Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratna Tidak Merestui Hubungan Loli
Angga yang tidak lagi bekerja diperusahaan tempatnya dulu kini baru akan memulai usaha kecil-kecilan didepan kontrakan dia memulai usaha menjual kue pukis. Melihat hal itu Loli juga tidak ingin berdiam diri, inilah waktu yang tepat untuk membantu keluarga setelah selama ini hanya ikut menikmati jerih payah kakaknya itu. Namun tidak seperti yang ia harapkan mencari pekerjaan di jaman sekarang memang sangat sulit apa lagi dirinya hanya bermodalkan ijazah SMA.
Loli merasa lega ketika Reza menawarkan pekerjaan di laundry milik ibunya, Bu Sari. Awalnya, ia merasa malu karena pekerjaannya sebagai asisten di laundry sederhana itu tidak sesuai dengan ekspektasinya. Namun, melihat keadaan keluarganya yang sedang kesulitan, ia memutuskan untuk menerima tawaran itu dengan penuh rasa syukur.
Di hari pertama bekerja, Bu Sari menyambut Loli dengan hangat. "Loli, jangan sungkan, ya. Kamu anggap saja ini rumah sendiri. Pekerjaan di sini memang nggak mudah, tapi kamu pasti bisa belajar pelan-pelan," ucap Bu Sari sambil tersenyum.
Loli mengangguk penuh semangat. Ia merasa beruntung memiliki bos seperti Bu Sari yang begitu baik dan tulus menolong, meskipun keluarganya tidak memiliki hubungan yang baik dengan Ratna ibunya Loli sendiri.
Ketika Loli pulang dari laundry pada malam hari, Ratna langsung melontarkan komentar pedas.
"Kerja apa kamu di laundry itu, Loli? Nggak malu apa sama orang-orang? Masa anak Ibu cuma jadi tukang cuci baju!" sindir Ratna sambil melipat tangan di dada.
Loli berusaha sabar. "Bu, ini cuma sementara. Lagipula, sekarang ini cari kerja susah. Aku nggak mau cuma diem aja di rumah. Sekarang,Mas Angga juga baru mulai usahanya, jadi sebelum benar-benar ada pemasukan pasti aku harus mendapatkan pekerjaan secepatnya."
Namun, Ratna tidak mau mendengar penjelasan itu. Ia malah semakin menyindir. "Kalau cari kerja susah, kenapa nggak minta tolong sama orang lain yang lebih punya pengaruh? Kenapa malah kerja di tempat temannya Amira itu? Nggak sadar, ya, mereka itu yang bikin hidup kita susah?"
Loli menghela napas panjang. "Bu, Bu Sari itu nggak ada salahnya sama kita. Justru dia yang bantuin kita. Kalau bukan karena dia, aku nggak tahu harus kerja di mana sekarang."
Ratna mendengus kesal. "Dia bantuin kita? Loli Loli! Itu cuma akal-akalan mereka biar kelihatan baik. Apalagi si Reza itu. Jangan-jangan dia deket sama kamu cuma karena kasihan dan pasti ada maunya."
Mendengar itu, Loli langsung merasa panas. "Bu, jangan ngomong kayak gitu! Reza itu tulus, dan dia nggak pernah minta apa-apa dari aku."
Namun, Ratna hanya tertawa sinis. "Tulus? Hah! Orang seperti dia cuma mau manfaatin kamu, Loli. Kamu aja yang nggak sadar!"
Ratna semakin tidak suka dengan Reza dan Bu Sari. Dalam pikirannya, keluarga itu termasuk penyebab kehancuran keluarganya. Ia masih menyimpan dendam kepada Bu Sari, yang dulunya adalah teman satu arisan dengannya.
"Sari itu sok baik. Padahal dulu waktu arisan, dia cuma numpang eksis. Sekarang dia mau sok-sokan nolong anakku? Aku nggak akan biarin itu!" gerutu Ratna.
Mendengar hal itu, Angga yang sedang duduk sambil membaca resep membuat pukis di ponselnya hanya menggelengkan kepala. "Bu, udah cukup. Bu Sari itu nggak ada salahnya sama kita. Kalau dia bantu Loli, itu karena dia baik. Kita harusnya bersyukur."
