“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Ingin Bercerai! Apa Anda Yakin, Nyonya?
Dan sekarang, Nyonya Liam menggunakan Jessika. Yang tidak terlalu buruk, meskipun Jessika bukan berasal dari Keluarga bangsawan.
“Apa yang sedang kalian bicarakan, dan siapa yang akan tinggal di Villa Mars, Abraham?!”
Suara Nenek Rossela, mengejutkan dua wanita yang duduk santai di ruang Keluarga.
“Nenek, selamat siang,” Jessika langsung bangun dari duduknya, memberi salam hormat pada tetua di Keluarga Liam.
Gadis ini tahu, jika Nenek Rossela satu-satunya orang yang dipercaya Abraham, dia harus mengambil hati Nenek tua ini.
Alih-alih Nenek Rossela akan menyambutnya hangat seperti Sandra dan Ameera, Nenek Rossela justru mengucapkan kata yang langsung membuat Jessika terdiam seketika, “Kenapa kamu bisa duduk di ruang Keluarga ini? Apa kamu sudah merasa menjadi anggota Keluarga Liam?!”
Wajah Jessika pucat.
“Sandra,” panggil Nenek Rossela, pada Menantunya.
“Iya, Ma.”
“Apa kamu yang membawa wanita ini?”
Peran Nenek Rossela sangat kuat lebih-lebih lagi dia kesayangan Abraham. Nyonya Liam pun tidak bisa berkutik jika berhadapan dengan Nenek Rossela.
“Ma, Jessika ini teman Abraham, mereka sudah saling mengenal sejak lama dan sekarang Jessika jadi Brand Ambassador, untuk Produk baru William Grup, yang akan launching bulan depan.”
“Hanya karena itu kamu membiarkan dia memasuki ruang keluarga ini? Jika dia menjadi model untuk Produk baru Abraham, seharusnya dia datang di Kantor, bukan di rumah ini.”
Nenek Rosella benar-benar emosi, tidak mungkin jika Nenek Tua ini tidak tahu desas-desus hubungan Abraham dan Jessika. Sejak dulu Nenek Rossela tidak pernah menyukai gadis itu. Kembalinya Jessika ancaman bagi hubungan Abraham dan istrinya, Nenek Rossela mengkhawatirkan itu.
Jessika mengatur tempo nafasnya, dia tidak boleh emosi imagenya harus sempurna, “Nenek, maafkan saya, saya yang salah dan….”
“Panggil saya Nyonya Besar Liam,” potong Nenek Rossela, “Kamu tentu dapat pembelajaran untuk memanggil orang dengan cara yang sopan, bukan! Tidak boleh memanggil orang lain dengan sapaan akrab, karena saya tidak memiliki hubungan apapun denganmu,” sambung Nenek Rossela yang semakin memporak porandakan kepercayaan diri seorang Jessika.
Nyonya Liam sendiri diam, tidak lagi bisa membela Jessika.
“Lalu, siapa yang akan tinggal di Villa Mars, Abraham?”
Nyonya Sandra langsung pucat, Nenek tidak boleh tau jika Jessika yang akan tinggal di sana.
“Ameera. Ya, Ameera yang akan tinggal di sana selama beberapa hari untuk menemani Alea. Akhir-akhir ini, Abraham sering keluar Kota, Alea harus ada teman mengobrol.”
Jika menggunakan mama Alea, pasti Nenek Rossela manut dan percaya.
Dan benar saja, Nenek Rossela percaya begitu saja.
“Kalau begitu, cepat antar dia keluar dari sini.”
Dia yang dimaksud adalah Jessika, Nenek Rossela mengusir gadis itu.
Nyonya Kim, mengangguk dan mengajak Jessika keluar, tanpa menghiburnya terlebih dahulu.
Villa Mars
Meskipun tahu kudapan yang ia sajikan tidak akan disentuh apa lagi di makan, Alea tetep menyajikan makan malam untuk Abraham.
Entah apa yang dipikirkan wanita ini.
“Aku mau teh hangat, saja,” ucap Abraham, saat berjalan melewati meja makan.
“Akan aku buatkan,” timpal Alea, dan langsung mendidihkan air.
Abraham duduk di sofa dan membuka koran. Tak lama Alea datang dengan membawa nampan berisi Teh Hangat yang ia minta.
