bagaimana rasanya jika kamu mengetahui perselingkuhan suami mu, bahkan seluruh keluarganya mengetahui perselingkuhan itu dan menyembunyikannya darimu?
"lihat saja,, aku akan membalas semua perlakuan kalian padaku, apa yang sekarang kalian miliki adalah milikku dan aku akan mengambilnya kembali"~
simak ceritanya dari outhor, ig: @adivahalwahasanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama pagi
"aku pelit kamu bilang? Memang selama ini, siapa yang membiayai uang kuliah kamu? Siapa yang memberikan kamu tas, baju, ponsel sam semua barang-barang mewah yang kamu nekan waktu itu? Siapa yang ngasih kamu dan ibu rumah yang layak, siapa yang ngasih mobil untuk kamu bolak balik kekampus. Siapa yang ngasih kamu uang jajan tiap bulan, siapa yang bantu ibu bayar arisan? Siapa hah!! Bahkan gaji kakak mu aja gak seberapa, untuk kebutuhan rumah aja kurang!! Kamu masih bilang aku pelit? Seharusnya kalian sadar diri dari mana kalian berasal, jangan setelah di atas lantas kalian banyak ulah!!!" kataku mengeluarkan semua unek-unek dalam hatiku dan langsung meninggalkan meja makan masuk kedalam kamar dengan membanting pintu secara keras.
"kurang ajar sekali dia ngomong kaya gitu, emang siapa yang selama ini menopang hidup keluarganya kalau bukan aku!!" gumam ku dengan kesal.
Aku pun merebahkan diri di atas kasur, tak lama Mas Rudi masuk dengan wajah menunduk. Aku hanya menatapnya dengan tatapan datar tanpa menyapa nya lebih dulu.
"Maafin Niken ya Ndine, dia masih belum mengerti" kata Mas Rudi membuat ku berdecih sinis.
"gak ngerti apapun kata kamu? Terus maksud perkataan dia tadi apa, hah!! Dia udah merendah kan aku hanya gara-gara gak bisa lagi membiayai kuliahnya, memang dia fikir dia siapa!! Ajari adik kamu itu, jangan selalu di manja dengan membenarkan semua kesalahannya!!" kataku dengan nada kesal.
"iyaaa,, maafin niken ya" katanya lagi, aku pun terdiam sibuk memainkan ponsel seolah tak mendengar apa yang dia katakan.
Rasanya aku ingin sekali mengakhiri drama ini, padahal baru sehari tapi mereka seolah tak menganggap apa yang aku lakukan selama ini pada mereka. Benar-benar menyebalkan.
Keesokan pagi nya, aku terbangun dengan sedikit kaget karna gedoran pintu dan teriakan nyaring ibu mertua yang memintaku bangun.
"Andineeeee,,, banguuunnnn, dasar menantu malas. Bangun gak kamu, kerjaan perkerjaan rumah sekaraaangggggg!!!" teriaknya sehingga membuatku dan Mas Rudi terbangun dari tempat tidur.
"kenapa sih ibu Ndine?" tanya Mas Rudi, aku pun hanya menggidikkan bahu tak mengetahui.
"gatau, buka sana mas!" suruh ku, Mas Rudi pun langsung bangkit. Sementara aku memijit pelipisku yang berdenyut.
"ck, apa sih bu pagi-pagi udah ribut aja, berisik tau!!" kata Mas Rudi ketika pintu rumah sudah terbuka dan memperlihatkan ibu mertua yang tengah berdecak pinggang.
"Mana istri kamu, suruh dia bangun. Jangan enak-enakan aja jadi orang, dia harus membersihkan seluruh rumah dan buat sarapan pagi ini!" kata Bu Murni membuatku berdecak kesal, aku pun bangkit dan menghadapi ibu mertua sendiri.
"apa ibu bilang? Ibu pikir aku ini pembantu, di suruh bersihin rumah dan masak sarapan. Ngga ada yaa,, kita bersihin apa yang ada dirumah ini masing-masing!!" kataku dengan nada tegas.
"Maksud kamu apa?!" tanyanya dengan mata melotot.
"Maksud ku, piring selesai makan kita cuci masing-masing, baju kita Cuci masing-masing. Kalau untuk masak dan nyapu ngepel, okee aku akan kerjain. Selain yang aku sebutkan tadi, gimana?" kataku dengan senyum sinis.
Bu Murni dan Mas Rudi pun membelalakan mata.
"Kurang ajar!!!" bu Murni mengangkat tangannya hendak memukulku, namun langsung aku tepis dengan tangan ku sendiri.
"jangan pakai kekerasan pada ku bu, kalau ibu gak mau menyesal!!" kataku dengan tajam, Bu Murni pun ngeluh kesakitan akibat pegangan erat dari tangan ku.
"sa-sakit,,,, rud tolong ibu!!" kata Bu Murni membuat Mas Rudi melepaskan tangan ku dari ibu nya.
"sudah Ndine, kasian ibu kesakitan!" katanya padaku.
"kasih tau ibu mu, aku bukan pembantu!!" kataku langsung kembali memasuki kamar dan menutup pintunya.
Kesal sekali rasanya pagi-pagi sudah mengawali hari dengan perdebatan.
"kenapa sih pagi-pagi udah berisik aja" kata Niken yang masih ku dengar dari dalam kamar.
tak ada sautan lagi dari mereka, aku pun kembali merebahkan diri sambil menunggu waktu subuh. Pukul tiga pagi, bu Murni sudah membangunkan aku. Sungguh sial; gumam ku.