"Terserah kamu, Angga. Tapi aku nggak akan pernah suka sama mereka!" ujar Ratna dengan nada tegas.
Angga dan Loli hanya bisa saling pandang melihat Ibu mereka yang tak juga berubah.
Sementara itu, Loli dan Reza semakin dekat. Meski Ratna terus merongrong hubungan mereka, Loli merasa bahwa Reza adalah satu-satunya orang yang selalu mendukungnya tanpa syarat.
“Reza, makasih ya, udah bantuin aku dapat kerja di laundry. Aku nggak tahu harus gimana kalau nggak ada kamu,” ucap Loli suatu sore saat mereka sedang beristirahat di depan laundry.
Reza tersenyum kecil. “Nggak usah bilang makasih, Li. Kita ini satu tim. Kalau kamu butuh bantuan, aku selalu ada.”
Percakapan itu membuat Loli merasa lebih tenang. Ia tahu bahwa meskipun ibunya terus menentang, ia punya Reza yang selalu mendukungnya.
****
Tidak berhenti sampai di situ keesokannya paginya, Ratna mulai mencari cara untuk merusak hubungan Loli dan Reza. pagi itu, ia datang ke laundry tanpa sepengetahuan Loli.
Ketika sampai di sana, Ratna langsung berbicara kepada Bu Sari dengan nada sinis. “Sari, aku nggak ngerti deh! Kenapa kamu biarin anakku kerja di sini. Anakku cocoknya kerja di tempat yang lebih baik, tidak tempat seperti ini yang hampir sama dengan pekerjaan para pembantu. Mikir dong masa iya anakku yang cantik itu bekerja ditempat beginian? kamu mau menghina kami ya?”
Bu Sari terkejut dengan kedatangan Ratna, tetapi ia tetap bersikap tenang. “Ratna, aku hanya ingin bantuin Loli aja. Lagian Loli sendiri yang minta kerja di sini, dan aku senang dia mau belajar.”
“Belajar? Tolong ya, Sari. Anakku itu punya masa depan yang lebih baik daripada cuma jadi tukang cuci,” ujar Ratna dengan nada meremehkan.
Bu Sari menarik napas panjang. “Ratna, kerja itu bukan soal gengsi. Yang penting halal dan dia nyaman. Lagipula, ini kan cuma sementara.”
Namun, Ratna tidak puas dengan jawaban itu. Ia terus menyindir Bu Sari dan bahkan menyuruh Loli untuk berhenti bekerja.
Malam harinya, Loli pulang dengan wajah lelah dan juga kesal kepada ibunya sendiri karena persoalan pagi tadi tetapi dirinya puas karena pekerjaannya berjalan lancar. Namun, Ratna langsung menyambutnya dengan omelan.
“Loli, aku tadi ke laundry itu. Kamu tahu, kan, Ibu nggak setuju kamu kerja di sana? Kenapa kamu nggak cari kerja di tempat lain aja sih?”
Loli yang sudah lelah akhirnya kehilangan kesabarannya. “Bu, tolonglah. Aku harus ngomong berapa kali sih? Aku kerja di sana karena aku butuh pekerjaan. Jangan terus-terusan ngomel soal ini. Mending Ibu cari kegiatan yang berfaedah aja, ngaji kek apa lah yang penting jangan ngomel sakit kuping ku, Bu."
“Tapi itu bukan tempat yang pantas buat kamu, Loli!” bentak Ratna.
“Kalau Ibu nggak suka, kenapa Ibu nggak cari kerja aja sendiri buat bantuin kita?” balas Loli dengan suara tinggi.
Ratna terdiam. Ia tidak menyangka bahwa Loli akan melawan.
Karena tidak ingin berdebat terus-menerus Loli akhirnya memilih masuk kedalam kamarnya.
Setelah kejadian itu, Loli semakin yakin bahwa ia tidak bisa terus menuruti kemauan ibunya. Ia memutuskan untuk tetap bekerja di laundry dan menjaga hubungannya dengan Reza, meskipun Ratna terus berusaha merusaknya.
“Reza, aku tahu hubungan ini akan sulit karena Ibuku, tapi aku mau tetap berjuang,” ujar Loli suatu hari kepada Reza.
Reza menggenggam tangan Loli dengan lembut. “Kita pasti bisa. Yang penting, kita tetap bersama.”