Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Anton dan Aris membawa Annisa pulang, Annisa bersedia di ajak pulang karena Farhan kini tengah tertidur, mereka hanya pulang untuk meminta izin ,setelah itu mereka bertiga sepakat untuk menjaga Farhan setelah Annisa di izinkan untuk menambah hari libur nya.
"Ica ! dari mana kamu nak ? "
Buk Mirah memeluk Annisa , rasa khawatirnya membuat buk Mirah tak tenang ,namun setelah melihat Annisa pulang buk Mirah kini merasa lega.
"Dari rumah sakit"
Jawab Annisa singkat , Mirna dan Intan menghampiri , Mirna yang juga khawatir akhirnya mengomeli Annisa.
" lain kali ,kemanapun tujuan kamu, izin ke kami ca ,kakak bener - bener khawatir tau gak? jangan ilang - ilangan kayak gini ca ! "
Annisa memeluk Mirna , ia tahu Mirna mengomeli nya karena mirna menyayangi nya.
"maafin Ica kakak sayang"
Mirna tersenyum lega ,dilihat nya Annisa yang sehat tanpa lecet sedikit pun.
"Tante Halimah dimana?"
Annisa mulai bertanya posisi tantenya , ia harus segera meminta izin untuk menambah hari libur.
"tante mu lagi di kamar nya , dia dari tadi khawatir sama kamu ca , samperin gih"
Buk Mirah menjawab pertanyaan Annisa , yang Ustadzah Halimah yang khawatir akan Annisa di minta untuk istirahat oleh buk Mirah.
"dari mana kamu Annisa !"
Andi yang mendengar kepulangan Annisa mulai menghampiri ruang keluarga tempat mereka berkumpul, Annisa yang ingin menghindari Andi segera berlari menuju kamar Ustadzah Halimah.
"anak itu ! gak sopan !"
Andi dibuat marah oleh sikap Annisa , ia paling tak suka jika anak - anak nya tak mau mendengar ucapan Andi dan menghindari nya seperti ini.
"udah pa , biarin aja dia lagi khawatir sama temen nya yang besok mau operasi "
Anton mulai menjelaskan , Andi duduk di sofa untuk mendengar cerita Anton.
"Farhan namanya , Annisa pernah pake duit papa buat bayar biaya perawatan Farhan kan? , sekarang anak itu harus menjalani operasi cangkok jantung besok, sementara ia sudah tak punya keluarga lagi ,jadi Annisa menemani nya di rumah sakit "
Andi mengangguk mendengar cerita dari Anton , rupanya anak perempuan nya itu sedang membantu orang lain.
"Baiklah suruh dia tidur , besok dia harus berangkat , tak perlu meributkan masalah ini lagi "
Andi bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju kamar nya ,hari sudah larut Andi membutuhkan istirahat.
"Tapi pa ... "
Anton menutup mulut Aris yang mencoba memanggil papa nya , tak puas dengan jawaban dari Andi , aris ingin menyampaikan bahwa Annisa harus menambah hari libur nya.
"ingat kan rencana kita ,biar Annisa izin terlebih dahulu kepada tante"
Anton berbisik di telinga Aris , mengingatkan Aris tentang rencana yang sudah mereka buat sebelum nya.
"Sudahlah anak - anak , sekarang istirahat yah ,sudah larut "
Ujar buk Mirah , Anton dan Aris membawa istri mereka masing - masing ke kamar , dan buk mirah juga pergi ke kamar nya untuk beristirahat.
..
"Jadi begitu ? Ica sayang , kamu sungguh berhati mulia nak ,persis mendiang kak Risma ,tante sebagai guru dan tante kamu sangat bangga "
Annisa tersenyum mendengar pujian dari Ustadzah Halimah ,setelah Annisa memberitahu kan tentang Farhan kepada Ustadzah Halimah, akhirnya Ustadzah Halimah mengerti kenapa annisa meminta tambahan hari libur.
"baiklah Ica , tante cuman bisa kasih waktu dua hari lagi , total tiga hari kamu libur ditambah hari keberangkatan kita ,mengerti ? "
Annisa mengangguk senang dengan persetujuan dari Ustadzah Halimah.
"satu lagi , Ica minta tolong tante buat sampein ini ke papa , Ica udah males ,udah bosen dibentak papa terus "
Annisa memohon,agar Ustadzah Halimah mau memberitahu sang papa , Annisa sebenar nya berani ,namun Annisa sudah mulai bosan mendengar bentakan Andi kepadanya.
"Baiklah , sekarang pergi bersama kakak - kakak kamu temani Farhan ,tapi kalian juga jangan sampai sakit ,jaga kesehatan "
Annisa memeluk Ustadzah Halimah penuh kasih sayang, Ustadzah Halimah terharu ,ini kali pertama Annisa memeluk nya.
"Assalamu'alaikum tante "
Annisa berlari untuk mengabari Aris dan Anton.
