Diki Arya Wijaya harus menelan pil pahit saat matanya melihat istrinya masuk ke dalam kamar hotel bersama laki laki lain yang ia tak kenal, dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui apa yang di lakukan istrinya dengan laki laki itu di dalam sana membuat ia ingin membunuh keduanya saat itu juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jero rina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Diki tidak bisa mendengarkan dengan jelas perkataan tuan Handoko dan putrinya karna pikiran Kevin hanya tertuju pada perempuan yang ia tabrak itu, Tomi yang melihat Kevin tidak fokus langsung mengambil alih meeting tersebut dan segera mungkin menyudahinya karna ia tak ingin membuat bos sekaligus sahabatnya itu murka.
Setengah jam berlalu, kini meeting dengan tuan Handoko pun belum menemukan kesepakatan karna Kevin menunda menandatangi kesepakatannya dan akan mengadakan meeting lagi jika nanti sudah ia pikirkan.
Mendengar hal itu tentu membuat Handoko kesal dan ia pun menyusun rencana agar Diki jatuh kepelukan anaknya, tak segan segan Handoko akan menyodorkan anaknya menjadi teman tidur kliennya jika kliennya belum menyepakati kerja samanya dan ia akan melakukan itu lagi pada Diki agar segera menandatangani kesepakatan kerja samanya.
Diki dan Tomi keluar dari ruangan itu setelah mendengar keputusan Kevin dan mau tak mau Handoko menerima meski kesal, Diki masih melihat ke arah pelayan yang tengah melayani pembeli dan tak sengaja matanya menatap Dian yang tengah melayani pembeli dengan lincah.
Tomi yang melihat objek tatapan Diki pun mengerti apa yang di maksud Diki, tanpa banyak kata, Tomi pun langsung berjalan ke arah Dian.
"Nina bisa ikut saya sebentar, ada yang ingin tuan saya bicarakan dengan anda " ucap Tomi saat berhadapan dengan Dian di dekat pintu keluar.
"Maaf tuan, ada apa ya?" tanya Dian karna Dian tidak mengingat sama sekali Tomi mau pun Diki.
"Ikut saja sama saya sebentar," pinta Tomi.
"Tapi saya masih jam kerja tuan."ucap Dian takut pergi karna pasti akan mendapat marah dari istri bosnya yang kebetulan ada di sana.
"Urusan itu biar jadi urusan ku, sekarang anda pergi ke mobil hitam yang di sana tuan saya sudah menunggu anda." ucap Tomi dan langsung meninggalkan Dian karna ingin menemui pemilik restoran itu agar Dian tak dapat masalah.
Tok.... Tok... Tok...
Dian mengetuk pintu kaca mobil hitam yang di maksud Tomi dan seketika pintu mobil terbuka, dengan ragu dan deg degan Dian masuk dalam mobil itu yang di dalamnya sudah ada Diki duduk tenang tanpa melihatnya.
"Maaf.. tuan memanggil saya?" tanya Dian gugup.
"Kenapa kamu sudah bekerja?" tanya Diki datar.
"Saya harus bekerja tuan." ucap Dian takut.
"Apa kaki mu tidak sakit saat kamu bekerja?" tanya Diki dengan pandangan tajam menatap Dian yang membuat Dian semakin takut.
"Sedikit tuan." jawab Dian lirih.
"Tom jalan." ucap Diki saat Tomi baru masuk ke dalam mobil.
"Loh loh tuan, saya masih jam kerja, saya tidak bisa ikut sama tuan, turunin saya tuan." ucap Dian panik saat mobil yang di kemudikan Tomi melesat cepat.
Mendengar ucapan Dian seketika Diki menatap tak Dian dan seketika membuat Dian diam karma takut tatapan tajam Diki yang menusuk bagaikan pisau.
"Ke rumah sakit Tom." ucap Diki dan di jawab anggukan oleh Tomi.
Dian tak berani bersuara lagi karna takut tatapan tajam Diki, juga sikap Diki yang dingin sungguh membuat suasana dalam mobil bagaikan berada di kutub Utara saking dinginnya hawa dalam mobil itu.
Tak berapa lama akhirnya mobil sudah berada di lobi rumah sakit dan segera dokter menyambut kedatangan Diki dan tanpa membuang waktu Dian pun langsung di tangani oleh dokter ahli dan dokter pun bilang kalo kondisi Dian baik baik saja cuma sedikit bengkak saja dan itu membuat jalan Dian jadi rada pincang.
.
.
bergabung.....
Mak othor tunggu ya kunjungan nya..