NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:953
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Kata-kata Leo bergema di pikiran Enzo, menambah beban misteri yang selama ini menyelimuti hutan tempat ia tinggal. Dalam hati, ia mulai menyadari bahwa apa yang ia hadapi selama ini hanyalah permukaan dari sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih berbahaya, dan lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.

“Wah, ini benar-benar menakjubkan! Aku tak pernah mengira jika aku hanyalah setitik kecil di dalam hutan ini. Alam dunia ternyata jauh lebih luas dan penuh kejutan.” Enzo menggelengkan kepala perlahan, mencoba menenangkan gejolak hatinya. Namun, jiwa petualang nya terus meronta, memintanya untuk segera menjelajahi setiap sudut hutan ini.

Leo menyeringai kecil, lalu menambahkan dengan nada tenang namun penuh misteri, “Sebenarnya, ada sesuatu yang lebih mengejutkan. Sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan olehmu. Hutan ini... hanyalah satu dari 21 hutan besar lainnya. Masih ada dua puluh lagi yang tersebar di seluruh penjuru alam dunia. Hutan-hutan itu adalah penyeimbang alam dunia, dengan gunung-gunung besar yang menyimpan kekuatan luar biasa di dalamnya.”

Enzo membeku. Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, hingga rahangnya sedikit terbuka. Mata hitamnya membesar seolah menangkap luasnya dunia yang baru saja Leo jelaskan. Dia tidak bergerak, tak mampu berkata apa pun. Pikiran Enzo dipenuhi bayangan tentang luasnya alam dunia, membandingkannya dengan setiap petualangan di neraka yang tiba-tiba terasa tidak berarti.

“Tidak mungkin... Jadi hutan ini hanya bagian kecil? Lalu bagaimana rupa hutan-hutan lainnya?” gumam Enzo, lebih kepada dirinya sendiri.

Leo tertawa kecil melihat reaksi itu. “Seperti itulah gambaran kecil tentang alam dunia. Tapi aku penasaran,” dia kembali melipat tangannya sambil memandang Enzo dengan penuh rasa ingin tahu. “Bagaimana dengan alam Neraka? Apakah tempat tinggal mu juga seluas dan seindah ini? Dengan banyak iblis kuat yang ada di sini, kurasa di sana pasti lebih menyeramkan.”

Enzo menarik napas panjang, mencoba mengendalikan pikirannya yang masih kalut. Dia tersenyum tipis sebelum menjawab, “Aku sudah menjelajahi hampir seluruh penjuru alam neraka sejak kecil. Tapi, kalau dibandingkan dengan alam dunia ini, rasanya keindahan neraka kalah jauh.”

Dia berhenti sejenak, menatap jauh ke arah pohon-pohon raksasa di sekitarnya. “Hanya dua bulan dalam setahun aku bisa melihat keindahan langit. Selebihnya, ya, gelap dan mencekam. Tidak ada warna, hanya bayangan dan suara angin yang terus menghantui. Untuk para iblis, sepertinya tidak ada yang perlu di takutkan.”

Cahaya matahari perlahan tenggelam, meninggalkan langit dengan semburat oranye yang memudar ke ungu gelap. Hutan kematian mulai berbisik dengan suara malam—angin yang menari di antara dedaunan, dan suara gemerisik samar saling melengkapi.

“Tetaplah di sini malam ini. Temanmu, naga itu, masih belum sadar. Lebih baik kau beristirahat di tempatku.” ucap Enzo.

Leo menatap Enzo, melihat ketulusan yang terpancar dari pemuda bertanduk itu. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya. “Terima kasih Enzo, aku jiwa tidak enak. Kau benar-benar berbeda dari apa yang aku bayangkan tentang iblis.”

Tanpa banyak bicara, Enzo mengulurkan tangannya ke udara, dan seketika asap hitam berputar-putar muncul di hadapannya. Dari dalam pusaran itu, perlahan keluar tubuh besar yang menjulang tinggi. 

Cahaya api yang mulai dinyalakan memantulkan bayangan menyeramkan dari monster yang kini tergeletak tak bernyawa. Tubuhnya dilapisi sisik tebal yang bersinar samar seperti baja, dengan taring besar yang terlihat tajam bahkan dalam kematiannya.

Dari banyaknya monster yang di keluarkan Enzo, ada dua puluh monster dengan batu artefak berwarna merah berbentuk lingkaran serta ada juga yang berbentuk seperti berlian tertempel jelas di dahi para monster-monster itu. 

Leo mundur satu langkah, matanya membesar penuh keringat. “Itu... monster tingkat Calamity Round 3,” bisiknya dengan suara tercekat. Monster yang dengan ancaman mematikan, makhluk yang mampu memusnahkan satu pemukiman dalam hitungan menit. Dan sekarang, ia tergeletak di depannya, seperti mangsa biasa bahkan begitu menyedihkan. 