"Wa'alaikumsalam,jangan lari - larian sayang !"
Ustadzah Halimah menggelengkan kepalanya, gemas dengan tingkah Annisa.
..
Andi mencoba memejamkan matanya ,agar ia bisa tertidur ,namun pasti pikiran nya seolah tak tenang .
"kenapa aku mikirin anak itu terus !"
Andi akhirnya menyerah untuk tidur , Andi bangkit dari tempat tidur dan duduk di meja kerja nya , Andi sedang terpikirkan Farhan.
Andi meraih gagang telepon rumah di meja kerjanya , Andi menekan 12 nomor dan menghubungi nomor tersebut.
"Selamat malam dokter , maaf saya mengganggu, saya ingin meminta informasi terkait pasien yang bernama Farhan "
Andi rupanya menelepon Dokter kepala rumah sakit Harapan , Andi sudah sering menjadi donatur rumah sakit dan mempunyai hubungan yang akrab dengan kepala Dokter di rumah sakit harapan.
"maaf pak andi ,setelah saya cek ada banyak pasien dengan nama Farhan ,bisa disebutkan nama lengkap atau nomor kamar nya?"
Andi sedikit berpikir , ia tidak tahu nama lengkap Farhan itu siapa.
"Ah , mungkin ada riwayat transaksi atau biaya perawatan atas nama saya Dokter "
Andi terpikirkan pembayaran perawatan Farhan yang menggunakan namanya.
"Baik pak Andi , Muhammad Farhan namanya , saya akan kirim catatan medis nya melalui email, namun sebelum itu saya harus memastikan apakah pak Andi memang berhak menerima informasi ini? maaf pak ,ini demi privasi pasien "
"Terimakasih banyak Dokter , tenang saja anak itu sudah tak punya keluarga jadi saya yang menanggung biaya , lihat saja ada transaksi atas nama saya bukan? saya ingin mengetahui kondisinya saja ,apa dia sudah membaik atau belum"
Andi beralasan , sebenarnya andi hanya ingin memastikan bahwa Farhan tidak menipu Annisa , Annisa terlalu polos , Andi takut Farhan hanya memanfaatkan Annisa untuk mendapatkan uang.
Andi mematikan sambungan telepon nya ,setelah kepala Dokter rumah sakit harapan setuju untuk mengirim data Farhan, Dokter percaya dengan Andi , karena memang ada riwayat pembayaran biaya rumah sakit oleh Andi.
Andi membuka dokumen yang dikirim kan Dokter menggunakan komputernya , setelah melihat langsung barulah Andi percaya bahwa Farhan memang benar - benar sakit dan hidup sebatang kara.
"kali ini kamu bebas Annisa "
Andi memutuskan untuk mendukung Annisa dalam hal ini , rasa kemanusiaan Andi memang sangat tinggi, walau ia sendiri membenci Annisa dari lahir ,namun Andi tak akan tega jika melihat orang lain yang hidup menderita.
Selama Annisa lahir , Andi memang membenci nya dan beberapa kali pernah mencoba mengeluarkan Annisa dari rumah ,namun selama itu juga , Andi tak pernah berhenti membiayai Annisa , Andi tak pernah membedakan makanan Annisa ,hanya perlakuan nya saja yang berbeda.
..
tok .. ! tok.. !
Ustadzahnya Halimah mengetuk pintu kamar Andi , Andi yang masih duduk di kursi kerja nya perlahan bangun dan berjalan untuk membuka pintu.
"maaf kak Andi ,bisa kita bicara sebentar?"
Andi mengangguk setuju,mereka beralih duduk di sofa ruang tv .
"Annisa tidak jadi pulang besok , Annisa dapat dua hari jatah libur , adek sudah meminta izin ke pondok dan Alhamdulillah pondok pesantren mengizinkan , begitupun dengan adek , adek akan berangkat bersama dengan Annisa dua hari lagi "
Ustadzah Halimah memberitahu Andi perihal penambahan hari libur Annisa, setelah ia mengonfirmasi kan nya ke pesantren.
"bukan nya sudah waktu nya bersekolah?"
Ustadzah Halimah tersenyum , Andi masih tak setuju karena Annisa harus bersekolah.
"bayangkan saja kak , jika kita memaksa Annisa pergi, lalu di sana Annisa justru tak fokus belajar , bukan nya percuma saja ? sekolah memang sudah mulai tapi belum belajar , hanya pengenalan sekolah selama seminggu , Annisa akan menyusul nanti"
Andi menghela nafas ,pasrah dengan keputusan Ustadzah Halimah.
"baiklah jika semua sudah kamu atur dengan baik , kakak izinkan , tapi setelah itu Annisa harus segera kembali ke pesantren"
Halimah tersenyum dan mengangguk , ia senang Andi tak mengajak nya berdebat dan setuju dengan keinginan Annisa untuk menambah hari libur.