Dua puluh menit kemudian, aku merasakan mas Rudi kembali tiduran sebelahku. Aku tak menghiraukan.
Tepat saat adzan subuh berkumandang, aku kembali terbangun. Kali ini aku melakukan sholat dan memasak nasi goreng untuk sarapan, ku sedia kan dua piring untukku dan juga Mas rudi.
"kok cuma dia, untuk ibu sama niken mana?" tanya bu Murni yang sudah bangun dengan "gambar pulau" diwajahnya.
"ambil saja sendiri, bukannya semalem aku udah bilang kalau urusan makan dan cuci piring kita masing-masing. Jadi yang aku ambil tentu saja yang jadi kewajibanku" kata ku dengan nada santai, bu Murni pun menghentakkan kaki dengan kesal.
"buuuuuu,,,,," teriak Niken dari dalam kamarnya.
"Apa sih?" tanya bu Murni.
"bu,,,, Niken gak punya baju bagus buat kekampus, semua baju yang di lemari itu semuanya udah pada jelek buuu" kata Niken dengan wajah frustasi.
"pakai aja yang ada dulu, gitu aja kok repot sih" kata bu Murni.
"Aku malu laah bu,,, masa pakai baju itu lagi itu lagi,,,," rengek Niken seperti anak kecil yang meminta uang jajan.
"udah lah niken, jangan merengek seperti itu sama ibu. Pakai aja apa yang ada, ibu aja bingung untuk bayar arisan ini kamu malah menambah beban ibu!!" kata bu Murni membuatku sedikit mengulum senyum.
"Ada apa?" tanya Mas Rudi yang baru saja keluar dari kamar.
"Mas,,, baju Niken udah pada jelek, gak ada yang bagus untuk kekampus" kata niken pada Mas Rudi.
Mas Rudi pun melirikku yang duduk sambil menikmati nasi goreng yang ada di meja makan.
"eemm,, pakai aja dulu apa yang ada, nanti kalau Mas gajian mas akan belikan kamu baju baru" kata Mas Rudi membuat Niken tersenyum senang.
"hmm oke lah kalau begitu, makasih ya mas" jawabnya dengan wajah riang dan langsung masuk kedalam kamarnya lagi.
"ibu minta uang dong Rud?!" kata Bu Murni. Mas Rudi pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan selembar lima puluh ribuan pada ibu mertua dan di terima dengan wajah kaget.
"lima puluh ribu? Kamu gak salah rud ngasih ibu uang segini doang?" tanya nya.
"aku hanya ada segitu bu, lagian itu lebih dari cukup untuk ibu jajan" kata Mas Rudi membuat bu Murni tersenyum kecut.
"Mana uang masak hari ini Mas?" tanya ku pada Mas Rudi. Kemudian, Mas Rudi mengeluarkan uang dua lembar seratus ribuan dan memberikannya padaku. Kembali bu Murni membelalakan mata seolah tak terima.
"kenapa kamu kasih Andine banyak banget sementara ibu cuma kamu kasih segini?" tanya bu Murni.
"Andine ini untuk masak bu, ini juga bukan untuk satu sari. Kalau bisa sampai dua atau tiga hari kedepan ya Ndine, berhemat lah dulu" kata Mas Rudi membuat ku terpaksa menganggukan kepala.
"iyaa Mas, jangan lupa ya mas belikan rice cooker. Aku kurang bisa kalau masak pakai kompor" kataku yang langsung di angguki olehnya.
"ini sarapan dulu mas" kataku memberikan nasi goreng apa ada nya itu ke hadapan Mas Rudi. Ia pun memakannya dengan pelan, seolah menikmati semuanya.
Ini lah hal yang selalu aku sukai dari Mas Rudi, hanya saja kesalahannya atas penghianatan itu tak bisa ku maafkan. Terlebih setelah aku melihat bukti yang di miliki oleh om darma.
"Aku langsung berangkat ya bu, Ndine" kata Mas Rudi yang langsung menyalami tangan ibu mertua, bergantian dengan menyalami aku yang mencium tangannya.
"hati-hati ya mas" kataku membuatnya tersenyum.
"heh,, mana sini uang itu!!" kata bu Murni menyentak tangan ku.
"harusnya ibu yang ngasih uang ibu ke aku, karna aku yang memasak dirumah ini!" kataku membuatnya membelalakan mata.
"enak aja, jangan kurang ajar. Ini untukku, seharusnya sebagai menantu kamu ikuti apa ucapanku!!" katanya membuatku terkekeh.
"sampai kapan pun aku gak akab mendengarkan apa kata ibu, inget ya bu. Kita sudah punya jatah masing-masing, jadi nikmati apa yang ibu dapatkan sekarang!!" kataku yang langsung memasuki rumah meninggalkan ibu mertua yang masih dengan wajah terkejutnya.
"huh, di kira aku bisa ditindas kali. Liat aja kalau aku bener-bener udah berpisah dengan mas rudi, pasti hidup kalian jauh lebih sengsara. Di pikir-pikir apa lagi alasan aku mempertahan kan Mas Rudi ya, semuanya sudah terbukti dan buktinya sudah dipegang oleh om darma!" kataku sambil terus berpikir.
##
Alhamdulillah bisa 2 bab ya gusy🙏😊 terus support yaa😊