Gairah Liar Sang CEO Gembel

Kata-kata Raka membuat bengong Zoya dan semua orang. Tapi tidak ada yang berani berkomentar, atau pun mencegah Raka melakukan hal itu.

"wah keren,..."kata Rara lirih di samping Zoya.

"kenapa kamu menuju orang yang tidak kamu kenal Ra."

"bukankah dia itu adalah..."

"adalah apa, jangan ikut-ikutan bilang kalau dia itu suamiku ya."

"memangnya aku bilang begitu, atau jangan-jangan..."

"atau apa Rara. sudahlah aku mau pulang saja, mood ku sudah gak ingin menikmati pesta lagi."

"lah, kok pulang Zoya, pesta masih akan di mulai tau."

"enggak, aku mau pulang saja. sebelum Alvin benar-benar jatuh cinta sama pria aneh itu."

"aneh atau aneh, atau jangan-jangan kamu sudah....."

"Rara, jangan berpikir yang aneh-aneh deh. gak lucu."

"kamu Zoya kan."kata seorang pria tampan menyapa Zoya.

"kak Rangga...."kata Zoya dan Rara bersamaan.

"ternyata kalian berdua masih mengingatku ya,."kata pria tampan bernama Rangga.

"tentu saja kak, karena kakak itu idolanya....."kata Zoya sambil melirik Rara dan menyenggolnya.

"ah iya, tentu saja, karena kakak adalah ketua OSIS saat di SMA dulu."

"syukur, ternyata benar itu adalah kalian, senang ketemu lagi dengan kalian."kata Rangga sambil mengulurkan tangannya pada Zoya.

"aku juga senang, maaf anak kamu mengantuk, jadi aku harus membawa istri pergi."kata Raka tiba-tiba sambil menjabat tangan Rangga.

"cie cie cie ada yang cemburu nih, gas boss."

"isss kamu ini, ikut campur saja dasar."kata Rara dengan melebarkan matanya pada Rara.

"maaf anda itu siapa."

"dia ini..."

"suami sah Zoya Orlando. Maaf kami harus pergi."sahut Raka yang kemudian menarik Zoya pergi.

"eh ini mau kemana."

"pulang."jawab Raka ketus sambil terus menggandeng tangan Zoya.

"apa, Ra, aku pulang dulu. Salam untuk mama dan papa kamu."

"beres, yang penting kamu tenangkan singa yang marah itu."

"apaaa..."kata Zoya yang tidak mengerti kata-kata Rara.

"Rara, urus saja pujaan hati kamu itu, jangan mengurusi orang lain."

"apa, hai apa maksud kamu."kata Rara yang langsung berwajah merah karena kata-kata Raka.

Raka tidak memperdulikan kata-kata Rara, Raka terus melangkah keluar dari ruangan pesta.

"Alex bawa mobil dia, ikuti kami dari belakang."

"baik boss."jawab Alex sambil meminta kunci pada Zoya.

"tunggu apa maksudnya ini tuan James."kata Zoya yang menghentikan langkahnya.

"sekali lagi kamu panggil aku James aku cium kamu disini ya."Kata Raka yang terus menggendong Calvin dan menggandeng Zoya.

"ah baiklah Raka. Ini kami mau di bawa kemana, pulang. Cepat berikan kuncinya pada Alex."

"tapi..."

"cepat atau aku cium sekarang."

"baiklah tapi lepaskan tanganku, bagaimana mana aku mengambilnya."

"enggak, cepat ambil atau...."

"iya iya, cerewet amat sih. Ini kuncinya tuan Alex."

"panggil Alex saja, bisa mati aku di seruduk banteng marah."kata Alex lirih.

"baiklah Lex."

"sudah ayo kita pulang."kata Raka sambil menarik Zoya menuju ke lobby.

"pulang kemana."

"mau pulang kerumahku, kamu mau."

"enggak....."

"ya sudah ayo aku antarkan pulang sekarang kerumah kamu."

"ah iya baiklah."

"ada apa dengan dia, kenapa galak banget sih. Dasar aneh."batin Zoya yang mengikuti langkah Raka.

Raka segera menaruh Calvin di kursi belakang dan memakaikan sabuk pengaman.

