NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:980
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Pagi tiba, Marlin yang sudah berangkat sejak pagi kini tengah berada di dalam bus menuju La’ Grande.

Sepanjang perjalanan, Marlin seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Kenapa pria itu mirip sekali dengan Aiden? Apa mungkin itu benar-benar dia? Tanyanya dalam hati.

Dia teringat kejadian tadi malam saat bersama Aiden. Di tengah perjalanan pulang, Marlin sempat terbangun, dan melihat sekilas bayangan samar pria yang tengah duduk di sampingnya.

Benar-benar mirip dengan orang itu. Tapi, bagaimana Aiden bisa kenal dengan Camilla? Seingatku, aku tak pernah membuat tokoh bernama Aiden, lanjutnya berdialog dengan diri sendiri.

Dia merasa perawakan dan ciri-ciri pria yang bersama Camilla, sama dengan Aiden.

Bahkan pakaian yang dikenakan pria itu pun sama.

Ah... sudahlah. Mungkin itu hanya kebetulan saja, tepisnya.

Bus melaju membelah jalanan kota pagi itu, dan Marlin terlihat tenang menikmati pemandangan kota, yang dipenuhi kendaraan berlalu lalang.

Sesampainya di perusahaan, Marlin langsung menuju ke gudang, dan di sana dia bertemu dengan penjaga gudang yang lebih muda dari Howard.

“Selamat pagi, Tuan,” sapa Marlin.

“Ah... Nona Yang. Apa kabar?” tanya si penjaga gudang.

“Baik. Apa hari ini Tuan Howard libur?” tanya Marlin.

“Kebetulan Tuan Howard sudah resign. Kabarnya luka akibat terjatuh waktu itu menimbulkan masalah pada ototnya,” jelas si penjaga gudang.

“Oh Tuhan, aku turut prihatin mendengarnya. Semoga dia tak apa,” sahut Marlin ikut sedih.

“Oh iya, kenapa Anda kemari? Apa ada bahan yang tertinggal?” tanya si petugas gudang.

“Barang-barangku memang belum diangkut bukan?” tanya Marlin balik.

“Benarkah? Tapi maaf, beberapa malam yang lalu, ada seseorang yang mengaku dari tim mu sudah kemari, dan dia mengangkut semuanya. Apa kau tak diberitahu sama sekali?” ungkap si penjaga gudang.

Marlin seketika memicing dengan kedua alis yang nyaris bertaut.

“Maksud Anda...,” tanya Marlin memastikan.

“Semuanya sudah dibawa pergi. Tidak ada lagi digudang ini. Masuk dan periksalah,” ucap si penjaga gudang.

Marlin seketika berjalan cepat ke arah gudang, di susul si penjaga. Dia masuk dan menuju ke pojok belakang.

Dia benar-benar tak mendapati apapun di sana. Semua peti yang berisi bahan yang ia kumpulkan susah payah waktu itu, sudah lenyap.

Gadis tersebut nampak kebingungan. Dia mengusap wajahnya kasar, dan bahkan menjambak kedua sisi rambutnya dengankuatt.

“Kenapa bisa begini?” gumamnya lirih.

“Maaf, Nona Yang. Apa ada kesalahan?” tanya si penjaga gudang.

“Aku... aku tidak pernah meminta siapapun untuk memindahkan barang-barang itu. Tapi, sekarang semuanya malah hilang.”

“padahal besok waktu pengerjaannya. Apakah masih sempat mengumpulkannya lagi? Belum lagi bahan yang sulit dicari. Hah... bagaimana ini?” ujarnya begitu kalut.

“Ehm... tapi nona yang, bukankah bahan-bahan itu yang kau simpan di depan sana? Kenapa Anda mencarinya di sebelah sini? ” tanya si penjaga gudang menunjuk ke sebuah tempat.

Marlin pun seketika menoleh dan mencoba mengingat sesuatu.

Benar. Bukankah aku mengganti semua bahan-bahan, dan menitipkannya pada Howard? Batin Marlin.

