Dosen Licik Terobsesi Padaku

"Ahh! Gimana kalau bi Starla ke sini?" Leisha bertanya dengan cemas di sela desahannya.

Zander berhasil mendapatkan yang dia inginkan. Tanpa banyak kata, dia tadi langsung membuat Leisha memunggungi tubuhnya dengan bertumpu pada meja di dapur. "Aman, Sweety!"

Dasar orang tua! Leisha mengumpat tatkala Zander tak tahu tempat seenaknya sendiri melakukan hal seintim ini di tempat yang bahkan bisa dilihat orang lain! "Panggil namaku, Sweety!" desak Zander yang sepertinya terlampau puas sekarang.

Dahulu dia memiliki banyak rencana dan bayangan melakukan kegiatan seperti ini di banyak tempat termasuk dapur dan taman... tapi taman rumah mereka sendiri, bukan tempat publik. Dia juga masih tak rela tubuh Leisha di pandang pria lain selain dirinya!

"Zan... Zander!" Leisha memekik tatkala rambutnya ditarik sedikit kencang dengan dorongan brutal di bawah sana.

"J-jangan di dalam! Pillnya habis, kamu juga tidak pakai pengaman!" teriaknya.

Zander yang sudah merasa di ubun-ubun dan hendak menuju puncak, tak memedulikan ucapan Leisha. Dia mengikuti kata batin dan pada dorongan terakhir yang kuat dan dalam dia membuat Leisha terhentak kelelahan. "Zander..." ucapnya lirih tatkala melihat ada sesuatu kental yang mengalir.

"Maafkan aku, Sweety. Lagi pula ini bukan masa suburmu, tenanglah. Tidak akan terjadi sesuatu." ucap Zander santai.

"T-tapi.."

"Tidak ada tapi-tapi, besok kamu sudah berlibur. Aku harus berpuasa selama satu minggu! Jadi sekarang ayo kita lakukan di kamar!" potong Zander tanpa banyak bacot langsung menggendong tubuh ramping Leisha menuju kamar atas mereka.

"Ehh tunggu!" Zander mengingat sesuatu ketika melintasi ruang tamu.

"Bukankah tadi bi Starla izin pulang siang dan tidak menginap di sini?" ucapnya seolah mengingat sesuatu.

Leisha dengan panik pasrah mengangguk, mau berbohong pun sepertinya Zander memiliki daya ingat yang baik. "Kalau begitu kita lakukan di seluruh sudut rumah ini, Sweety!" teriaknya terlampau bahagia.

"Enggak Mauuuuuuu!"

Brugh!

"ZANDER!" teriaknya kesal.

"Aaaahhhhh!"

•••

"Ni anak ke mana lagi! Bentar lagi mau otw dianya nggak dateng-dateng!" gerutu Mei Mei sambil melihat jam di tangannya

Jam menunjukkan angka delapan kurang sepuluh menit. Teman-temannya saling sepakat bahwa mereka akan berangkat menuju kota sebelah pada pukul delapan tepat.

Tin Tin!

Mei Mei menoleh ke luar, temannya sudah pada duduk manis di mobil. Karena mereka berlibur bersama maka hanya lima mobil yang digunakan karena tidak semua anak satu kelasnya ikut.

"Ishh! Dari mana aja sih kok telat?!" omel Mei Mei ketika berhasil menangkap kedatangan temannya yang tampil modis sekali hari ini meskipun sedikit acak-acakan.

"Alarmku nggak bunyi Mei, alhasil bangkong deh." jawab Leisha yang langsung memasukan satu koper kecilnya ke dalam mobil.

Hari ini dia ikut ke dalam jejeran teman yang satu mobil dengan Mei Mei karena kendaraan yang dipakai adalah punya teman baiknya itu. Jangan meragukan kualitas dan kenyamanan! Mei Mei membawa mobil mahal dengan kualitas sesuai untuk perjalanan mereka kali ini.

