My Psycho Man

Beberapa hari kemudian, persidangan pun dimulai. Andra yang belum sepenuhnya pulih, diantar menggunakan kursi roda ke dalam ruangan sidang bersama keluarganya. Sedangkan kondisi Yerkhan sendiri sudah jauh lebih sehat dibanding sebelumnya. Hanya saja untuk kesehatan mental pria tampan itu, masih belum cukup stabil.

Persidangan berlanjut sampai 2 kali. Hal itu dikarenakan keluarga Andra yang tak setuju dengan keputusan hakim yang menurut mereka tidak adil, hingga sampai mengajukan banding.

Namun tetap saja, bukti kuat jika Yerkhan memiliki kelainan psikologis tentu membuat hakim tak bisa mengadilinya. Bibi Nurgul selaku wali Yerkhan sendiri pun sudah mengajukan segala kerugian yang putera nya lakukan pada korban -Andra.

Akan tetapi, setelah persidangan selesai pun keluarga Andra tampak tidak senang dengan keputusan akhir sang hakim. Mereka bahkan sampai menyumpahi Yerkhan dengan kata-kata serta umpatan yang menyakitkan. Beruntung Erina yang memang selalu menemani kekasihnya itu tak hanya tinggal diam.

Dengan bahasa yang se sopan mungkin, wanita cantik itu meminta maaf atas perbuatan kekasihnya terhadap Andra. Awalnya ia diabaikan, namun lama kelamaan, ibu Andra yang sebelumnya sudah mengenal Erina dengan baik, mencoba mengikhlaskan apa yang sudah terjadi pada sang putera.

Dan pada akhirnya, semua berakhir damai. Walau dengan keputusan final dari pihak andra yang meminta untuk melipat gandakan nominal mengenai kerugian yang bibi Nurgul ajukan sebelumnya. Tidak ingin bertele-tele, pihak Yerkhan yang memang merasa bertanggung jawab pun menyetujui permintaan tersebut.

...----------------...

" Pergilah sesekali ke Astana pada waktu libur, akan ku pesankan tiket untukmu" ujar bibi Nurgul memeluk hangat wanita cantik dihadapannya

" Tidak perlu repot-repot, jika luang nanti aku bisa pergi sendiri" ujar Erina menyambut pelukan hangat wanita paruh baya tersebut.

Berbeda dengan Yerkhan yang hanya tersenyum tipis memandang teduh wajah Erina. Pria tampan itu sangat ingin memeluk tubuh kekasihnya, walau hanya untuk sekedar berpamitan.

Namun hal itu urung dilakukannya, mengingat dirinya yang merasa tidak pantas jika menginginkan hal semacam itu pada wanita yang sudah sampai sejauh ini mendukungnya. Semenjak tersadar pada hari itu, Yerkhan mulai memahami jika hubungannya dengan Erina sudah tidak lagi seperti sebelumnya.

Walau segala perhatian dari Erina tetap ia dapat, namun jarak diantara mereka mulai terasa ketika Erina sedikit demi sedikit menjaga kontak fisik dengannya. Bisa disimpulkan jika interaksi keduanya sudah mulai memiliki batas.

" Jaga dirimu baik-baik, jika ada kesempatan, aku akan berkunjung sesekali" ujar Erina menjabat tangan sang kekasih, tanpa memberinya sebuah kecupan atau pelukan sekalipun.

Yerkhan hanya mengangguk sembari mengusap pelan kepala kekasihnya. Tercetak sebuah senyuman pada wajah tampan tersebut, yang akhir-akhir ini sangat Erina rindukan. Senyuman yang memiliki arti sebuah ketulusan.

" Aku pergi".

...----------------...

Musim dingin pun usai, berganti dengan musim semi. Salju yang tebal mulai mencair karena udara kian menghangat. Pepohonan serta tanaman lain terlihat mulai bertunas kembali. Persis dengan yang dirasakan Erina saat ini. Wanita cantik itu merasa senang diberi waktu libur yang cukup panjang, mengingat kinerjanya yang terbilang apik.

" Kau yakin akan pergi ke Astana? tidak ingin ke berlibur bersama kami?" tanya Jovita sesaat sebelum menutup kafe nya

" Iya, mungkin lain kali aku ikut bersama kalian" jawab Erina bersiap untuk pulang ke guest house tempat tinggalnya

" Baiklah, semoga liburanmu menyenangkan" ujar Jovita memeluk pelayan cantik yang sudah ia anggap sebagai saudarinya

" Kau juga, semoga liburan kalian kali ini membuahkan hasil" canda Erina mengelus perut isteri Ernar tersebut, membuat keduanya tergelak bersamaan.