"mau kemana kamu."

"mau masuk, memangnya mau kemana lagi."

"duduk depan sekarang, atau..."

"iya iya baiklah. kenapa dia suka sekali mengancam sih."kata Zoya lirih sambil melangkah menuju ke pintu samping yang di bukakan oleh Raka.

"masuk."

"iya baik, makasih."jawab Zoya dengan ketus.

Raka segera melangkah menuju ke kursi kemudi, dan siap untuk melaju di jalanan.

"Kamu mau."kata Zoya terkejut saat Raka tiba-tiba ada di depannya.

"mau memasangkan sabuk pengaman."

"oh, aku kira...."

"kamu kira apa."

"bukan apa-apa."

"aduh malu sekali, dasar Zoya apa yang kamu pikirkan sih."batin Zoya sambil menatap keluar jendela untuk menyembunyikan rasa malunya.

"mana alamat rumah kamu."

"grand house luxury."

"apa...."kata Raka terkejut.

"grand house luxury gang dua A, nomer empat belas, depan taman."sahut Calvin.

"tuh sudah di jawab oleh putraku yang kamu rebut dari tadi."

"aku tidak merebutnya."

"terus apa namanya tadi, sejak kamu datang dia tidak lepas dari pangkuan dan gendongan kamu."

"karena dia itu putraku."

"sejak kapan dia menjadi putra kamu, aku yang mengandungnya, dan juga melahirkannya dengan norma. Enak saja mengaku putra kamu, dasar aneh."

"dia memang putraku, karena dia sudah memilihku, bukankah begitu Vin."

"iya papi."

"sejak kapan kamu merubah panggilan Alvin menjadi Vin."

"memangnya dia kamu panggil apa biasanya."

"Al, kenapa memangnya."

"gak apa-apa, dasar gak peka."

"siapa yang gak peka. dasar aneh."

"aneh kenapa."

"ya itu, merebut putraku, menarik aku dari pesta keluarga sahabatku, dan juga marah tanpa sebab."

"bukan karena mencium kamu."

"apa, itu bukan aneh, tapi pria liar yang mencium orang tanpa permisi."

"benarkah aku luar, baiklah lain kali aku akan lebih liar lagi, agar kamu tau arti liar yang sebenarnya."

"apa, sudah jangan berdebat lihat jalan saja, awas kalau membahayakan."

"jangan takut, mobil ini sudah aku setel otomatis, jadi akan sampai rumah dengan selamat."

"walau pun otomatis tetap saja berbahaya, lihat depan."kata Zoya yang merasa berdebar karena Raka terus memandangnya.

"Ohya, siapa pria yang sok ganteng itu."kata Raka tiba-tiba.

"kak Rangga, kenapa memangnya."

"jawab saja, jangan banyak protes. Awas kalau tidak jujur."

"oh itu namanya kakak Rangga, dia dulu adalah ketua OSIS kamu saat di SMA."

"aku tau itu, tadi Rara sudah bilang,. Yang aku maksud apa dia pacar kamu saat di SMA dulu."

"bukan, dia bukan pacarku, lagi pula siapa yang mau sama wanita gendut dan jelek seperti aku saat itu."

"lalu kenapa dia menyapaku."

"memangnya salah dia menyapaku, tidak kan."

"lalu apa hubungan kamu sama Rara."

"apa jamu tidak lihat, aku dan Rara itu sudah bersahabat sejak SMP, dan dia juga yang mencarikan rumah tempat kamu tinggal."

"oh begitu, jadi dia sahabat kamu. Terus kenapa pria itu memandang kamu seperti itu."

"maksud kamu apa, kenapa pertanyaan kamu itu seperti orang yang cemburu."

"memangnya salah kalau aku cemburu."

"untuk apa kamu cemburu sama kak Rangga, lagi pula aku tidak tertarik sama dia, karena dia itu gebetan Rara."

"oh syukurlah kalau begitu."kata Raka dengan senyum lega.

"dasar aneh. Belok gang itu, nah rumah depan taman itu tempat tinggal kami."

"jadi kamu tinggal di situ."

"iya..."jawab Zoya dan Calvin bersamaan.

"kompak amat."

"harus..."