Awalnya Leisha ingin membawa mobil sendiri tapi Zander melarangnya karena pasti dia akan lelah menyetir. Lebih baik ikut mobil Mei Mei karena nanti akan ada sopir gadis itu yang diperintahkan kedua orang tua temannya.

"Oke, Gass?" teriak teman laki-laki yang duduk di samping sopir pribadi Mei Mei.

"Gassss!" teriak semuanya.

Perjalanan yang membutuhkan waktu hampir tiga jam ini membuat Leisha mengantuk dan tertidur di dalam mobil tak memedulikan ada salah satu temannya yang ternyata mabuk dan muntah di kursi belakang.

Dan cengunguk yang membuatnya merasakan itu adalah Zander! Semalam pria itu menggempurnya habis-habisan. Sesuai ucapan pria itu, mereka menghabiskan banyak gaya di banyak tempat. Setiap sudut dicoba dan Zander selalu membuatnya keliyengan karena keenakan.

Meskipun sempat merasa lelah, akhirnya Zander menghentikan kegiatan mereka tepat di jam dua malam dengan gudang menjadi tempat terakhir mereka bergelut. Semalam dia bahkan mengeluh karena tingkah gila Zander yang memaksa melakukan hal itu di tempat gelap nan kotor itu.

Sayangnya dia juga merasakan kenikmatan tersendiri atas ide gila pria itu. Dan karena itulah saat ini dia mengantuk parah, belum lagi ternyata pagi tadi Zander sengaja mengganti jam alarm yang sudah ia pasang.

Rupanya Zander masih tak rela membiarkannya liburan. Huh! dasar egois! Sempat terjadi perdebatan kecil sebelum akhirnya Leisha meninggalkan pria itu tak peduli Zander masih terus memanggilnya dengan kata maaf.

Toh sudah terjadi, mungkin dia akan menghukumnya besok kalau sudah kembali! "Kita sudah sampai."

Leisha membuka mata, mengedarkan pandangannya pada pemandangan luar yang ternyata sejuk nan asri. Mereka patungan untuk menyewa sebuah vila. "Kalian masuk dulu aja, aku mau bicara sama sopirku dulu." ucap Mei Mei yang diangguki Leisha dan teman-temannya.

"Non," panggil Sopirnya ketika mereka sudah berada di lokasi sepi dan di rasa aman dari teman-teman anak majikannya.

"Kenapa pak? Dari tadi katanya mau ngasih tau aku sesuatu ya?" tanya Mei Mei penasaran.

"Sebenarnya sejak tadi saya merasa mobil rombongan kita diikuti seseorang non tapi mobil itu berbelok sebelum jalan xxx."

Mei Mei jelas langsung melotot terkejut, untuk apa ada orang yang membuntuti mereka? Apakah musuh orang tuanya? Tapi dia sedikit merasa aman karena ada beberapa bodyguard yang dikerahkan sang papi dengan bersembunyi.

"Begitu? Pak Ben jangan khawatir, biarkan saja selagi meraka tidak mengganggu kita. Ada banyak bodyguard, bapak jangan bilang siapa-siapa oke?" bisiknya.

Sopir atas nama Beno itu mengangguk langsung. Mereka berpisah di sana dan Mei Mei menyusul Leisha karena meraka satu kamar. Hanya gadis itulah teman terdekatnya, mereka saling merasa aman, nyaman, dan se frekuensi. Tidak banyak dia menemukan hal seperti itu pada temannya yang lain.

"Udah selesai?" tanya Leisha yang melihat kehadiran temannya setelah kepergian Mei Mei.

"Udah, cuma laporan biaya bensin aja." bohongnya dan Leisha hanya mengangguk saja.

Tak lama kemudian mereka saling mengistirahatkan tubuhnya, Leisha meraih handphone karena mendengar sebuah notifikasi pesan.

Ting.

['Senang berlibur? Tidak ingin bertemu dengan calon suamimu?']

Bersambung.