(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Seperti apa Dia?
"Bagaimana kabarmu, Nak! Sejak menikah kau tidak pernah berkunjung ke rumah lagi." Pria paruh baya yang selalu terlihat rapi dengan setelan jas nya itu mengusap puncak kepala Via.
"Ma-maaf, Ayah ..." Via menyahut dengan suara terputus-putus. Mengingat ancaman Wira yang pernah melarang Via menemui kedua orang tuanya. Bahkan Via tidak mempersilakan mertuanya untuk masuk ke rumah. Menyadari gelagat Via yang tak biasa, pria berusia lebih dari setengah abad itu pun kembali menunjukkan senyumnya.
"Ibu sering mencarimu. Dia sangat ingin bertemu denganmu. Bisakah kau meluangkan waktumu untuknya?"
Kali ini Via tidak menyahut. Ia memilih diam karena tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Wanita muda itu memberanikan diri mengangkat kepala, menatap ayah mertuanya itu. Seketika raut wajah pria itu berubah, saat melihat mata Via yang sembab.
"Kau habis menangis?" tanya nya hendak memastikan kecurigaannya. "Apa yang terjadi, Nak? Apa Wira menyakitimu?"
"Tidak, Ayah. Lyla sakit, dan aku tidak tahu harus bagaimana." Via kembali tertunduk menahan air matanya.
"Anakmu sakit? Lalu dimana Wira? Kenapa kalian tidak membawanya ke dokter?" Raut wajah ayah sudah terlihat khawatir.
"Mas Wira ... " ucapnya terputus, "biasanya Mas Wira sudah berangkat kerja di jam seperti ini, Ayah."
Mendengar nada bicara Via membuat ayah mertuanya itu semakin curiga. "Apa maksudmu, Nak? Apa Wira tidak tahu kalau anakmu sedang sakit?"
Via menjawab dengan gelengan kepala, yang membuat ayah menghela napas panjang. Ia mulai yakin ada sesuatu yang tidak beres dalam rumah tangga anaknya. Sambil mengusap bahu menantunya itu, ia bertanya. "Apa yang kau tutupi dari ayah, Nak? Kau tidak sedang baik-baik saja kan? Katakan, apa Wira memperlakukanmu dengan baik? Atau dia hanya menyakitimu?"
Seketika, pertahanan yang dibangun Via runtuh, ia menangis pilu, dan dalam hitungan detik saja sudah sesegukan. Kesedihan yang sejak tadi tidak ingin ia tunjukkan pada pria baik hati yang telah dianggapnya bagai ayah sendiri itu akhirnya meluap. Via mungkin seorang istri yang baik, yang tidak ingin aib dalam rumah tangganya diketahui oleh orang lain. Sebab itu ia memilih diam. Namun, naluri keibuannya mengalahkan segalanya. Via hanyalah seorang ibu yang tidak tega melihat anaknya dalam keadaan sakit.
"A-ayah, tolong aku. Aku mau membawa Lyla ke dokter. Tapi aku ... aku tidak punya-- ..." ucapnya tersendat-sendat. Namun, sang ayah mampu mengerti dengan baik, apa maksud Via.
Meskipun terlihat sedih, ayah masih menunjukkan senyum teduhnya. Ia merangkul Via. "Anakku, bukankah aku adalah ayahmu juga. Kau bisa menceritakan apapun padaku."
"Tidak, Ayah. Aku tidak apa-apa. Aku hanya mengkhawatirkan Lyla. Dia demam tinggi," jawabnya sembari mengusap air matanya.
"Baiklah, Nak. Ayo kita bawa Lyla ke rumah sakit. Dimana dia sekarang?"
Dan, pertanyaan itu kembali membuat wajah Via berubah. Tidak ingin ayah mertuanya mengetahui kamar macam apa yang diberikan Wira untuknya dan Lyla. "Dia sedang tidur di kamar, Ayah. Tunggulah di sini. Aku akan ke dalam dulu."
Via buru-buru melangkah masuk ke dalam rumah, menuju kamar belakang tempat Lyla sedang tidur. Ia segera mengeluarkan selimut kecil dari dalam lemari, lalu meraih tubuh Lyla dan menggendongnya. Saat akan keluar dari kamar, wanita muda itu sangat terkejut. Betapa tidak, sang ayah sedang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah menggeram. Ia mengedarkan pandangannya pada setiap bagian kamar itu, lalu menatap iba pada Lyla dan juga Via.
Tidak ada kata yang terucap dari bibir pria paruh baya itu. Ia meraih Lyla dan menggendongnya. "Ayo, Nak!" ajaknya sambil berjalan keluar.
Mereka segera menuju sebuah mobil yang sudah terparkir di depan sana. Surya, sang asisten segera membuka pintu mobil ketika melihat tuannya keluar dari dalam rumah dengan menggendong seorang anak balita.
Sepanjang jalan menuju rumah sakit, pria itu memandangi wajah Lyla yang tertidur di pangkuannya. Sesekali tangannya mengusap kening gadis kecil itu. Ada sebuah rasa yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Wajah polos Lyla sangat mengingatkannya pada Wira saat masih kecil.
Wira sudah sangat keterlaluan. Jadi selama ini dia hanya menyakiti Via dan anak tidak berdosa ini. Bahkan dia memberi sebuah kamar yang tidak layak untuk istrinya.
*****
Jika Via sedang terbelenggu oleh kekhawatirannya pada kondisi kesehatan Lyla, maka Wira sedang berkutat dengan pikiran-pikiran tentang anak perempuannya.
Dengan ditemani Bima, Wira sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat yang baru saja diinformasikan oleh orang terpercaya, tentang dimana Shera berada sekarang. Rasanya sudah tidak sabar untuk menemukan putri kecilnya dan membawanya pulang.
Angan-angannya menerawang, ingin menunjukkan pada anaknya, sebuah kamar indah dengan cat pink yang dipenuhi oleh boneka-boneka cantik yang ia buat khusus untuk putrinya itu. Wira sedang menebak dalam lamunannya, akan sebahagia apa anak gadisnya saat menginjakkan kaki di kamar itu. Dan akan seperti apa reaksinya saat pertama kali bertemu dengan sang ayah. Sudah sebesar apakah anak gadisnya itu.
Sungguh, pikiran-pikiran itu benar-benar membuat Wira merasa tidak sabar untuk menemukan informasi keberadaan anaknya. Dan Shera adalah jawabannya. Hanya Shera seorang yang tahu tentang keberadaan putrinya.
Tunggu ayah, Nak. Kita akan segera bertemu. Kita akan pulang ke rumah kita. Dan kau pasti akan sangat bahagia.
tp ntar mau baca ulang lagi 😁😁
lubang yang salah 😆😆😆😆😆😆
banyak mengandung bawang 😭😭😭😭