“Tuan, bisa saya minta nomor ponsel Tuan Howard?” taya Marlin kemudian.

...🐟🐟🐟🐟🐟...

Sekitar pukul sebelas siang, Marlin baru datang ke kantornya dengan kondisi yang bisa dibilang cukup berantakan.

Blazernya terikat di pinggang, sementara kaus lengan pendek biru tua dan celana jeans hitamnya, terlibat kotor di beberapa sisi.

Wajahnya penuh keringat dan juga debu di sekitar pelipis dan dagu.

Rambutnya yang terikat pun nampak kusut dan lepek akibat keringat.

Melihat hal itu, Lusy tertawa terbahak sembari bertepuk tangan dengan keras.

Marlin hanya melirik sekilas dan terus berjalan menuju meja kerjanya.

Dia tak mau mempedulikan orang yang tak kompeten, yang hanya bisa melakukan cara licik untuk mengalahkan orang lain.

Saat Marlin sudah duduk dikursinya, Lusy berjalan menghampiri gadis tersebut dengan pongah.

“Apa kau kehilangan sesuatu, hah?” tanya Lusi mengejek.

Marlin lagi-lagi tak menggubrisnya. Namun Lusy terus mengganggu, hingga membuat Marlin melemparkan tatapan tajam.

“Kalau saja kau mau menurut, pasti tidak akan sampai ada kejadian seperti ini. Hahaha...," ucap Lusy.

Brak!

Marlin yang kesal pun akhirnya meluapkan amarahnya. Dia menggebrak meja, hingga semua orang di tim 4 menoleh kaget ke arah keduanya.

“Apa ini cara kerja lulusan terbaik universitas? Apa di bangku kuliah, kalian diajarkan cara licik menjatuhkan lawan, hah?” bentak Marlin keras.

“Kau...,” sahut Lusy.

“Tutup mulutmu. Jagan hanya bisa mengoceh saja tapi nol gagasan. Di sini tempat kerja. Bukan badan amal yang menampung para otak udang seperti mu,” maki Marlin.

Semua bahkan Lusy terdiam melihat kemarahan Marlin yang mengerikan.

“Kau kira aku akan diam saja dan mengaku kalah lalu memohon padamu, hah? Jangan mimpi. Kita berada di level yang berbeda. Sejak awal kau sudah ketakutan padaku bukan. Loser,” pungkas Marlin tajam, lengkap dengan jari tengah yang mengacung.

Dia bahkan beradu pandang dengan Lusy tanpa berkedip, dengan wajah garang dan tatapan tajam seperti elang yang ingin menerkam.

Awalnya Lusy tak mau kalah dan balik memelototi Marlin. Namun, tiba-tiba ekspresi gadis keriting itu berubah datar.

Dia berjalan memutari meja, mendekati Lusy yang nampak gentar dan mundur selangkah.

Marlin terus maju hingga berada cukup dekat dengan sang senior. Dia mencondongkan wajahnya tepat disamping telinga Lusy.

“Aku punya rekaman cctv digudang beberapa malam yang lalu. Jika mereka tau apa yang hilang dari sana, pasti akan seru bukan,” ucap Marlin halus namun penuh penekanan.

Dia menjauhkan wajahnya dari sana, dan menatap Lusy dengan tatapan merendahkan.

“Kau tak sepintar itu untuk melawanku. Bahkan yang kau ambil pun entah milik siapa,” pungkas Marlin.

Sontak Lusy terdiam. Dia kehilangan nyali dan kata-katanya mendengar semua omongan Marlin.

Melihat lawannya sudah tak bisa berucap lagi, Marlin pun kembali duduk dan melanjutkan agendanya.

Menyadari sudah kalah telak, Lusy pun hanya bisa mengepalkan tangan kesal dan memekik keras.

“Aaaarrrghhhh... menyebalkan,” teriaknya sembari berbalik dan berjalan pergi dari ruangan tersebut.

Marlin tak menghiraukan senior itu dan terus berkutat pada kesibukannya sendiri.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!