Tidak dipungkiri jika wanita cantik berbulu mata lentik itu ingin menghabiskan liburan musim panasnya ketempat dimana kekasihnya berada yaitu Astana.

...----------------...

Setelah melakukan penerbangan selama kurang lebih 2 jam, Erina pun tiba di bandara ibukota asal negara tersebut. Perjalanan ia lanjutkan dengan seorang supir yang sudah lebih dulu menjemputnya di bandara. Tentu saja atas perintah dari nyonya besar yang tak lain ialah bibi Nurgul.

Selama dalam perjalanan, kedua netra dengan bulu mata lentik itu tak hentinya merasa takjub. Pemandangan malam kota ini tampak indah dengan daya tariknya tersendiri. Penataan kota yang begitu rapih, dikelilingi banyaknya bangunan tinggi berdiri, tampak megah dengan segala bentuk estetikanya masing-masing.

Tak sampai satu jam lamanya, wanita cantik itu pun tiba disebuah mansion mewah tempat tinggal Yerkhan bersama keluarganya.

" Senang sekali rasanya bisa kembali berjumpa denganmu" Ujar bibi Nurgul menyambut hangat kedatangan Erina

" Aku pun merasa senang bertemu kembali dengan kalian" balas Erina memeluk dua orang wanita yang menyambut kedatangannya.

Tentu saja selain bibi Nurgul ada seorang lagi yang mulai merasa nyaman dengan kehadiran Erina.

" Syukurlah kau datang, aku jadi tidak harus banyak beralasan" ujar Zalima dengan wajah cemberut

" Aku sungguh berterimakasih karena kau banyak membantu" tukas Erina tersenyum hangat pada wanita berpenampilan glamour itu.

Perkataan yang Zalima lontarkan bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Ia memang sudah merasa muak karena seringkali menjawab pertanyaan kakak sepupunya mengenai Erina dalam waktu 6 bulan ini.

Benar, atas anjuran dari dokter Aisha, Yerkhan diharuskan menjalani terapi yang lebih ketat untuk menstabilkan emosinya kembali. Agar terapi tersebut berjalan tanpa hambatan, ia meminta Erina untuk membujuk Yerkhan.

Pada awalnya tentu saja sulit untuk membujuk Yerkhan agar mau menuruti keinginannya. Namun Erina yang ingin sang kekasih cepat pulih pun berusaha sekeras mungkin membujuk kekasihnya tersebut.

Wanita cantik itu pun harus bisa menjaga jarak batas antara dirinya dengan sang kekasih. Bukan ingin membenci, hal itu ia lakukan semata hanya karena ingin Yerkhan mau menurutinya. Hingga pada akhirnya pria tampan itu menyerah, ia kembali ke Astana bersama sang bibi seuai dengan keinginan Erina.

Memang terasa berat pada awalnya, karena ia harus kembali berjauhan dalam kurun waktu yang terbilang lama. Komunikasi pun hanya terjalin melalui bibi Nurgul atau Zalima yang hanya beberapa kali mengiriminya kabar. Namun demi kesehatan Yerkhan, jika ia harus menggunakan cara lain yang lebih ekstrem pun tetap akan dilakukannya.

...----------------...

Suasana pada taman luas mansion mewah tersebut begitu nyaman dan asri, tampak beberapa bunga yang mulai bermekaran menambah kesan indah pada pagi hari ini.

Erina yang sudah bangun sedari awal pun berjalan santai sembari menghirup udara segar di pinggiran taman. Terlihat beberapa orang yang sudah mulai bekerja, ada yang merawat tanaman ada pula yang memangkas pepohonan agar indah dipandang.

Hingga pandangan Erina terfokus pada seorang tukang kebun wanita yang terlihat kesulitan mengatur alat semprot yang ada pada ujung selang air.

" Mari ku bantu" ujar Erina dengan ramah, membuat si tukang kebun langsung memberikan selang air tersebut.

Dengan serius wajah cantik tersebut memutar controller pada ujung selang yang tengah dipegangnya. Terasa agak sulit namun bisa ia atasi dengan baik.

SWOOOSHHH~

Air pun keluar dengan deras layaknya air mancur, membuat pakaian yang Erina kenakan menjadi basah,namun hal itu tidak masalah baginya. Dikala wanita cantik itu mengembalikan selang airnya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah rematan hangat tangan seseorang tepat pada bagian bahu sebelah kirinya.

Ibukota Astana.