Please, Marry Me!

KECANGGUNGAN DI SATU RANJANG

“Sampai jumpa! Terima kasih sudah mampir!” sambil melambai, Hari tersenyum lebar ke arah mobil tamu-tamu Noah yang baru saja pergi. Agar tidak ketahuan, Noah dan Hari harus saling menempel bergandengan tangan bak pasangan sungguhan yang saling mencintai, seperti saat ini, Hari melingkarkan tangannya ke lengan Noah.

Melihat para tamu tadi sudah pergi. Hari langsung melepaskan tangannya dan menatap malas Noah yang masih melihat dirinya dengan senyuman miring.

“Jadi-- akhirnya kau mau keluar juga!” ucap Noah memasukkan kedua tangannya di saku celana.

“Hm. Besok hari weekend kan?” manik mata Hari melirik Noah.

“Iya, kenapa?”

“Kau libur bekerja?”

“Tergantung!” Dalam hati Noah menyeringai jail, pria itu mulai melangkah berjalan masuk ke gedung apartemen, sementara Hari ikut menyusul dan berjalan di samping Noah.

Dengan tersenyum tipis Hari melirik ke arah Noah yang terlihat menunggunya untuk berbicara.

“Aku meminta keinginan ku!” ucap Hari dengan berani.

Seketika Noah menoleh bingung. Keduanya memasuki sebuah lift menuju lantai dua.

“Keinginan apa?” -'Tunggu. Dia masih mengingatnya! Pikirannya sangat tajam sekali.' Batin Noah mulai ingat akan ucapannya sendiri ketika dia akan mengabulkan semua keinginan Hari jika ia sampai menyambut para tamu tadi.

Flashback on

Setelah pertengkaran dengan Noah. Beberapa menit kemudian Hari keluar kamar, mengintip ke arah kamar Noah yang tertutup rapat. Mungkin pria itu mandi dan kesal.

Dengan senyuman puas Hari duduk di sofa ruang TV, bersandar dan mulai mengklik tombol remot TV.

“C'mon! C'mon! C'mon! Event akan di mulai, mulai besok, datang ke Grand City menangkan lomba memasak antar pasangan dan dapatkan hadiah spesial berupaaaaaaaaaaa Ice cream Mangruk! Sebuah Ice cream dengan rasa langkah dari gabungan buah mangga dan jeruk... Segera dapatkan, hanya ada satu di dunia!”

Kedua mata Hari berbinar bak lampu neon melihat sebuah sponsor di TV yang tak sengaja lewat. “Ice cream rasa langkahhhh dan hanya ada satu!” Gumamnya girang sendiri saat melihat gambaran Ice cream di layar televisi hingga air liur Hari hampir saja menetes.

Flashback off

“Begitulah ceritanya! Dan besok, kita harus pergi ke sana, memenangkan perlombaan itu dan meraih hadiah utama!” tekad bulat Hari.

Noah yang sedari tadi mendengarkan ocehan dan penjelasan dari si aneh itu hanya bertopang dagu sambil duduk di kursi meja makan dengan tatapan malas.

-'Rupanya tidak jauh dari kata Ice cream! Hffuuu, tidak salah aku menjulukinya aneh.' Batin si Noah.

“Bagaimana jika kau kalah?”

“Tidak akan. Kau dan aku akan menang!” balas Hari yang masih mengenakan pakaian kebaya hitamnya. Derrtt! Derrtt! Dering ponsel mengentikan suara Noah dan Hari.

Segera, Noah mengangkat telepon rumah yang berada di atas nakas, di ikuti oleh Hari yang setia menguping, mendekat ke arah telepon tersebut yang baru saja menempel di telinga kiri Noah.

[“Halo! Siapa?”]

[“Cucuku tersayang!”] suara yang betul-betul di kenal oleh Noah dan juga Hari. Keduanya saling menatap sedikit kaget.

