Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. SMDH
Mau cium, sayang.
Cup.
Kayesha mencium pipi Azzam, ketika pria itu sudah mandi lalu mendekatkan tubuh dan wajahnya ke istri mungilnya itu.
"Nah kalo kaya gini kan enak, udah wangiiii, pinter sayang kuuu..." Kayesha terkekeh sambil mencubit pipi Azzam.
"Iya dong, udah bersih, udah wangi juga, biar kamu suka," Azzam menarik kursi makan.
Kayesha lalu menyiapkan makanan mereka dari piring, mengambil nasi hingga memilihkan lauk pauk untuk Azzam agar menjadi istri yang baik.
"Masya Allah, dari look nya kaya enak banget nih masakan istrikuuu, tapi emang selalu enak juga sih hehe, makasih ya sayang," malu malu Kayesha mengangguk.
"Ayo mas dimakan, kali ini kan aku ada masak beberapa menu baruu, ayo deh kita cobain enak ga."
Mereka pun menikmati sarapan pagi yang hampir menjelang siang itu dengan suasana hangat diruang makan. Azzam berulang-ulang mengucapkan terimakasih kepada Kayesha juga memuji masakan Kayesha yang menurutnya sangat enak.
Blush.
Lagi-lagi Kayesha blushing.
"Enak ya sayang haha, suka banget aku, kaya pengen nambah terus iniii, tapi ntar nasinya abis lagi," Azzam masih sambil menyuap makanannya.
"Haha udah ih mas, udah berapa kali mas bilang makasih, padahal menurut aku ini makanannya ga kaya gimana gimana kok hehe, tapi kalo kamu suka jadinya aku seneng deh! Masalah nasi mah gampang, abisin aja satu ricecooker nanti aku tinggal masak lagi," Azzam terkekeh.
"Tapi seriusan enak sayang, aku mau tambah lagi ya, soalnya belom kenyang juga nih," Kayesha sambil tertawa kecil mengangguk.
Ia mengambil piring Azzam lalu menambahkan beberapa centong nasi lagi ke piring itu, sambil menahan senyum gelinya karena merasa senang juga lucu Azzam makannya terlalu banyak.
"Nih, abisin tuh, jangan sampai mubadzir yaa..."
Azzam mengacungkan jempolnya dan menikmati santapan itu dengan lapah, istrinya itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Oh iya sayang, kamu ujian kapan?" Azzam bertanya dengan mulut yang masih full.
"Bentar lagi mas, kayanya sekitaran 2 mingguan lagi deh ujian," sahutnya.
Azzam ber oh ria, "deket juga ya, ujiannya dimana? Pake manual ato lewat online?"
"Kayanya online tapi masih gak tau sih. Tapi ujiannya di sekolah juga kok, pas habis ujian baru tuh libur panjang sampai habis kelulusan."
"Oh gituu, ga kerasa juga ya ntar anggapan sebulan, kamu udah siap siap mau kelulusan aja. Kamu mau langsung lanjut kuliah kan sayang?" Tanya Azzam.
"Eumm... maunya sih gitu, liat dulu aja mas. Blom juga mulai ujian, yang pasti aku mau kuliah. Tapi disisi lain mau santai dulu aja habis lulus sekolah, nah pas tahun depannya baru daftar kuliah, kaya gapyear gitu."
"Ah gitu yaa, oke sayang, terserah kamu aja enaknya kaya gimana, mas ikut seneng-seneng aja kalo kamu seneng — oh iya ngomong-ngomong soal kelulusan, mas niatnya pengen ke Kalimantan, kita kunjungin ayah sama bunda yuk sayang."
"Ayo, udah kangen nih sama Zayyan, aku juganiatnya habis ini mau video call bunda biar bisa liat Zayyan juga— Eh iya, gimana kalo kita ntar sore kerumah abi sama umi? Kita udah lama gak ketemu mereka."
"Boleh sayang."
... •••...
Assalamualaikum, abiii, umiii...
Azzam mengetuk pintu rumah orangtuanya sekaligus mertua Kayesha, yaitu Osman dan Zila.
Cklek.
"Masya Allah anak anak bunda dateng, kok ngabarin sih? Masuk dulu yuk, ayok sini Cha," Zila membuka pintu masuk.
"Hehe maaf bunda, biar suprise aja gitu. Oh iya, ini buat bunda," Kayesha dan Azzam menyalimi punggung tangan Zila.
"Eh apa ini kok banyak banget sih, aduh makasih banyak yaa anak anak umi, jadi ngerepotin ni, pas banget umi juga ga masak hari ini, jadi ga enak," kata Zila saat membuka paperbag yang Kayesha berikan untuknya.
