"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 08
Geri dan Alena saling bertatap muka.
"paman...!"ujar Alena memanggil Narendra.
Akan tetapi Narendra tidak menoleh sama sekali.
"hei...Geri apa maksud dari tindakannya itu...?"ujar Alena sambil menatap wajah Geri.
Geri tidak menjawab ucapan Alena, akan tetapi dia tampak sedang berpikir.
"bukankah kamu bilang jika kita mendesaknya kita jadi tahu apa yang berada di dalam hatinya dari reaksinya itu...?"ujar Alena.
"Hem...sudahlah Alena kita coba pelan-pelan saja, kita pikirkan lagi bagaimana cara yang lainya."ujar Geri sambil merangkul pundak Alena.
Alena kemudian meneteskan air matanya.
"eh...Alena kamu Jagan menangis...?"ujar geri sambil menatap wajah Alena.
"Geri kita berdua menikah beneran yuk..?"ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
Geri terkejut mendengar ucapan Alena.
"huhuhuhu...lagian gadis incaran mu itu tidak menghiraukan kamu juga...! Ayo kita saling menyembuhkan luka masing-masing..!"ujar Alena sambil menangis.
"ampun deh...! Bisa-bisa aku di b*n*h sama pamanmu itu menggunakan p*sau b*dah...!"ujar Geri sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"huhuhuhu... dia gak bakalan berani...!"ujar Alena di sela-sela tangisannya.
Geri kemudian mengusap-usap punggung Alena.
"sudahlah Alena, tapi kalo di lihat-lihat tatapan mata pamanmu itu bagaikan sebuah pisau, bisa-bisa aku di p*t*ng-p*t*Ng oleh tatapannya itu."ujar Geri sambil tersenyum.
"dia gak sampe segitunya perduli denganku, tidak seperti yang kamu katakan, dan aku juga sudah menerima kenyataan ini Geri."ujar Alena sambil mengusap air matanya.
Alena kemudian menatap wajah Geri.
"dia sangat baik kepadaku, akan tetapi kebaikannya itu tidak seperti yang aku inginkan."ujar Alena sambil berjalan keluar dari dalam Restoran seafood tersebut.
malam harinya.
terlihat Narendra sedang membaca buku di ruangan keluarga.
"bibi lin, apakah Alena sudah pulang..?"ujar Narendra sambil menoleh ke arah bibi lin yang sedang mengepel lantai.
"sepertinya belum."ujar bibi lin.
huh...!
Narendra mengembuskan napas panjang.
"maaf tuan muda, apakah kamu tidak menyukai geri...?"ujar bibi lin.
"memangnya kenapa...? apakah bibi lin dan paman yan merasa jika Geri cocok bersama dengan Alena...?"ujar Narendra ketus.
"emmhhh...pas waktu pertama kali dia datang ke sini, kami merasa jika dia adalah seseorang yang tidak bisa di andalkan sama sekali, akan tetapi aku melihat jika dia sangat sayang dan perhatian kepada Alena, hubungan diantara mereka berdua juga kelihatan sangat baik."ujar bibi lin sambil tersenyum lebar.
Narendra mengepalkan tangannya mendengar ucapan bibi lin tersebut.
"bocah itu sungguh tidak berguna, dia tidak punya apa-apa, jika hanya sekedar pacaran itu tidak ada pengaruhnya akan tetapi jika sampai menikah, apa yang bisa dia berikan untuk kebahagiaan Alena...?"ujar Narendra dengan intonasi suara yang keras.
Bibi lin terkejut mendengar ucapan Narendra, bibi lin kemudian menundukkan kepalanya dan langsung berjalan meninggalkan Narendra.
Narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Setelah di dalam kamar, Narendra kemudian langsung berjalan ke balkon untuk merokok.
Sudah satu batang rokok habis, akan tetapi Alena belum pulang.
Narendra kemudian berjalan ke pinggir balkon dan dia kemudian menatap ke arah Jalan.
Narendra kemudian meraih ponselnya dan dia langsung menghubungi Alena.
"nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."terdengar suara notifikasi.
brum....!
Brummm...!
Brummm...!
Terdengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan.
Narendra kemudian menatap ke arah mobil tersebut dari atas balkon.
Tidak lama kemudian terlihat Alena dan Geri keluar dari dalam mobil.
"Alena sini."ujar Geri.
ternyata Geri sadar jika Narendra sedang melihat ke arah mereka.
"tolong kerja samanya ya."ujar Geri sambil merangkul pundak Alena.
"hah...?"ujar Alena kaget.
Geri kemudian langsung menengadahkan wajahnya ke wajah Alena.
Alena kemudian mendorong tubuh Geri.