[“Kakek! Kenapa menelfon di sini?”] tanya heran Noah.

[“Ponselmu dan Hari tidak aktif dan lupakan itu--- Kakek akan ke sana.”]

[“APA/APA???”] teriak bersamaan. Ucapan kakek Liam membuat dua pasang pengantin itu terkejut.

[“Nak Hari juga ada di sana?! Hohoho, ini kebetulan sekali!”]

[“Ka-kapan Kakek ke sini?”] Noah bertanya dengan gugup, bisa gawat jika sampai kakeknya datang tiba-tiba di saat dia dan Hari saling berjauhan apalagi pisah ranjang, bahkan peluh Noah sudah bercucuran di pelipisnya.

[“Itu rahasia!”] Gawat! Gawat! Gawat! Rahasia? Yang benar saja. Hari langsung meraih paksa telepon yang berada di genggaman Noah.

[“Kakek! Ada ba-baiknya jika Kakek memberitahu kami agar kami bisa ber-siap-siap!”] suaranya mulai pelan di akhir kalimat.

[“Tidak perlu. Pokoknya Kakek akan datang kapanpun Kakek mau! Selamat malam.”] Ketus Kakek Liam hingga sambungan telepon mati.

Hari dan Noah saling menatap dengan wajah panik. Tidak punya pilihan lain selain bersandiwara lagi.

“Jadi....” keduanya langsung bergegas ke kamar masing-masing, membereskan semuanya. Noah mulai mengemasi semua pakainya yang ada di dalam lemari, juga fotonya bersama Sakura yang ia pajang di meja kerjanya tanpa sepengetahuan Hari.

Sedangkan Hari juga mulai membereskan barang-barangnya dan harus berbagi dengan si rubah.

Setelah semuanya beres, Noah langsung menata balik pakaiannya di lemari yang sama dalam kamar Hari, kecuali bingkai fotonya yang masih dia simpan di tempat aman.

“Jangan lupa cincin pernikahannya.” Tegur Hari mengingatkan. Sedikit sendu, tapi Noah harus memakainya kembali, mengeluarkannya dari isi dompetnya.

“Kita akan tidur bersama sebelum kakek datang.” Jelas Noah tak ingin salah faham. Hari tahu dan hanya mengangguk.

Mereka tidak akan pernah tahu kapan kakek Liam datang? Bisa saja di tengah malam saat mereka asik tidur, ingat. Dia tidak sembarang kakek! Noah dan Hari harus siap siaga sebelum semuanya terbongkar.

Malam menyelimuti kota London. Angin malam berhembus kencang, dingin menyeruak kulit manusia. Kini sepasang suami istri tengah tidur di satu ranjang yang sama, sama-sama menatap ke langit-langit dengan satu selimut yang sama. Entah kenapa rasanya berbeda dari pertama kali mereka saat tidur di ranjang yang sama.

Kali ini jantung Noah dan Hari berdegup kencang, pikiran mereka kacau dan bergemuruh di kepala masing-masing.

-'Rasanya sangat aneh. Kenapa aku jadi malu tidur di sampingnya?' Hari menutup kedua matanya, kedua tangannya mencengkram erat menutupi rona merah di pipi dengan selimut yang mungkin sudah muncul.

-'Kenapa rasanya sangat canggung? Di sini sangat panas, apa AC-nya tidak berfungsi. Hey siapapun tolong aku.' Wajah Noah terlihat bodoh dan kebingungan sendiri sampai keduanya tak sengaja menoleh dan saling bertatap muka. Panas menjalar tubuh keduanya, mereka langsung membuang muka.

“Selamat malam.” Suara bariton milik Noah terdengar.

Pria itu akhirnya memilih berbalik, tidur dengan posisi miring membelakangi Hari yang masih lurus. Karena kehadiran Noah, Hari tak mungkin memakai tanktop, tapi rasanya sangat berbeda.

...🛫📍🛬...