"Gapapa kok umi, santai aja, eca sama Mas Azzam juga udah makan kok dirumah, iyakan mas?" Gadis itu menatap Azzam.
Azzam mengangguk, "iya mi, tadi Kayesha masak juga kok dirumah sebelum kesini, enak banget masakannya," Azzam terkekeh, membuat Kayesha menjadi tak nyaman lalu mencubit pinggang pria itu.
Shh, sakit sayang.
Azzam mengaduh kesakitan.
Zila yang melihat itu tertawa kecil, ia merasa senang karena Azzam dan Kayesha kini sudah mulai terbuka satu sama lain, dan bisa menerima status mereka sebagai suami istri.
"Ah masa sih? Umi jadi penasaran nih, pasti masakan Eca enak banget ya sayang," Zila mencubit pipi Kayesha gemas.
"Ihh, mana adaa, umi. Orang aku masak biasa biasa aja kok, Mas Azzam aja tuh yang berlebihan."
"Hahaha yaudah deh, tapi umi yakin masakan menantu umi pasti enak— yuk kita ke ruang tamu, umi mau manggil abi dulu dikamar."
Mereka bertiga pun pergi ke ruang tamu dan duduk disana, sedangkan Zila pergi ke kamar untuk memanggil suaminya, Osman. Singkatnya, Osman yang mendengar itu pun langsung bergegas untuk menyambut tamu indahnya di tanggal merah ini.
Masya Allah anak-anak abi, kok ga ngasih tau kalo mau kesini?
Osman berjalan mendekat menuju ruang tamu dan mendudukan bokongnya disana, tak lupa Azzam dan Kayesha itu menyalimi punggung tangan Osman dengan sopan.
"Ngga bi, biar keliatan suprise juga gitu— abi libur kerja juga, kaya Azzam?" Tanya Azzam.
"Iya Zam, kan tanggal merah, makanya daritadi abi dikamar aja ngurung habis nyirem tanaman, ehh gatau kalo kalian disini, kalo tau gitu mending tadi abi beli apa gitu."
"Gausah, abi. Kami berdua udah makan juga kok, abi sendiri kabarnya gimana sama umi? Sehat-sehat aja kan?" Kayesha bertanya.
"Alhamdulillah sehat aja kok Ca, cuman abi sekarang lebih jaga jaga aja kalo makan makan yang minyakan ato makan asin, bisa kambuh lagi ntar kolesterol."
Azzam mengangkat sebelah alisnya, "loh? Abi kok ga ngasih tau Azzam? Kalo gitu mending ke rumah sakit biar bisa di kontrol."
Osman jadi ngeri sedikit mendengarnya, Azzam memang sedikit protect masalah kesehatan orangtua nya, hal itu sangat wajar apalagi profesi Azzam adalah seorang dokter, meski dokter forensik.
"Hehe maaf ya Zam, tapi udah abi cek kok tenang aja, katanya dokter kalo abi tuh darah tinggi, udah dikasih obat juga."
Azzam menghela nafas panjang, sambil menatap kebawah. Jujur, baru ini Kayesha melihat Azzam seperti ini, aura seramnya sudah keluar.
Kayesha mengelus punggung Azzam lembut, mencoba menenangkan pria itu.
Syukurlah, tiba-tiba Zila datang dari arah dapur sambil membawa sepiring makanan.
"Nah ini, sok dimakan dulu biar enak — Azzam sama Kayesha, ayo makan, kan ini kalian juga yang beli."
"Haha nggih umi, makan aja umi sama abi, Eca sama Mas Azzam masih kenyang banget," tolak Kayesha halus.
"Iya mi, makan aja gapapa. Kan itu buat kalian juga," tambah Azzam.
"Lah, jangan kaya gitu, makan yokk– ni ambil nihh," tawar Osman.
"Haha engga bi, makan aja ini, kan belinya buat umi abi," balas Kayesha lagi.
"Hm, yaudah kalo mau ntar ambil aja ya, jadi gaenak padahal kalian yang bawa bolunya," Zila sembari memakan sepotong bolu.
"Gapapa umi, malahan kami yang ga enak soalnya jarang mampir kesini."
"Nggak kok gapapa, kan kalian sibuk juga– kamu juga masih sekolah kan, sayang?" Tanya Zila ke Kayesha.
"Iya mi, tapi sebentar lagi ujian sekolah, makanya mau belajar bener bener dulu biar nilainya bagus, baru abis itu tinggal nunggu hari perpisahan."
Mereka pun lanjut mengobrol hangat seputar masalah sekolah Kayesha, bagaimana pekerjaan Azzam sekarang, dan lain-lain.