“Minumlah.”
“Hem..”
Malam ini, tidak ada yang aneh dari Alea, wanita itu bersikap seperti biasanya.
Sepertinya dia sudah berpikir dan sadar, jika tidak akan sanggup pergi dariku.
“Abraham,” panggil Alea.
Tanpa mengalihkan perhatiannya dari koran, Abraham menyahut tanpa kata, “Eem..”
“Aku….”
Dia pasti ingin meminta maaf, atas kelakuannya yang lancang, pikir Abraham.
“Aku…. ingin meminta izin, keluar Villa, besok.”
Meminta izin…bukan meminta maaf!
“Untuk apa?”
“Pulang ke rumah.”
Abraham diam, itu artinya dia memberi izin.
“Terima kasih,” ucap Alea.
Abraham meletakkan koran di atas meja, dan ingin meminum Teh buatan Alea. Tapi…
Suara ponsel mengalihkan semuanya. Alea melihat benda pipih yang Abraham letakkan diatas meja ( Jessika) inilah nama penelpon.
Abraham yang memiliki kebiasaan, membesarkan Volume Speaker saat berbicara lewat telepon, menjadi senjata untuk melukai hati Alea.
(“Abraham, kamu dimana? Bisakah kamu datang untukku, aku sangat membutuhkan bantuanmu. Aku takut…Abraham…tolong datanglah”)
“Ada apa? Dimana Asisten mu?”
(“Dia tidak bisa dihubungi. Tolong aku Abraham, aku sungguh takut. Aku terjebak, aku tidak tau ada dimana”)
Suara Jessika, layaknya orang yang ketekunan. Mungkin saja gadis itu benar-benar dalam masalah.
“Kirim lokasimu sekarang,” titah Abraham dan langsung bangun dari duduknya, akan beranjak.
“Abraham,” panggil Alea yang tentu menghentikan langkah lelaki itu.
“Apa?”
“Apa tidak ingin meminum Tehnya, dulu?”
Abraham melirik pada gelas Putih di meja, “Ini bukan waktu yang tepat,” katanya dan melanjutkan langkah, menuju lantai atas.
Abraham, dia terlihat sangat khawatir saat mendengar Jessika menangis ketakutan. Gadis itu kekasihnya, tentu saja Abraham khawatir. Alea membawa kembali teh hangat itu ke dapur dan minumannya sampai tandas, hawa panas dari teh buatannya sama sekali tidak terasa di lidahnya yang keluh dan mati rasa.
Dari balkon kamarnya, Alea melihat Abraham yang tergesa-gesa, tidak ada Sekertaris Lee, lelaki itu pergi diantar sopir Villa. Alea memandangi mobil Abraham sampai tidak terlihat lagi.
“Abraham, jika aku yang ketakutan seperti itu, apa kamu juga akan khawatir dan panik seperti ini? Apa kamu juga akan segera datang untukku,” ucap Alea, dalam kesendiriannya.
Alea cukup tahu diri dan sadar, jika itu tidak akan mungkin. Mulai sekarang, jangan berharap apapun lagi pada lelaki itu.
Keesokan paginya, Abraham tidak pulang. Alea menduga lelaki itu menemani Jessika.
Padahal sebentar lagi Jessika akan tinggal di Villa ini. Tapi mereka masih menghabiskan waktu diluar sana.
Karena sudah mendapatkan izin, Alea keluar dari Villa Mars, tanpa harus merayu kepala pelayan terlebih dahulu. Tapi, dia bukan pulang ke rumah. Melainkan, menemui Pengacara Keluarga Tuan Kim.
Abraham tidak menggubris keinginannya untuk bercerai, malah lelaki itu sibuk dengan Jessika dan menganggap ia mempermainkannya, dan seperti apa yang Alea katakan sebelumnya pada Sekertaris Lee. Dia yang akan mengurusnya sendiri.
“Bercerai! Apa Anda serius, Nyonya?” Tanya Pengacara, tidak percaya. Lagi-lagi tidak percaya! Apa kalian pikir, sesuatu yang mustahil jika Alea ingin berpisah dari Abraham.
“Iya, aku serius dan yakin. Jadi apa yang harus aku lakukan?”