"diamlah Jagan bergerak, dia sedang melihat ke arah kita."ujar Geri.
"diam Alena, Jagan menoleh ke sana."ujar Geri sambil memegangi pipi Alena.
"eh..?"ujar Alena.
Narendra kemudian menatap tajam ke arah mereka berdua.
Posisi Alena dan Geri terlihat sepertinya orang yang sedang berci*man.
Geri juga melirik ke arah Narendra.
"dugaanku ternyata benar dia sedang menunggu kepulangan mu, untuk selanjutnya terserah kamu mau akting seperti apa."ujar Geri sambil melepaskan tangannya dari pundak Alena.
"oke, aku akan berusaha dengan sangat baik."ujar Alena sambil berjalan meninggalkan Geri.
Geri kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung melakukan mobilnya meninggalkan rumah tersebut.
Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam rumah, setelah itu Alena langsung berjalan naik ke lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, ternyata Narendra sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"paman, sungguh sayang sekali kamu tadi pulang dulu, makanan hari ini sangatlah lezat "ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah Narendra.
"apakah kalian berdua makan Sampai larut malam..?"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
"hahahaha...! mana mungkin, kami tadi pergi untuk menonton bioskop, kami pergi membeli cemilan, pergi berbelanja dan yang terakhir kami pergi ke taman untuk menangkap beberapa kunang-kunang."ujar Alena sambil mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"paman, Geri bahkan menangkap beberapa kunang-kunang untukku, paman, coba lihatlah, kunang-kunang ini sangat cantik kan...?"ujar Alena sambil memperlihatkan kunang-kunang yang berada di dalam Tumbler.
Narendra kemudian menatap tajam ke arah Alena.
"paman, ekspresi wajahmu Jagan seperti itu dong, nanti setelah Aku bermain sebentar bersama mereka, maka aku akan segera melepaskan mereka, aku janji"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Narendra masih saja tidak berbicara.
"paman, kami berdua tadi pergi ke atas bukit di belakang kota, kami melihat di sana ada meteor jatuh lho, apakah paman pernah melihatnya...? paman pemandangan itu sangat-sangat indah...! bintang jatuh bukan hanya sekali lho, rasanya aku sedang berada di negri dongeng."ujar Alena nyerocos.
Narendra kemudian langsung menarik tangan Alena dan langsung membawa Alena masuk ke dalam kamar.
Alena tersenyum melihat tingkah Narendra.
Tiba-tiba saja Narendra langsung menjitak kening Alena.
"aduh...! paman, kamu kenapa...?"ujar Alena sambil mengusap keningnya.
"duduk...! aku ingin mengobrol sebentar denganmu...!"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Alena.
Alena kemudian langsung duduk di kursi yang berada di hadapan Narendra.
"apakah kamu sungguh-sungguh ingin menikah dengan bocah itu...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"iya paman."ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"Alena, apa yang sedang kamu pikirkan...? Dia tidak punya apa-apa sama sekali, kamu mau hidup bersama dengannya pakai apa...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"paman aku tahu jika kamu sangat khawatir, tapi paman aku sekarang sudah dewasa, aku tahu apa yang terbaik untukku, selama ini selain kamu, bibi lin dan paman yan, Geri adalah orang yang paling baik kepadaku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang aku suka, menikah dengan orang yang suka kepadaku menurutku adalah hal yang paling baik bukan...?"ujar Alena sambil tersenyum.
"tapi Alena apakah kamu juga mencintai dia...?"ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"paman kamu Jagan berpura-pura b*doh ya...? Masa kamu tidak tahu siapa sebenarnya yang aku suka."ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah Narendra.
Narendra kemudian membuang muka.
melihat itu Alena kemudian langsung memeluk Narendra.
Alena kemudian langsung berjinjit untuk mencium bibir Narendra, akan tetapi Narendra kemudian langsung mendorong tubuh Alena.
Alena kemudian langsung berjalan hendak keluar dari dalam kamar tersebut.
"Alena aku...!"ujar Narendra.
Alena kemudian berhenti dan langsung membalikkan badannya.
"paman di dalam dunia ini pasangan yang menikah karena cinta sangatlah sedikit...! lagi pula yang namanya cinta itu susah untuk di jelaskan, meski pun saat ini aku belum mencintai Geri, akan tetapi kelak bukan tidak mungkin jika aku juga mencintai Geri, siapa tahu setelah menikah, aku bisa mencintai Geri dan aku juga bisa melupakan mu"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
Alena kemudian melanjutkan langkahnya untuk keluar dari dalam kamar tersebut.
"Alena...!"ujar Narendra.
Akan tetapi Alena terus berjalan keluar dari dalam kamar tersebut,dan Alena kemudian langsung masuk ke dalam kamarnya.