.
'Hallo, sayang. Aku sedang di bawah...'
Degh! Jantung Galih sejenak seperti di setrum mendengar suara Anin yang terdengar riang dan tenang.
'Di bawah? Di bawah bagaimana maksudnya?' Buru Galih.
'Di bawah apartemen di mana kamu sedang meeting sekarang' Jawaban dari seberang terdengar ringan.
Yah, Galih tadi memang menelpon tak bisa mengantar Anin berbelanja ke toko kue karena ada meeting mendadak. Tetapi sungguh dia tak memberitahukannya di mana. Dan sekarang Anin telah berada di bawah? Tentu saja Galih panik bukan kepalang.
Melihat ekspresi Galih yang tiba-tiba tegang, Ratna mengernyitkan dahinya.
"Kenapa, sayang?" Tanyanya dengan gerak bibir yang heran.
"Sttttt..." Galih memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya di atas bibirnya.
'Dimana?' Galih berusaha memastikan apa yang di dengarnya.
'Aku berada di samping mobilmu'
Jawaban Anin dari seberang, membuat Galih melompat dari atas tempat tidur lalu dengan terburu-buru melongok ke luar jendela.
Dia tak melihat Anin hanya seseorang yang terlihat sedang berdiri dengan payung di samping mobilnya di bawah, hari memang mulai gerimis.
Mata Galih terpicing, mencoba memastikan siapa yang berada di kejauhan itu. Dia memang ada di lantai 11, untuk mengenali orang-orang yang berada di bawah tidak begitu mudah.
'Sayang...' Suara Anin terdengar lembut.
'Kau...kamu eh, kenapa ke mari? ibu marah padamu lagi?' tanya Galih dengan gugup. Gaun di bawah payung berwarna hitam itu berkibar sedikit oleh angin sore yang sedikit kencang menjelang hujan.
'Tidak. Jangan kuatir, Ibu tidak marah padaku, malah dia seharian ini tak berbicara padaku' Anin menjawab dengan suara yang renyah seakan tak ada yang membebani fikirannya.
'Hanya saja, aku kebetulan lewat sini dan melihat mobilmu, toko bakery yang di rekom ibu guru Gita itu ada di seberang apartemen ini. Aku tak sengaja melihat mobil Ratna parkir di belakang pos itu. Rencanaku nyamperin dia, mau minta di temani ke bakery depan memilih kue anniversary untuk kita untuk nanti malam. Eh, ternyata aku malah melihat mobilmu di sini, kebetulan sekali area meetingmu di sini juga. Aku telpon siapa tahu kamu bisa menemaniku sebentar di sela kesibukanmu ke toko bakery di seberang itu...' Suara Anin terkekeh, terdengar santai.
Galih hanya melongo berusaha mencerna apa yang dia dengar, memastikan ini adalah kebetulan yang di maksud Anin.
'Sayang, kenapa diam?' tanya Anin kemudian.
'Eh, aku...eh' Galih sedang berusaha mencari alasan di sela kegugupannya.
'Kamu bisa turun ke bawah, kan? Atau aku yang naik?'
Degh!!!!
Galih serta merta di serang panik!
(Hi...hi....jangan lupa Vote yah, bagi votenya yang masih ada, Lanjutannya segera launching deh ntar malam😅 love u all my readers kesayangan)