Enzo, seperti biasa, hanya tersenyum santai. “Aku menyimpan hasil buruanku di dalam asap hitam ini,” ujarnya ringan. “Sekarang, mari kita panggang dan jadikan santapan makan malam. Kau lapar, kan?”

Leo tidak mampu berkata apa-apa. Rasanya mustahil bagi seseorang untuk memburu monster seperti itu dengan mudah, bahkan ini sampai ada dua puluh ekor. Tapi ia mengingat siapa Enzo—pemuda yang bahkan mampu mengalahkan Brock, naga superior, tanpa setetes pun peluh di dahinya.

“Ayo, bantu aku menyiapkan ini,” ajak Enzo, sambil memotong bagian tubuh monster itu dengan belati hitam kecil. Setiap tebasan meninggalkan suara tajam yang menggema di udara malam.

Leo mendekat dengan langkah ragu. Matanya masih terpaku pada monster itu, tubuhnya menggigil di antara rasa kagum dan kengerian. “Kau tahu, Enzo,” katanya perlahan, “monster seperti ini biasanya menjadi cerita menakutkan bagi penghuni hutan kematian. Tapi kau... kau memperlakukannya seperti makanan biasa."

"Ah, perasaan ini biasa saja. Mereka terlalu lemah, bahkan aku tidak merasa membawa sesuatu yang berarti. Kalau kau mau, aku bisa mengeluarkan semuanya," jawab Enzo dengan nada santai, sedikit terkejut melihat reaksi Leo.

"Tidak... Tidak usah, Enzo. Ini sudah lebih dari cukup," balas Leo cepat. Nada suaranya terdengar terkesan, namun di sisi lain ia merasa tidak enak hati dengan kebaikan Enzo yang seperti tak ada habisnya.

Enzo menatap Leo dengan antusias. “Kau tadi bilang dirimu seorang koki, kan? Kalau begitu, bisakah kau memoles menu ini menjadi lebih nikmat? Soal rempah-rempah, tenang saja, aku akan ambilkan dari gudang hasil panenku. Tidak banyak memang, tapi kupikir cukup untuk membantu.”

Leo tersenyum lebar, matanya berkilau penuh semangat. “Wha-ha-ha, tenang saja! Serahkan bagian ini padaku. Kau pasti akan ketagihan dengan masakanku. Apalagi kalau ada rempah-rempah berkualitas super seperti yang kau bilang.” Ia berhenti sejenak, lalu tertawa kecil. “Ah... lupakan, aku sendiri malah jadi ngiler membayangkannya.”

Singkat cerita, menu makanan itu akhirnya tersaji. Aroma wangi yang luar biasa menyebar ke seluruh penjuru hutan kematian, melintasi sela-sela pepohonan besar. Bahkan bayangan kelam hutan seolah kalah oleh keharuman hidangan itu. Enzo menatap makanan di depannya dengan penuh antusias, dan begitu mencicipinya, ia terdiam sejenak.

“Leo... kau hebat dalam memasak. Aku akui itu,” ujarnya dengan mulut masih penuh makanan. “Makanan ini benar-benar membuatku tak ingin menyisakan sedikit pun.” Kalimat itu keluar dengan nada jujur, sementara tangannya terus bergerak mengambil suapan demi suapan.

Leo tersenyum malu-malu, sedikit menunduk. “Ah, itu biasa saja,” balasnya. “Andai tidak ada rempah-rempah kualitas super darimu, aku mungkin tak bisa membuat makanan seenak ini. Aku juga belajar banyak dari mengelola tanaman luar biasa itu.” Meski merasa bangga, ia tampak tak terbiasa menerima pujian setinggi itu.

Namun dalam benaknya, Leo menyimpan kekaguman lain. Ia menatap Enzo yang makan tanpa henti. Porsi yang dihabiskan Enzo benar-benar tidak masuk akal, hampir menyamai porsi Brock sang naga superior. Bagaimana bisa? Dengan tubuh sekecil itu, ia makan sebanyak itu? pikir Leo, tak habis pikir.

Enzo, seolah memahami tatapan Leo, hanya tertawa kecil. “Ah, itu tidak penting,” ujarnya sambil menyapu sisa makanan di piring kayu besar. “Yang jelas, masakanmu luar biasa. Melihatku menikmatinya, bukankah itu sudah cukup?”

Leo akhirnya ikut tertawa, rasa bangga terpancar jelas di wajahnya. “Ya, kau benar. Jika masakanku bisa membuat seseorang bahagia, itu sudah cukup bagi seorang koki sepertiku.”

Suasana malam itu terasa lebih hangat, dengan tawa dan rasa puas menyelimuti mereka, seolah melupakan kegelapan dan bahaya yang selalu mengintai di hutan kematian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!