Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadine jatuh
Disini mereka sekarang,
ruang aula sekolah.
Alena terus mengepel dengan wajah kesal, tidak berhenti mengomeli Kael yang sibuk menyapu dengan santai.
"Gue nggak tau ya. Kenapa lo selalu bikin masalah yang selalu ngelibatin gue?!"
"Itu namanya jodoh, KittyCat."
"Iuhh!"
Kael tertawa.
"Dari awal juga gue udah bilang nggak mau, tapi lo ngeyel!" Kesal Alena, dia melirik Kael yang hanya menunjukkan wajah santainya, seolah tidak terjadi apa-apa.
Padahal ini bencana buat Alena.
"Tapi lo ikut juga kan akhirnya? Berarti lo percaya sama gue, KittyCat."
Alena melotot. "Percaya? Gue cuma nggak ada pilihan!"
Bintang, yang sedang memunguti sampah, tiba-tiba membuka suara.
"Al, sebenarnya ini juga salah gue. Kalau gue nggak narik lo tadi, mungkin lo nggak bakal ada di sini sekarang."
Alena berhenti mengepel sejenak, menoleh ke Bintang. "Bukan salah lo, Bintang. Yang salah itu dia!" Menunjuk Kael. "Dia yang selalu bikin masalah!"
Kael tertawa kecil. "Tapi seru kan?"
"Seru pala lo!"
"Al, jangan marah-marah terus, nanti suara kamu habis." Ucap Nadine dari jauh.
"Nggak bisa! Orang kayak dia emang harus di omelin!"
"Iya.., tapi aku kasihan sama kamu, muka kamu sampai merah gitu."
"Bener kata Nadine, Al. Nanti lo capek."
"Marah aja terus, KittyCat. Gue suka." Sahut Kael.
"Lo tuh ya?!"
Nadine berjalan mendekati Alena untuk menenangkan Alena. Namun, Nadine lupa bahwa lantai yang baru dipel masih licin. Langkahnya tergelincir, dan tubuhnya terjatuh ke lantai dengan keras.
"Ah!"
"Nadine!"
Semua langsung panik. Alena dengan cepat mendekati Nadine dan mencoba membantunya berdiri, tapi terlihat Nadine tampak kesakitan.
"Nggak bisa, Al. Kaki aku sakit banget." Ungkapnya, Nadine mencoba bergerak lagi, tapi ia tidak kuat dengan rasa sakitnya.
Alena menoleh ke Kael berdiri di dekat mereka.
"Kael, lo bawa Nadine ke UKS sekarang, biar gue sama bintang yang lanjutin ini."
Kael mengangguk, menghampiri Nadine.
"Gue izin gendong lo ya."
Nadine hanya mengangguk pelan, wajahnya masih menahan rasa sakit. Kael dengan hati-hati menggendong Nadine dan berjalan keluar aula. Sepanjang perjalanan menuju UKS, banyak siswa yang memperhatikan mereka dengan tatapan penasaran.
"Kael gendong Nadine? Mereka pacaran ya?"
"Ini bakal viral!"
"Foto cepat, foto!"
Kael yang mendengar bisik-bisik itu tiba-tiba berhenti dan menatap mereka dengan tajam.
"Berani ngambil foto, berurusan kalian sama gue!" Tegas Kael.
"PERGI!"
Semua siswa langsung terdiam, dan Kael melanjutkan langkahnya menuju UKS. Sampai di UKS, Kael menurunkan Nadine di kasur dengan sangat hati-hati.
"Tunggu sebentar, gue panggilin tukang urut dulu."
Nadine hanya mengangguk, wajahnya masih memerah. Kael berjalan menuju siswa yang berjaga di UKS dan meminta mereka menelpon tukang urut. Setelah selesai, dia kembali ke sisi Nadine dan duduk di kursi dekat kasur, menjaga gadis itu sampai tukang urut datang.
"Makasih ya, Kael."
"Ini salah gue."
Nadine mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"
"Harusnya gue nggak ngajak kalian dengan ide gila gue."
"Udah kejadian.., nggak ada yang perlu disesali."
"Sori."
Nadine menggelengkan kepalanya. "Enggak, Kael. Ini bukan salah kamu."
Nadine menatap Kael tanpa henti. Dalam hati, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat sisi perhatian Kael.
Tak lama kemudian, tukang urutnya datang. Kael berdiri.
"Nad, gue balik ke aula ya? nggak enak kalo mereka harus ngerjain semuanya berdua."
"Maaf ya... Gara-gara aku kalian harus ngejalanin hukumannya bertiga. Kalo aku udah selesai di urut aku pasti kesana."
"It's oke, Nad. Lo nggak perlu kesana, istirahat aja disini."
...----------------...
Alena dan Bintang masih sibuk dengan hukuman mereka. Mereka bercanda dan tertawa di sela-sela tugas, suasana berubah menjadi lebih santai.
"Lo sering kena masalah karena Kael, Al?"
"Iya! Capek gue selalu kena apes gara-gara dia. Kalo bisa, minta ganti rugi gue!"
Bintang tertawa kecil. "Tapi lo keliatan deket banget sama dia?''
"Enggak! Gue sama dia tuh nggak pernah akur, akurnya kalo dia lagi ngajarin gue aja."
"Lo sering di ajarin dia?"
Alena mengangguk. "Iya, kalo lagi ngajarin.." Alena menyunggingkan senyumnya. "Dia nggak keliatan nyebelin."
"Enggak deng! Tetep nyebelin! Pokoknya apapun yang di lakuin bakal nyebelin di mata gue!"
Bintang tertawa, dan Alena akhirnya ikut tersenyum. Mereka terlihat menikmati kebersamaan itu tanpa menyadari bahwa seseorang sedang berdiri di pintu aula, memperhatikan mereka dengan diam.
Kael, yang baru saja kembali dari UKS setelah memastikan Nadine ditangani dengan baik, berdiri di pintu aula. Matanya tertuju pada Alena dan Bintang yang terlihat akrab. Ada sesuatu di tatapannya yang sulit dijelaskan—antara cemburu, penasaran, dan... mungkin rasa lain yang ia sendiri tak ingin akui.
Setelah cukup lama berdiri, Kael akhirnya melangkah mendekat. Langkahnya membuat Alena menyadari kehadirannya.
Alena menoleh, "Kael! Gimana keadaan Nadine?"
"Baik, udah ada tukang urut yang lagi ngurusin dia."
Meski Kael menjawab pertanyaan Alena, tatapannya terus mengarah ke Bintang. Bintang, yang menyadari hal itu, tetap tenang meski ada sedikit ketegangan di antara mereka.
Alena melihat ke arah Kael. "Lo bantuin Bintang bentar ya? gue mau liat keadaan Nadine."
Kael mengangguk tanpa banyak bicara. Alena berlari keluar aula menuju UKS, meninggalkan Kael dan Bintang di aula, hanya berdua.
Sebuah keheningan canggung menyelimuti mereka. Kael mengambil alat pel dan mulai mengepel di sisi aula yang berlawanan dari Bintang. Namun, ada sesekali tatapan yang saling bertemu, penuh arti tapi tanpa kata.
Dalam hati, Bintang merasa sedikit gelisah. Ia tahu ada sesuatu yang berbeda di tatapan Kael, dan perlahan ia menyadari apa itu.
Bintang menghela napas pelan, lalu kembali fokus pada tugasnya. Kael juga tidak mengatakan apa-apa, tapi raut wajahnya menunjukkan bahwa pikirannya tidak sepenuhnya ada di tugas mereka.
"Kael suka Alena."